Khutbah Jumat: Gubernur yang Bengis

Para jama’ah rahimani wa rahimakumullah …

Sekarang ada model pemimpin yang sombong, angkuh dan tidak bisa menjaga mulutnya. Di masa silam juga ada pemimpin seperti itu pula. Namun bedanya, pemimpin yang dibicarakan di masa silam adalah seorang gubernur yang hafizh Al-Qur’an. Akan tetapi, ia punya sisi jelek terkenal dengan kekejiannya.

Ia adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi, salah seorang gubernur di daerah Baghdad di bawah pemerintahan Khalifah Bani Umayyah, ‘Abdul Malik bin Marwan. Ia dibesarkan di keluarga yang terhormat dari kalangan Bani Tsaqif. Ayahnya adalah seorang yang taat dan berilmu. Sebagian besar waktu sang ayah dihabiskan di kampungnya, Thaif, mengajarkan anak-anaknya Alquran. Dengan didikan sang ayah, Hajjaj pun berhasil menghafalkan Al-Qur’an secara sempurna, 30 juz. Sampai-sampai ada ulama yang menyanjung Hajjaj.

Abu Amr bin Ala’ mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih fasih (dalam berbahasa) seperti Hasan al-Bashri kemudian Hajjaj.”

Walau punya sisi baik, Hajjaj lebih dikenal sebagai seorang pemimpin dan gubernur yang bengis dan keji.

Kebengisan dari Al-Hajjaj bin Yusuf dimulai saat ia diangkat memimpin pasukan perang dari Abdul Malik bin Marwan untuk melawatn Abdullah bin Zubair. Setelah itu, Al-Hajjaj bin Yusuf diangkat menjadi Gubernur Irak.

Hajjaj pernah berperang dengan ‘Abdurrahman bin Al-Asy’ats dan akibatnya menewaskan ribuan orang.

Ada lagi yang disebutkan dalam sunan Tirmidzi, Hisyam bin Hassan berkata, “Mereka menghitung jumlah manusia yang dibunuh oleh Al-Hajjaj secara zhalim (dibunuh dengan cara tidak diberi makan dan minum), jumlahnya mencapai sebanyak 120.000 orang manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2220; Ahmad, 2: 26. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Namun meski kejam seperti itu, ada sisi baik dari Hajjaj seperti yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir.

Ibnu Katsir berkata, “Diriwayatkan kepada kami dari beliau bahwa beliau meninggalkan hal-hal yang memabukkan, banyak membaca Al Qur’an, menjauhi larangan-larangan, dan tidak dikenali sebagai orang yang pernah terjerumus perzinaan (perselingkuhan), walaupun dia terlalu berani dalam hal menumpahkan darah.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 9: 153)

Di antara jasa-jasa Hajjaj yang paling besar lagi adalah keseriusannya dalam memberi titik dan harakat pada huruf-huruf Alquran.