Menggantungkan Mimpi

Pekan kemarin, Alif, anak sulung saya mendapatkan tugas membuat mading. Tugas yang sama untuk semua anak di kelasnya, kelas 1 Badar SDIT Daarusaalaam. Menurut wali kelasnya, tugas membuat mading dengan tema ‘cita-citaku’ tersebut untuk menggali jati diri dan kreatifitas anak.

Sebelum mulai membuat mading, kami; saya dan alif membuat diskusi kecil. Apa warna karton yang diinginkannya, gambaran bentuk, termasuk cita-cita yang akan digoreskannya ke dalam mading yang akan dibuat nantinya. Agar tidak membingungkan, saya sengaja membagi pekerjaan membuat mading tersebut menjadi beberapa sesi. Sesi mempersiapkan peralatan, membuat rangka bentuk, sesi menulis cita-cita, sesi menggambar dan menghias, dan finishing. Cukup banyak memang, namun terbukti ampuh mempercepat gerak Alif 😉

Sesi pertama lancar. Kami pergi ke toko ATK tak jauh dari rumah. Saya membiarkan Alif memilih sendiri peralatan yang di inginkannya; seperti karton, lem, kertas warna. Lalu menyiapkan gunting, lem, dsb.
Sesi kedua berjalan agak alot. Karena ketika saya memberikan kebebasan untuknya memilih bentuk, Alif selalu berubah-ubah keinginan. Akhirnya kami sepakat untuk tidak merubah bentuk karton yang persegi panjang, hanya membuat variasi pada tampilannya saja.

Selanjutnya menulis cita-cita. Di sesi ini, Alif harus menuliskan beberapa kalimat tentang cita-citanya. Saya sengaja menahan diri untuk tidak ikut mengeluarkan kata-kata yang dapat mempengaruhi keindahan dan ke-originalan kalimat yang akan di tuangkannya. Saya biarkan ia untuk mengucapkan kalimatnya, namun sebelum di tuliskan pada karton, saya membantunya untuk menuliskannya di secarik kertas terlebih dahulu. Tidak terlalu banyak kalimat yang di ucapkan Alif. Hanya lima kalimat saja. Namun bagi saya, kalimatnya begitu sarat makna.

Terlepas dari egoisme diri saya yang sebenarnya tidak terlalu suka dengan cita-cita yang dipilihnya, sebagai orang tua, ada rasa bangga yang menyeruak hati. Apalagi ketika sampai di kalimat terakhir.

Alif ingin jadi pembalap
Melaju di arena
Pembalap dari Indonesia
Jadi juara dunia
Juara yang tidak sombong

Saya tertohok. Anak sekecil Alif saja tau, bahwa kesombongan adalah hal yang harus dihilangkan, pun untuk seseorang yang sudah juara; seseorang yang berada jauh diatas orang lain yang ada di sekitarnya. Sedangkan saya yang jauh berumur diatasnya? masih saja suka merasa lebih.  Ah, jadi malu…Saya sungguh berharap, Alif akan dapat terus menjaga sikapnya ini hingga kelak ia dewasa. Amiin…

Sesi lainnya berjalan cukup lancar, walaupun Alif mulai banyak tingkahnya. Kami menghabiskan waktu hampir tiga jam untuk menyelesaikan membuat mading tersebut.

Bagi saya, menemani buah hati belajar dan mengerjakan tugas, adalah salah satu wadah untuk terus belajar. Karena tanpa saya sadari, banyak hal yang dapat saya ambil dari kegiatan tersebut, selain semakin terasanya getar cinta diantara kami. Alhamdulillah…

Entah sampai kapan, anakku,
aku dapat mendampingimu
Belajar dan mengaji bersama
Bermain dan tertawa gembira

Entah sampai kapan, anakku,
aku dapat mengajarimu
Karena semakin banyak hari yang terlewati bersamamu
Malahan engkau yang banyak mengajariku

Kita memang tidak akan pernah tahu
Kapan waktu ini kan berhenti
Namun ku ingin engkau selalu melihat
Ada begitu banyak cinta yang bertebaran di antara kita

Seperti jenak nafas yang tercipta hanya karenaNya
Begitu pula alasan kita menggantungkan mimpi
Karena cintaNya dan untuk cinta kepadaNya


Rumah Cienta; 6Aug’09