Masih Adakah Sifat Syirik Dalam Diri Kita?

Dua hari yang lalu saya membeli roti sobek di pinggir jalan. Saya memberikan uang pecahan limapuluh ribuan. Abang tukang roti mengambil kembalian dari dompetnya. Ketika dia membuka dompet secara tidak sengaja saya melihat gumpalan rambut yang diselipkan di dompetnya itu. Lalu saya bertanya pada Abang tukang roti itu

“ Bang, kok ada rambut di dompetnya, rambut istrinya ya?. Tanya saya sambil bercanda pada si abang tukang roti.

“Wah ini buat penangkal tuyul neng. Biar uangnya tidak hilang. Jadi harus pake rambut.” Jawab tukang roti itu pada saya.

Saya terkaget dengan jawaban itu. Era modern dan serba ternologi seperti sekarang ini masih saja hal-hal syirik melekat di dalam keseharian masyarakat. Lalu saya menimpali si abang tukang roti dengan perkataan

“ya, yakin aja bang dengan Bismillah. Insya Allah aman kok!. Saya memberikan pemahaman pada si Abang tukang roti.

“Temen saya sering baca Bismillah neng, tapi uangnya ilang-ilang juga di ambil tuyul”. Si Abang tukang roti meyakinkan saya.

“Bismillahnya gak yakin kalie bang, cuman berupa bacaan doang kalie”. Abang tukang roti tertawa sambil mengembalikan uang kembalian tiga puluh delapan ribu ke saya.

Dari percakapan tadi saya melihat bahwa Manusia masih dikendalikan oleh hal-hal yang berbau syirik. Mereka percaya pada Allah, tapi ada tapinya yaitu masih menggunakan cara lain untuk menduakan Allah. Yaitu memakai cara-cara diluar logika. Mungkin tidak hanya tukang roti namun juga ibu-ibu yang mempunyai bayi mempunyai tradisi untuk menjaga si bayi dari gangguan jin dan syetan yang berwujud drakula penghisap darah, maka diletakkanlah cermin dan bawa putih yang disematkan di baju sang bayi.

Ada juga yang memakai benang-benang tertentu yang dituliskan ayat-ayat alqu’ran. Kemudian ada juga yang meletakkan gunting di bawah bantal saat si ibu hamil. Banyak sekali hal –hal seperti itu kita masih jumpai dalam masyarkat. Kebiasan-kebiasan tersebut sudah turun-temurun dilakukan oleh para tetua dulu, mungkin sampai pada ibu kita dan kita kalau kita tidak berusaha mencari cara beakidah yang benar.

Ya., Allah potret kehidupan manusia yang mengaku mengagungkan Engkau namun masih saja memakai cara lain untuk menduakan Engkau. Allah sendiri mengatakan dalam Al-quran bahwa berdo’a lah padaKU niscaya akan Aku kabulkan. Sebetulnya dari pengertian ayat –ayat ini tentunya kita bisa memahami bahwa kita bisa meminta langsung pada Allah tidak perlu memakai perantara mbah dukun, benda-benda keramat atau istilah kerennya pake orang pintar. Karena Allah Maha Mendengar dan Maha mengetahui.

Kita sering kali terjebak dengan rayuan-rayuan syetan yang menawarkan cara-cara pintas dalam berikhtiar kepada Allah. Meskipun hal itu di luar logika manusia. Bahkan bagi orang yang memiliki intelektual sekalipun masih saja terjebak dalam menggunakan jalan syetan untuk meraih sesuatu yang di inginkan. Penggunaan orang-orang pintar yang berkedok memakai ayat-ayat Alqur’an.

Bahkan ketika musim pemilu. Para pejabatpun ramai-ramai mendatangi orang pintar untuk dicarikan jalan supaya menang dalam meraih jabatannya. Ada juga masalah jodoh, masalah kekayaan, bahkan ketika sakitpun kita bisa kalah dalam memilih jalan yang di ridhoi Allah karena keinginan untuk sembuh yang luar biasa. Maka kita memilih jalan apapun yang penting sembuh Kita tidak menseleksi terlebih dahulu apakah cara yang kita pakai menyalahi sya’riat atau tidak.

Syirik-syirik kecil maupun syirik besar masih saja bersemayam dalam diri kita tanpa kita sadari atau tidak. Seperti contohnya yang dilakukan si abang tukang roti tadi. Meskipun ia percaya bahwa Allah yang memberikan rizki, menjaga rizki dan mengambilnya kembali. Meskipun ia sudah menunaikan sholat dan ibadah ritual. Tapi esensi ibadah itulah yang belum mendarah daging dalam diri kita sehingga kita masih mudah digoyahkan oleh sesuatu yang merusak aqidah kita kepada Allah SWT.

Kalau kita cermati dengan baik perbuatan-perbuatan seperti tadi masih banyak bertebaran dalam masyarakat. Tidak perduli ia orang yang memiliki berilmu tinggi, orang yang punya jabatan prestisius di kantor atau perusahaannya, atau orang jebolan sekolah agama sekalipun bisa tertipu dengan perbuatan – perbuatan syirik seperti ini.

Apakah kita juga termasuk dalam bagian orang-orang yang masih menduakan Allah?. Tentunya jawaban itu ada dalam diri kita masing-masing. Semoga Allah senantiasa menuntun kita ke jalan yang lurus yang diridhoi-NYA.