Aku Terserang LUPUS

“Lind, kamu kenapa? Kepanasan ya?” kata seorang saudari di sekret Musholla ketika berhadapan denganku.

“Lind, mukamu kenapa? Alergi ya?” kata seorang saudari ketika bertemu dan bersalaman di jalan.

“Ihh, Lind, kamu kenapa? Udah periksa ke dokter belum?” kata seorang saudari ketika duduk di kelas.

“Kamu kenapa Lind? Kok tadi aku gak ngeliat ya kalo kamu kayak gini pas dari tadi kita duduk sebelahan?” kata seorang saudari yang sebelumnya tidak menyadari wajahku yang aneh.

“Iiihhh, kakak kenapa mukanya? Itu bukan jerawat biasa kayaknya.. Periksa ke dokter gih..”, kata seorang saudari di stasiun ketika sama-sama menunggu kereta.

“Lind, kamu kenapa? Periksa ke dokter sana.. Itu kayak butterfly rash.. Salah satu indikasi LUPUS atau gak kelainan sistem imun. Atau kamu alergi obat gak?”, kata saudariku yang sekaligus menjelaskan tentang butterfly rash.

Ya. Selama dua hari, ketika aku bertemu dengan saudari-saudariku secara berhadapan langsung, mereka pasti bertanya dengan pertanyaan serupa seperti yang di atas. Wah,, ternyata mereka perhatian ya? Ya begitulah akhwat, suka memberi perhatian dan suka diberi perhatian.

Entahlah kenapa dengan wajahku ini. Tiba-tiba saja muncul jerawat-jerawat kecil di sekitar hidung dengan bercak memerah. Bisa dibilang seperti kupu-kupu. Hanya di sekitar hidung. Ya, aku memang merasa tidak biasa dengan kondisi ini. Baru pertama kali mengalami hal ini karena biasanya kalo timbul jerawat pun bukan di daerah itu.

Butterfly rash? LUPUS?

Aaarrrggghh…. aku tak bisa membayangkan jika ternyata aku terserang LUPUS. Tahu kan LUPUS? Penyakit yang disebabkan karena kelebihan sistem imun dan akhirnya mengegrogoti jaringan-jaringan yang ada (he, kalo gak salah ya seperti itu kurang lebihnya).

Aku sendiri tak terlalu mengkhawatirkan kondisi ini pada awalnya. Namun, karena banyaknya saudariku yang sebegitu khawatirnya, diri ini pun jadi khawatir. Bahkan. saking khawatirnya saudari-saudariku, sampai-sampai jam setengah 12 malam ada yang sms hanya untuk mengingatkan segera periksa ke dokter.

“Asw. Lind, kmu bsk cek ke RS ya abiz acara kmpus. Nti aq tmenin ke RS margonda.”

Ya Rabb, sebegitu khawatirkah saudariku hingga dia sms seperti itu malam-malam begini? Aku balas sms-nya.

“W.slm. Iya insya ALLAH..”

Ada juga yang jam9 malam keesokan harinya, tiba-tiba sms:

“Lind, ko tiba2 aq jadi inget kamu ya? Udah diperiksa ke dokter blum?”

Langsung kubalas: “hehe. Aq ga jd ke dokter. Insya Allah dah mndingan kok udah nemu obat alaminya. Pake lidah buaya”

“Alhamdulillah kalo gitu..”

Yup! Awalnya aku memang berniat ke dokter untuk memeriksakan kelainan apa yang ada di sebagian kulit wajahku. Tapi setelah googling, aku menemukan obat alami untuk iritasi kulit: lidah buaya. Dan alhamdulillah, kelainan kulitku itu sembuh setelah wajahku dilumuri lendir lidah buaya selama tiga hari. Ya, aku simpulkan bahwa aku tak terkena penyakit yang serius, hanya iritasi kulit. Alhamdulillah..

***

Dari kejadian di atas, terutama ketika seorang saudari sms jam setengah 12 malam, diri ini langsung begitu khawatirnya dan berpikir: Bagaimana kalo ternyata benar-benar: Aku terserang LUPUS?

Ya Rabb, Tak bisa kubayangkan berapa waktu lagi yang KAU berikan kepadaku untuk menjalani hidup ini. Tak banyak bekal yang kupunya sekarang untuk menghadapMU. Rasanya aku tak siap jika harus menerima kenyataan bahawa : Aku terserang LUPUS.

Ya mungkin benar jika ada yang bilang bahwa sakit secara fisik sangat mudah disadari dan dirasakan namun sakit pada ruhani tak semudah mendeteksi sakit pada fisik.

Seperti kejadian di atas, ketika ada kelainan pada fisik (wajah), maka langsung diketahui oleh diri kita bahkan orang lain begitu mengkhawatirkannya. Namun pernahkah kita berpikir, ketika ruhani kita bermasalah, akankah orang-orang terdekat kita menyadarinya atau bahkan diri kita sendiri pun menyadarinya?

Ketika ruhani kita bermasalah, mungkin saudari-saudari kita tak kan terlalu mengkhawatirkan karena memang toh mereka tak mengetahui jika ruhani kita sedang bermasalah. Diri kita tetap memperlihatkan sikap seperti biasa. Hanya diri sendiri dan ALLAH-lah yang mengetahui sakit pada ruhani kita. Oleh karena itu, dibutuhkan kepekaan yang mendalam untuk mendeteksi sakit pada ruhani kita.

Wahai diri, tanyakanlah pada dirimu:

Akankah kau begitu khawatirnya ketika ruhanimu sakit sama halnya ketika fisikmu sakit?
Akankah kau segera mencari obat penyembuh ruhani sama halnya ketika kau berusaha mencari obat penyembuh fisikmu?

Ya Rabb, berikanlah kesehatan pada fisik dan ruhani kami..

perempuanlangitbiru.multiply.com/