How Do You Feel?

Pernahkah anda dihujani pertanyaan "kapan nich mengakhiri masa lajang?" atau mungkin pertanyaan seperti ini, "udah hamil belum?", "kapan tambah momongan?" dan bla bla bla. Saya yakin anda semua pasti pernah mendapatkannya.

Kini saya yang berbalik bertanya pada anda, pernahkah anda memikirkan perasaan orang yang ditanya demikian? pernahkah memperhatikan gejolak psikis dari orang yang anda tanya? Nah, kalau ini saya pun yakin anda tidak akan pernah mau tahu bagaimana rasanya dan mungkin bisa jadi anda melupakannya.

Seperti yang terjadi pada saya. Sore itu seperti biasa saya dan teman-teman yang lain berkumpul dalam sebuah agenda rutin, karena saya bertugas menjadi MC maka saya pun bertanya kepada teman-teman saya satu persatu. Kali ini giliran AF yang saya tanya. Meski kami tinggal satu kota namun karena kesibukan kami masing-masing, kami hanya bisa bertemu satu pekan sekali, itu pun kalau dia bisa hadir.

Sore itu saya bertanya kabar dan pertanyaan basa basi lainnya dan sampailah pada pertanyaan, "Gimana nich AF sudah hamil belum?" AF pun sontak menjawab dengan raut muka tak seramah biasanya "Belum mbak". Deg. Saya pun merasa bingung. Astaghfirulloh! Saya segera beristighfar sebanyak mungkin, saya telah melakukan kesalahan pikir saya.

Saya pun terdiam. Kemudian teman saya yang lain mengingatkan, "Pertanyaan begitu suka bikin BT ya kan?" AF pun mengangguk. Ya Alloh apa yang telah saya lakukan pada saudara saya, saya telah menyinggung perasaannya, gumam saya dalam hati. "Saya juga dulu gak suka kalau ada yang tanya begitu." Ujar teman saya yang lain. "Iya mbak, memangnya kita menikah itu hanya untuk membuat anak?" kata AF menambahkan. Deg. Ya Rabbi. Makin dalam tertunduk saya menyesali pertanyaan yang saya lontarkan tadi.

***

Secara psikologi pertanyaan seperti yang sebutkan di atas memang sangat terdengar tidak nyaman bagi yang ditanya. Saya pun dulu sebelum menikah pernah membaca artikel tentang itu di sebuah majalah yang saya temukan di rumah. Belum tentu orang yang kita tanya demikian merasa senang ketika diberi pertanyaan seperti itu.

Mungkin ketika ditanya bisa saja raut muka kita tersenyum saat menjawab namun dalamnya hati orang siapa bisa ditebak? Ada tipikal orang yang cuek ketika ditanya demikian, saking cueknya bahkan menganggap itu pertanyaan yang sudah jadul, tapi saya yakin secuek-cueknya, pasti orang tersebut akan merasa tidak nyaman juga dengan pertanyaan tersebut. Dan akan terngiang terus hingga ke alam bawah sadarnya.

Namun tak dipungkiri juga bahwa bertanya seperti itu seakan menjadi kebiasaan, adat istiadat di kalangan kita. Bahkan sampai dibuat iklan. Alangkah baiknya, pertanyaan tersebut diganti dengan kalimat positif yang berupa doa. "Semoga lekas menggenapkan diennya ya.." atau "Semoga segera diberi momongan ya?" dan doa yang lebih baik lagi. Agar tak ada hati yang tersakiti akibat lisan yang mungil ini.

Astagfirulloh! Ampunilah lisan hamba Ya Rabb, ketika tanpa sadar dan tanpa sengaja bertanya hal seperti itu kepada saudara-saudara hamba. Dan berilah kelapangan pada hati ini untuk menjawab pertanyaan tersebut, hingga tak bermuka masam bahkan menangis secara sembunyi-sembunyi ketika merasa tidak nyaman.

Semoga kita semua bisa saling memahami dengan kondisi saudara-saudara kita yang berbeda satu sama lainnya. Wallohu ‘alam bis showab….