Menangis Karena Takut pada Allah

Malam itu -Kamis, 27 Agustus 2009- mesjid al-Majid yang terletak di belakang kantor Konsuler KBRI Kairo masih terlihat sepi. Baru shaf pertama yang telah dipenuhi orang-orang. Mereka nampak asyik membaca al-Qur`an. Sebagian mereka tengah khusyuk dalam shalat. Alhamdulillah, masih ada tempat duduk yang kosong di pojok kiri shaf pertama. Segera saya menuju tempat itu.

Seorang pemuda Mesir, Ahsan-nama samaran- tengah larut dalam lantunan ayat-ayat Allah. Ia terlihat begitu khusyuk. Saya awalnya ingin menyapanya, tapi niat itu saya tahan, saya tidak ingin mengganggunya.

Usai shalat sunnah tahiyyatul masjid, sayapun membuka mushaf, melanjutkan bacaan al-Qur`an saya. Begitu nikmatnya terasa di rumah Allah, ketika ayat-ayat-Nya dibaca, ketenangan menyapa jiwa.

Tanpa terasa, azan Isya berkumandang merdu. Membelah kota Kairo. Suaranya memanggil setiap jiwa untuk segera datang ke rumah Allah. Sebagian orang-orang yang telah datang ke mesjid berdiri mengerjakan sunnah qabliyah Isya, sebagian lain, masih larut melantunkan kalam-kalam Allah. Ahsan saya perhatikan tidak beranjak, ia seolah telah terbenam dalam samudera ayat-ayat sang Khaliq. Jiwanya seakan terikat akan keindahannya. Ia masih membaca al-Qur`an.

Tak berapa lama kemudian, iqamah dikumandangkan. Syaikh Usamah, sang Imam tampil ke depan memimpin shalat Isya, dan selanjutnya shalat tarawih.

Ini adalah malam pertama saya shalat di mesjid al-Majid. Dulu, saya hanya sering mendengar suara indah Syaikh Usamah melalui pengeras suara, ketika saya sempat lewat di tempat itu. Namun, malam itu Allah perkenankan saya shalat di mesjid tersebut, alhamdulillah.

Memang benar, suara syaikh Usamah begitu merdu. Bacaannya fasih, makhraj dan tajwidnya begitu bersih. Sempurnalah keindahan itu. Hati saya tersentuh, jiwa saya tergugah, dan iman saya terbangkitkan. Rasa kantuk yang mencoba datang menghinggap di pelupuk mata menjadi sirna. Saya terpesona dan terbenam dalam keindahan bacaan dan kemerduan suara syaikh Usamah. Tak salah jika banyak orang yang memilih shalat tarawih di mesjid al-Majid. Walau setiap malam, bacaannya satu juz`, tapi itu tak lah berat, karena keindahan bacaan syaikh Usamah menjadikan satu juz` terasa ringan.

Ayat demi ayat dilantunkan penuh merdu. Hati seolah diaduk-aduk oleh keindahan ayat-ayat Allah. Ada rasa cinta yang begitu menguasai hati. Ada rasa rindu yang tak tertahankan pada sang Khalik. Ada rasa takut yang begitu menghantui ketika dibacakan ayat-ayat tentang azab-Nya.

Ahsan shalat di samping kanan saya. Terkadang terdengar oleh saya isak tangisnya. Ia begitu meresapi setiap ayat yang dibaca syaikh Usamah. Ia begitu paham. Ia seakan telah tenggelam dalam samudera firman-firman Allah. Ia sering kali menangis. Bahkan tangis itu sulit untuk ia tahan ketika syaikh Usamah membaca ayat-ayat (yang artinya) : "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat. Bagi mereka tikar tidur dari api neraka dan diatas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-A`raf [7] : 40-41).

Tangisnya semakin pecah ketika Syaikh Usamah melantunkan ayat-ayat selanjutnya, "Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, "Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezki apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu." Mereka menjawab, "Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir." (Yaitu) Orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini (kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami." (QS. Al-A`raf[7] : 50-51)

Kisah Ahsan mengingatkan saya pada kisah Rasulullah Saw dengan Abu Mas`ud ra.. Suatu kali, Rasulullah Saw. meminta Abu Mas`ud r.a untuk membacakan pada beliau al-Qur`an. Berkata Abu Mas`ud, "Wahai Rasulullah apakah saya akan membacakan untukmu al-Qur`an sedangkan ia diturunkan padamu? Rasulullah menjawab," Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang lain."

Lalu Abu Mas`ud membaca surat An-Nisa` dan ketika sampai pada ayat, "Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka." (QS. An-Nisa`[4]: 41), beliau berkata, "Cukup", kemudian Abu Mas`ud menoleh pada Rasulullah dan ia melihat air mata Rasulullah  jatuh berderai. (Muttafaq `Alaihi)

Suatu ketika Rasulullah Saw. berkhutbah di hadapan para sahabat, beliau bersabda," Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis."  Kemudian para sahabat menutup wajah mereka dan mereka menangis. (Muttafaq `Alaihi)

Dalam sebuah hadits beliau bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, "Tidak akan masuk neraka seorang laki-laki yang menangis karena takut pada Allah Swt. sehingga air susu kembali masuk ke dalam puting…" (H.R Tirmidzi)

Sabda beliau juga, "Tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah Swt. pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, diantara mereka itu adalah; seorang laki-laki yang mengingat Allah Swt. dikala sendiri kemudian mengalir deraslah air matanya." (Muttafaq `Alaihi)

Abu Bakar r.a dikenal sebagai seorang sahabat al-bakka` yaitu orang yang sering menangis. Aisyah r.a berkata, "Sesungguhnya Abu Bakar adalah laki-laki yang hatinya lembut, apabila ia membaca al-Qur`an ia selalu menangis."

Dari Abu Umamah Shuday bin `Ajlan al-Bahiliy r.a Nabi Saw. bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah dari dua tetesan. Beliau menyebutkan, satu diantaranya adalah tetesan air mata yang keluar karena takut pada Allah Swt." (H.R Tirmidzi)

Begitu banyak hadits-hadits Rasulullah Saw. dan kisah as-salaf as-shalih yang menerangkan tentang keutamaan menangis karena takut pada Allah Swt.

Nah, bagaimana dengan diri kita? Setiap diri lebih mengetahui keadaannya masing-masing. Sudah seberapa banyakkah air mata kita menetes ketika mengingat Allah Swt? Ketika sendiri mengingat dosa dan kesalahan, ketika menyadari telah sering lalai dari perintah Allah Swt? Sudah seberapa seringkah air mata kita tumpah ketika membaca ayat-ayat Allah Swt? Ketika diingatkan dengan kematian dan dengan siksa Allah Swt.?

Sungguh tangisan Ahsan merupakan tangisan yang Allah Swt. cintai. Tangisan seperti ini akan semakin mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah Swt.

Dari saat ini mari kita mempertimbangkan air mata yang keluar, jangan sampai keluarnya air mata karena kita tidak mendapatkan keinginan hawa nafsu, jangan sampai kita menangis karena kebatilan. Bijak dalam mengeluarkan air mata merupakan pertanda jernihnya hati dan benarnya iman seorang hamba.

Mari kita menangis karena takut pada Allah Swt., mari kita berlatih untuk menangis ketika membaca ayat-ayat Allah Swt. Menangis bukan selamanya tanda cengeng, tapi tangisan yang keluar karena kebaikan adalah pertanda kebesaran jiwa, tanda kesadaran akan hakekat diri yang sesungguhnya, tanda cinta yang tulus dan tanda seorang mengenal Tuhannya. Moga kita tidak malu menangisi dosa-dosa dan kesalahan kita selama ini.

Wallahu a`lam bish-showab.

Salam cinta dari Kairo,

[email protected]

www.marifassalman.multiply.com