Lee Si Pencari Kebenaran

Kehadirannya malam itu mengagetkan jamaah masjid Okayama. Lee begitu biasanya ia dipanggil, seorang wanita warga negara China yang merantau di negri sakura. Jarum jam menunjukkan angka dua belas saat ia mendatangi jamaah masjid yang sedang bertakbiran. Matanya sembab kemerahan. Nampak ia mengalami pergulatan bathin yang cukup dasyat malam itu. “Watashi ha sha….sha…hadah shitain…..,”katanya memohon sambil terisak. Kontan jamaah masjid dibuat terkaget-kaget dengan ucapannya.”Ashita oinori shitain…,”katanya masih terisak. Malam ini saya harus bershahadat, pintanya.

Untuk warga muslim di Okayama, sosoknya tentu tak asing lagi. Ia seorang penjaga kedai makanan halal, yang letaknya tak jauh dari masjid. Kedai ini milik seorang muslim Bangladesh. Kesan awal ia orang yang tak banyak bicara. Dari kedai inilah ketertarikannya berawal. Ia perhatikan setiap pengunjung kedai tersebut. Ia terkagum dengan keanekaragaman bangsa yang datang ke kedai tersebut. Ada yang berkulit hitam, berkulit putih, berambut pirang atau bermata sipit, tak luput dari pengamatannya. Dan satu hal yang disenanginya….mereka semuanya ramah padanya.

Interaksi dengan komunitas muslim terjalan saat menjaga kedai. Ajakan mengikuti kegiatan ifthar bersama di masjid, disambut dengan semangat. Ia mengikuti semua aktivitas ini dengan suka cita. Kecuali saat shalat, ia duduk di pojokan shaf wanita dan …menjadi pengamat setia. Amboiiiii, gerakan orang yang sholat dengan khidmat, sungguh membangkitkan keingin tahuannya. Ia tertarik dengan agama satu ini. Maka aktivitas menjaga kedai disambi dengan browsing internet tentang islam. Islam itu seperti apa sih sebetulnya, tanyanya dalam hati.

Islam bukan teroris, desisnya saat ia membaca artikel yang menjelekkan islam. Ia melihat langsung kehangatan para muslim/muslimah saat ia bergabung di acara ifthar. Kesempatan baikpun digunakan untuk bertanya atau diskusi dengan pengunjung kedai. Beberapa kali aku melihat ia tengah berbicara serius dengan brother atau sister dari berbagai negara.Ia pun pernah bertanya tentang jilbab yang kukenakan, saat aku berbelanja ke kedai tersebut. “Suteki ne…,”katanya tulus memuji padu padan baju dan jilbabku. Aku tersenyum sambil berharap semoga Allah melimpahkan hidayah untuknya. Dan… harapan itu menjadi kenyataan.

Khadijah, itulah nama hijrah untuknya. Nama itu dipilihkan oleh brother dari Mesir yang memandunya bershahadah. Idul Fitri tahun ini, menjadi Idul Fitri teristimewa buatnya maupun muslim di Okayama. Ia datang ke lokasi sholai Ied dengan baju muslim berwarna ungu, senada dengan jilbabnya. Cantik dan kontras dengan wajah putihnya. Selepas sholat ied, pengurus masjid memberitakan kabar gembira tentang Lee. Para sister dari berbagai negara berebut menyalami dan memeluknya. Ia menangis bahagia.

Kini ia menjadi salah seorang jamaah masjid yang rajin. Shalat shubuh berjamaah yang biasanya tanpa ma’mum wanita, kini dihadiri oleh seorang muslimah, Khadijah. Ia pun makin rajin membaca artikel tentang islam, begitu laporan pemilik kedai halal. Ajaklah muslimah yang lain untuk sering bermain ke kedai dan mengajari Khadijah tentang islam, pinta pemilik kedai saat aku berbelanja disana.

Saat menyaksikan Khadijah dikerumuni para sister, aku teringat taushiyah seorang brother dari Mesir. Kita yang muslim semenjak lahir, terkadang kurang mensyukuri nikmat islam yang telah dikaruniakan Allah. Tapi, orang seperti Lee, ia mencari kebenaran hakiki ajaran islam dan berani mengambil keputusan penting untuk kehidupan dunia dan akhiratnya. Ia memilih islam sebagai lentera kehidupannya. Walau masih terbata-bata dan kepayahan mengeja keagungan  nikmat islam, ia mantap dengan keputusannya.

”Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) islam…..” (Al-An’aam:125)

Sungguh dari sosok Lee, aku makin bersyukur nikmat terbesar Allah yang bernama Islam. Islam adalah anugrah Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi dengan segala isinya. Tiada yang lebih indah selain menerima anugrah besar dari dari Yang Maha Kuasa. Namun keindahan dan kelezatan nikmat islam, tidak didapat begitu saja, jika tidak mengamalkan islam secara menyeluruh (kaffah). Ya Allah, semoga kami menjadi hamba yang istiqomah menjaga nikmat terbesar-Mu, yaitu islam.***

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H. Taqaballahu minna wa minkum.

Okayama, 6 Syawal 1430 H

Catatan:

1.Watashi ha shahadah shitain=saya ingin (mengucapkan) shahadat

2.Ashita oinori shitain=besok (saya) ingin sholat

3. Suteki ne= bagus ya