Love Our Self

Sudah menjadi kebiasaan,bahwa aku harus mendengarkan sesuatu sebagai pengantar tidur.Sejak memiliki Qur’an mobile,ayat-ayat yang melantunkan firman Allah,terkadang menjadi teman setia ketika aku dipeluk mimpi sampai terbangun dikeesokan harinya.Hanya mendengar saja,untuk terjemahan sambil lalu kulihat.Hingga kuterjaga dini hari itu.Dalam kesadaran penuh,terdengar Qira’ah bersuara janggal,kemudian aku ulang dan menyimak lebih baik.Subhanallah!ternyata dia menangis bahkan sampai bergetar,suaranya penuh penyesalan,terdengar lantang di beberapa bagian,dalam surat dan ayat sebagai berikut:

Katakanlah;”Hai hamba-hambaKu yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri,janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnyalah Dialah Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.(Az-Zumar;53)

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu,dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu,kemudian kamu tidak dapat ditolong(lagi).(Az-Zumar;54)

Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu,sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba,sedang kamu tidak menyadarinya.(Az-Zumar;55)

Supaya jangan ada orang yang mengatakan;’Amat besar penyesalanku atas kelalaianku(dalam menunaikan kewajiban) terhadap Allah,sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olok kan agama Allah(Az-Zumar;56)

Aku renungkan dan menghubungkan dengan sikap Qira’ah tadi.Mencoba menebak apa yang ada dalam benaknya sehingga dia begitu terharu.

Apa dia menyesalkan perbuatannya sendiri ataukah meresapi kasih sayang Allah dengan peringatan tersebut,ataukah kekawatirannya pada umat sesamanya?Wallahu’alam.

Tiada yang tahu sampai dimana berhentinya perjalanan waktu seseorang.Namun kita sering lalai dengan hal ini.Hingga tanpa sadar,sering menunda taubat dengan keyakinan bahwa Allah memberikan usia panjang dengan memanfaatkan waktu yang ada untuk mengamalkan apa yang justru dilarangNya.Beranggapan bahwa taubat dan kematian identik dengan lanjutnya usia.

Kisah seorang teman yang tinggal di ibukota.Berprofesi cukup mapan di usia belia.Terlihat dari posisi yang dicapai dan materi yang diperoleh.Fisik rupawan,penampilan selalu smart dan modis ditambah dunia glamour yang dijalaninya,seolah alasan logis ketika dengan ringan dia melakukan pelanggaran terhadap agamanya.Islam dia ikrarkan,basic keutamaan seorang muslim dia tahu dan kuasai betul.Namun mutiara iman itu sengaja dibiarkan kusam,bahkan dia siram dengan comberan duniawi.Sungguh sayang…

Di bumi para nabi,seseorang dengan usia yang tak terpaut jauh,sedang menjalani studi.Sosoknya mirip dengan tokoh novel yang bersetting di negeri seribu menara tersebut.Merenda waktu dengan bekerja dan menuntut ilmu,karena dia adalah mahasiswa yang terjun bebas tanpa beasiswa.Studi yang lancar dan pekerjaan yang lumayan,serta teguh melaksanakan syariah.Sebuah contoh ideal seorang pemuda islam.

Bila diamati keduanya menjadikan usia muda sebagai motivator dalam menjalani masa,namun hasilnya berseberangan.Apa karena faktor tempat yang mempengaruhi?tapi bukankah syetan berhak menggoda manusia selama di dunia terlepas dari tempat itu tanah suci dan bumi para nabi.Alangkah kerdilnya bila mengkambinghitamkan lingkungan sekitar sebagai kendala untuk mengamalkan kebajikan.Bagaimana dengan kewajiban untuk selalu berusaha mencari kebenaran?serta akal sehat dimana godaan memang bisa datang dari arah mana saja.Apalagi bila semua itu tampak secara kasat dan jelas hukumnya.

Pilihan ada di tangan kita,Allah telah banyak menyeru dalam ayat-ayatnya,Rasul telah memberikan bimbingan dan diteruskan oleh para ulama,hibgga saat iniSemua itu bukti kasih sayang Allah bahwa Dia juga ingin mempersembahkan yang terbaik buat hambaNya.Apalagi terhadap umat Muhammad yang sangat dicintaiNya.Bisakah kita belajar memulai menyayangi diri kita sendiri dengan taat,ikhlas menghindari apa yang diharamkan buat kita.Tyada sebanding kenikmatan dunia dengan akhirat.Sebelum penyesalan menghampiri setelah habis masa.

Wallahu’alam Bishawab