Kotak Perekat Kebersamaan

Di Kedutaan Besar RI Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ada sebuah kotak berkaca cukup besar. Kotak itu diletakan di kawasan ruangan yang sehari-harinya banyak orang Indonesia mengurus paspor. Sehingga nyaris setiap yang ke tempat itu akan melihatnya. Pada kotak tersebut tertempel tulisan berhuruf kapital berbunyi: KOTAK AMAL, UNTUK MEREKA YANG KURANG BERUNTUNG. Dan di dalam kotak tersebut, saya melihat ada beberapa lembaran uang ringgit Brunei. Tidak terlalu banyak memang.

Ketika pertama kali melihat, saya agak kaget juga. Mereka yang kurang beruntung? Begitu pertanyaan saya dalam hati. Namun lama-kelamaan, setelah sedikit paham dengan situasi di negri yang terletak di ujung utara Kalimantan itu, ternyata memang banyak sahabat-sahabat kami, saudara-saudara kami warga RI, yang memang benar-benar kurang beruntung. Artinya, banyak dari mereka yang gajinya tak terbayar, larinya ke KBRI. Yang ada masalah dengan majikannya, seperti tak tahan dengan sikap galaknya dan mau pulang saja ketanah air, sedang ia sendiri tak ada biaya, larinya juga ke tempat ini. Banyak, banyak masalah yangada hubungannyadengan keuangan, ahirnya KBRI sebagai solusi akhir. Mungkin mereka menganggap bahwa KBRI, sebagai wakil pemerintah kita di luar negri bisa menyelesaikan segala persoalan.

Berkaitan dengan kotak amal tesebut, saya tidak akan melupakan keberadaan kotak amal di masjid desa saya. Tidak bisa melupakan karena peranannya yang begitu penting untuk urusan umat. Bahkan jika tidak berlebihan, saya sering dengan kawan-kawan menyebutnya ‘nyawa’ dalam mengembangkan dakwah di desa saya.

Bayangkan, kami dapat melaksanakan acara-acara hari-hari besar Islam setiap tahun sampai empat kali, sebagai syiar dalam berdakwah, atas dana dari kotak amal masjid. Kami bisa meng-istiqamah-kan keberadaan TPA/TPQ juga atas adanya dana kotak amal itu. Kami bisa membantu jamaah yang sakit, memberi bantuan pembangunan madrasah atau tempat ibadah lain, juga karena peranan kotak amal masjid. Dan sekali-sekali kami juga ikut menyumbang untuk dana solidaritas Islam internasional, walaupun itu sangat sedikit jumlahnya, itu juga karena adanya si kotak itu.

Kotak amal, yang dulu hanya terkenal di masjid-masjid saja, sekarang tidak malu-malu untuk bertengger di tempat lain. Mall, terminal, stasiun dan tempat-tempat yang ramai di kunjungi orang, saat ini mulai banyak menempatkan benda tersebut.

Kotak amal, tak sekedar kotak biasa, atau kotak ajaib, apalagi hiasan. Tapi bisa kita gunakan sebagai sarana untuk memupuk kebersamaan, memupuk ukhuwah antar sesama. Dan dari benda ini kita bisa menolong sesama tanpa terasa. Karena setiap kali kita mengisi tak akan ada yang memaksa berapa jumlah nominalnya. Itu artinya kita menyumbang sebatas kemampuan kita.

Dan beberapa waktu lalu, saya mendapat informasi dari seorang teman yang bekerja di Hongkong, bahwa dari kotak amal yang mereka edarkan setiap minggu, sekarang sudah terkumpul dana cukup besar. Dan dana tersebut akan digunakan untuk membeli tanah dan akan dibangun gedung untuk kepentingan anak yatim. Luar biasa!

Dan jika pada saat ini ada kotak amal di gedung kedutaan, itu bukan hal aneh. Karena kita memang perlu bersama-sama dalam menyelesaikan sebuah masalah. Toh, tak semua permasalahan bisa selesai hanya oleh sebuah lembaga, termasuk pemerintah.

Berawal dari melihat sebuah kotak amal, kemudian mengisinya, mudah-mudahan bisa menjadi sarana untuk memupuk persaudaraan, memupuk kebersamaan, disaat kita sedang rawan sekali untuk ‘berpecah’ hanya oleh sebuah perbedaan yang sangat sepele.Wallohua’lam.

# [email protected] #