Al-Qur`an Membawanya Terbang Ke Negeri Kanguru

Ia masih berdiri penuh khusyuk di atas hamparan sajadah yang mulai tampak lusuh itu. Sajadah yang telah bertahun-tahun menemani tahajud-nya. Ia rasakan dirinya tengah berdiri di hadapan Allah yang Maha Agung, yang melihat setiap gerak-geriknya, mendengarkan semua yang ia ucapkan. Tuhan yang mengetahui segala isi hatinya.

Air matanya mengalir deras. Jiwanya berguncang hebat. Hampir saja ia jatuh pingsan. Ayat-ayat yang ia baca membuat dadanya bergemuruh. Perasaannya diaduk-aduk oleh keindahan ayat-ayat Sang Maha Pengasih. Ketika ia membaca ayat-ayat tentang azab hatinya dipenuhi rasa takut yang luar biasa. Ia membayangkan bahwa dirinya yang tengah diseret para malaikat berwajah bengis ke jurang neraka. Ia merasa dirinyalah yang dibakar di dalamnya. Begitulah setiap malam. Tak pernah absen. Tak pernah tertinggal.

"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa pada Tuhannya dengan penuh rasa takut dan penuh harap.." (QS As-Sajdah: 16).

Cintanya pada Sang Pencipta telah melebihi segala cinta. Yang tak terduakan oleh siapapun dan apa saja. Kerinduannya pada Sang Pemilik Jiwa tak lagi dapat ia bendung. Air mata kerinduan selalu membasahi taman hatinya. Saat di sepertiga akhir malam lah ia merasa dapat melabuhkan penuh utuh rasa cinta yang menyesak itu pada Sang Kekasih. Namun demikian, kerinduannya semakin memuncak dan tak tertahankan.

Ia tinggalkan kasur yang empuk demi merasakan nikmatnya bercinta dan bermunajat dengan Penguasa Setiap Jiwa. Ia lawan rasa kantuk yang bergelayut di pelupuk mata demi menumpahkan gejolak jiwa yang selalu menyesak di dada. Ia tahan berdiri panjang di atas hamparan sajadah demi mentababburi setiap ayat yang ia baca. Ia jatuhkan keningnya ke atas bumi demi menghinakan dirinya di hadapan Tuhan yang Maha Mulia. Cinta dan rindu telah membuatnya gila. Cinta dan rindu telah menjadikannya mabuk dalam rasa yang tak terkira.

Allah maha besar! Tidak ada yang lebih Agung dari Allah untuk disembah. Kepada-Nya semua makhluk akan dikembalikan. Ia berdiri penuh tunduk di hadapan Allah. Di hadapan Tuhan maha Agung yang ia cintai dengan segenap hatinya. Ia merasa dirinya begitu kerdil dan hina di hadapan Allah. Di hadapan Tuhan yang menciptakan langit bertingkat-tingkat. Di hadapan Tuhan yang menciptakan gugusan bintang-bintang. Di hadapan Tuhan yang menciptakan matahari, bulan dan segenap apa yang ada di jagat raya. Setiap ayat yang ia baca, ia tadabburi. Ia resapi dalam-dalam maknanya. Ia baca dengan penuh penghayatan jiwa.

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Alif laam miim. Turunnya al-Qur`an yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan, "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya al-Qur`an itu adalah kebenaran dari Rabb-mu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.Yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."

"Dan mereka berkata, "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?" Bahkan mereka ingkar akan menemui Tuhannya. Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."

"Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin’. Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari padaKu, ‘Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama’. Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan."

Tangisnya semakin pecah dan berderai. Ia seolah tak sanggup untuk berdiri. Dadanya bergemuruh hebat. Rasa takut luar biasa mencekam hatinya. Tubuhnya bergetar hebat. Ia menggigil. Ayat itu kembali ia ulang.

"Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama’. Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya …"

Pemuda yang bernama Utsman itu tidak kuasa lagi melanjutkan bacaannya. Tangisnya semakin deras. Ia ulangi lagi dengan sekuat tenaganya, tapi tetap tak bisa. Nafasnya tidak beraturan. Dadanya semakin sesak. Ia kerahkan lagi seluruh kemampuannya. Ia tak sanggup lagi untuk bertahan, tiba-tiba ia rasakan tulang-tulangnya dilolosi satu persatu, ia jatuh tak sadarkan diri.

[][][]

"Assalamu`alaikum akhi Utsman, maaf jika sekiranya saya mengganggu," seorang pemuda memakai kopiah putih, berkacamata minus dan memakai baju koko berwarna biru tua dan sarung cokelat mendekati Utsman yang tengah khusyuk membaca Adzkar Pagi sambil menunggu waktu syuruq di Mesjid Nurul Huda, Kawasan Gamik.

"Wa`alaikum salam akhi Junaidi, apa kabar? Ada yang bisa saya bantu?" balas Utsman penuh senyum dan ramah.

"Alhamdulillah sehat. Begini akhi, saya dapat info melalui Milis KMM tentang tawaran jadi Imam Tarawih Ramadhan di Australia. Saya kira info ini sangat bermanfaat buat akhi. Ini kertas pengumumannya saya print tadi malam di warnet," lanjut Junaidi sambil memperlihatkan dua lembar kertas pada Utsman.

Utsman meraih dua lembar kertas itu. Ia baca sekilas. Ia amati isinya.

"Bagaima akhi?"

"Tawaran yang menarik. Terima kasih banyak infonya akhi. Insya Allah saya akan coba mengikuti tesnya nanti. Mudah-mudahan Allah berkenan memberi taufik-Nya pada saya untuk menjadi yang diterima, insya Allah."

"Insya Allah, akhi. Saya tidak meragukan kemampuan akhi. Saya sangat yakin 100% akhi bisa lulus dalam seleksi nanti, insya Allah."

"Amin. Mohon doanya akhi."

"Insya Allah akhi, mungkin itu dulu, saya harus pulang cepat, saya hari ini ada tugas piket masak. Jika ada hal yang perlu saya bantu, akhi nanti tinggal menghubungi saya."

"Insya Allah, terima kasih infonya dan juga bantuannya, semoga Allah membalas kebaikan akhi, amin."

"Amin."

"Baik, saya pamit dulu ya, assalamu`alaikum," ucap Junaidi sambil menyalami Utsman penuh hangat.

"Wa`alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."

[][][]

Empat hari berlalu. Utsman dan Junaidi bertemu kembali di mesjid Nurul Huda selepas shalat ashar. Saat itu Utsman tengah membaca Adzkar Petang. Junaidi agak berat mendekati Utsman. Ia mencoba menahan diri dengan mengulang hafalan al-Qur`an sambil menunggu selesainya Utsman membaca Adzkar Petang. Setengah jam lebih berlalu. Utsman terlihat selesai membaca Adzkar Petang yang menjadi rutinitas hariannya. Junaidi segera menghampiri Utsman.

"Assalamu`alaikum Utsman."

"Wa`alaikum salam akhi Junaid. Apa kabarnya?"

"Alhamdulillah saya sehat, semoga akhi juga sehat, amin."

"Alhamdulillah saya juga sehat."

"Bagaiman tentang tawaran kemaren. Jadi akhi ikut?"

"Insya Allah. Semua persyaratan sudah dikirim via email pada Panitia. Tinggal mengikuti tesnya besok di Markaz PERSIS. Mohon doanya ya, semoga saya sukses."

"Insya Allah, saya akan bantu dengan do`a. Saya yakin akhi bisa lulus."

"Bagaimana akhi begitu yakin pada saya?"

"Karena saya melihat tajwid akhi bagus sekali. Begitu juga iramanya, mantap banget."
"Dari mana akhi tahu kalau bacaan saya bagus?"

"Ketika akhi jadi imam shalat jahr di mesjid ini dan sewaktu jadi imam tarawih di mesjid ini juga."

"Menurut saya, masih banyak yang lain yang lebih baik dari saya. Akhi terlalu berlebihan menilai."

"Saya kira, saya tidak berlebihan menilai. Ini betul-betul penilaian yang natural, setelah saya coba bandingkan dengan bacaan teman-teman yang pernah saya dengar. Mereka masih kalah jauh dari akhi. Saya cukup terkagum dengan bacaan akhi. Saya merasakan akhi membaca dengan ikhlas, penuh penghayatan dan tadabbur. Betul-betul mampu mengetuk hati dan mengaduk rasa. Itulah yang saya rasakan setiap kali shalat di belakang akhi saat akhi memimpin shalat jamaah. Tidak hanya saya yang merasakan itu, tapi teman-teman lain juga merasakannya."

"Saya hanya biasa saja akhi. Jika memang ada kebaikan, itu semua adalah pemberian Allah semata."

"Ya, saya tahu itu adalah anugerah dari Allah pada hamba-hamba yang Ia pilih di bumi untuk menjadi ahli-Nya. Satu lagi, sewaktu akhi jadi imam dua hari yang lalu, ketika akhi membaca surat al-Qiyamah, seorang kakek yang usianya saya taksir 60 tahun menangis tersedu-sedu mendengar bacaan akhi. Sepertinya beliau begitu meresapi dan menghayati bacaan yang ia dengar."

"Alhamdulillah, semuanya adalah pemberian Allah."

"Boleh saya bertanya pada akhi?"

"Iya, silahkan. Saya akan menjawab sebisanya."

"Bisa diceritakan bagaimana proses akhi menghafal al-Quran sampai menjadi seperti sekarang ini?"

"Apa yang perlu saya ceritakan dan apa yang ingin akhi ketahui tentang saya?"

"Mungkin bisa diceritakan masa lalu, bagaimana orang tua mendidik akhi dan adik-adik akhi?"

"Baiklah. Saya akan sedikit bercerita pada akhi, mudah-mudahan ada pelajaran yang bisa diambil, insya Allah. Saya tinggal di kampung, tepatnya di sebuah kampung bernama Nagari Kamang-Hilir. Ayah saya hanya seorang petani. Sehari-hari ke sawah dan ke ladang. Berangkat pagi selepas shalat duha dan pulang sebelum ashar. Sedangkan Ibu saya seorang Ibu rumah tangga. Alhamdulillah ayah dan ibu telah selesai menghafal al-Quran saat masih sekolah tingkat Tsanawiyah. Bahkan sewaktu malam pengantin mereka lewati dengan membaca al-Quran dari setelah isya menjelang subuh. Niat mereka agar semua anak-anak yang lahir menjadi penghafal dan pecinta al-Quran. Kami bersaudara berempat. Saya anak pertama dan terakhir adalah perempuan. Sejak kecil saya telah diajarkan membaca al-Quran. Tepatnya sejak umur 2 tahun saya telah diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah dan membaca al-Qur`an. Pada umur 6 tahun saya telah selesai menghafal al-Qur`an."

"Bagaimana dengan adik-adik akhi?"

"Orang tua kami menerapkannya pada kami semua. Alhamdulillah pada usia 6 tahun kami semua telah selesai menghafal al-Qur`an. Selanjutnya dari umur 6-8 tahun kami mulai menghafal Kitab Sahih Bukhari. Pada usia 8-10 tahun kami menghafal Kitab Sahih Muslim. Dan dari umur 10-15 tahun kami menghafal kitab-kitab hadits yang lain, seperti Sunan Abi Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan An-Nasai, dllnya. Sedangkan pada usia 15-18 kami dimasukkan ke Pesantren. Disana kami belajar Bahasa Arab, Tafsir, Hadits, Fiqh, Aqidah, Sirah dan lainnya.

"Masya Allah, sebuah keluarga luar biasa. Dimana adik-adik akhi sekarang?"
"Adik saya yang nomor dua, sekarang belajar di Riyadh, Universitas Imam Ibnu Su`ud. Adik yang nomor tiga tengah belajar di Fakultas Kedokteran di Universitas Andalas, Padang. Sedangkan adik yang nomor empat atau yang terakhir insya Allah tahun ini akan selesai dari Pesantren dan rencana akan melanjutkan kuliah ke LIPIA Jakarta. Begitulah kami digembleng oleh orang tua sejak kecil. Semua ini merupakan karunia dan anugerah dari Allah."

"Benar-benar pembinaan yang luar biasa. Saya kagum dengan kedua orang tua akhi. Semoga suatu saat nanti, ketika saya telah menikah saya dapat mengikuti jejak orang tua akhi. Amin."

"Insya Allah, semoga terkabul akhi, amin. Mungkin itu yang bisa saya ceritakan pada akhi."

"Cerita yang sangat menginspirasi dan menggugah. Saya yakin siapapun yang mendengar kisah ini pasti akan terinspirasi. Sangat mencerahkan dan patut dijadikan teladan. Sudikah kiranya akhi membacakan hadits-hadits dari yang pernah akhi hafalkan tersebut, untuk memotivasi saya membaca dan menghafal al-Quran, mudah-mudahan setelah mendengarkan hadits-hadts itu saya semakin termotivasi dan giat menghafal al-Qur`an."

"Insya Allah. Saya akan coba bacakan beberapa hadits. Dari Utsman radhiyallahu `anhu berkata, Rasululllah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Orang yang terbaik diantara kalian ialah yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya." Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah."

"Dari Abdullah bin Umar radhiyalahu `anhu berkata, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Pada hari kiamat kelak akan diseru kepada ahli al-Quran, ‘Teruskanlah bacaan Qur`anmu dan teruskanlah menaiki surga tingkat demi tingkat dan bacalah dengan tartil seperti yang telah engkau baca di dunia, karena sesungguhnya tempat terakhirmu adalah dimana engkau telah sampai pada ayat terakhir yang kamu baca." Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban."

Dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu berkata, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan adalah sama dengan sepuluh kali lipat pahalanya. Saya tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi."

Hadits lainnya adalah dari Mu`adz al-Juhani radhiyallahu `anhu berkata, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang membaca al-Qur`an dan mengamalkan isi kandungannya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang sinarnya lebih terang daripada cahaya matahari jika sekiranya matahari itu berada di rumah-rumah kamu di dunia ini. Bagaimana menurut kalian mengenai orang yang mengamalkannya sendiri?". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud.

"Akhi Junaidi, sangat banyak hadits yang bisa dijadikan motivasi. Saya hanya menyebutkan beberapa saja. Semoga dengan yang sedikit ini mampu memotivasi akhi Junaidi."

"Baarakallaahu fii ilmik, akhi alhabib. Saya sekarang sangat tercerahkan dan termotivasi. Terima kasih banyak sudah berkenan berbagi dengan saya. Saya merasa sangat beruntung bisa berkenalan dengan akhi Utsman. Semoga persahabatan kita diridhai Allah dan berkekalan ke akhirat nanti, amin."

"Amin. Sama-sama akhi. Saya juga senang bisa berkenalan dengan akhi. Banyak kebaikan yang bisa saya ambil dari akhi, alhamdulillah."

"Ah, saya ini orangnya biasa saja. Gak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhi. Masih jauh dan masih banyak kurangnya."

"Jangan terlalu merendah akhi. Tetap bersyukur dengan apa yang Allah berikan, dan terus giat melakukan kebaikan."

"Iya, insya Allah. Sekali lagi terima kasih telah sudi berbagi dan menyampaikan ilmunya, jazakumullahu khairan."

"Wa iyyak, akhi Junaidi," jawab Utsman penuh senyum.

[][][]

Mesjid Nurul Huda di Kawasan Gamik mulai lengang. Hanya beberapa orang dari mahasiswa dan orang Mesir yang masih menetap di dalam Mesjid. Mereka tengah membaca adzkar pagi, mentasmi` hafalan al-Quran dan membaca buku. Utsman pun tengah sibuk berzikir pada Allah. Ketika waktu syuruq telah masuk, 15 menit setelahnya Utsman shalat dua rakaat. Shalatnya begitu khusyuk, tenang dan panjang.

Setiap ayat ia baca dengan penuh penghayatan. Sesekali ia menyeka air mata yang menetes di kedua pipinya dengan jari-jari tangan kanannya. Usai shalat sebuah SMS masuk ke Hp-nya. Ia buka sejenak SMS itu, dari Haris Abdullah, Panitia Pelaksana Tes Imam Tarawih di Australia. Ia baca pesan itu dengan tenang.

"Assalamu`alaikum akhi Utsman. Alhamdulillah dari 13 orang yang ikut tes kemaren akhi yang terbaik dan diterima. Selamat akhi. Kami berharap kita bisa bertemu hari ini untuk membicarakan langkah selanjutnya di Markaz PERSIS setelah Ashar. Baik, kami tunggu kedatangan akhi nanti, terima kasih. Wassalamu`alaikum Wr.Wb."

Ustman tak dapat menahan rasa bahagianya. Ia lalu bersujud syukur, menumpahkan kebahagiaan dan rasa syukurnya pada Allah, Sang Pemberi Rizki. Tanpa terasa air matanya mengalir kembali. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya menjadi sempurna kebaikan.

[][][]

NB: Diantara yang menjadi inspirasi penulisan Kisah ini adalah pertemuan dua hari yang lalu dengan sahabat saya yang mengikuti tes jadi Imam Tarawih Ramadhan di Australia. Semoga dapat memotivasi kita semua, insya Allah. Jika kita belum bisa mewujudkan saat ini, semoga anak dan cucu kita kelak yang akan mewujudkannya. Amin.