Menikmati Sakit

Sebagai bunda empat orang anak yang masih kecil-kecil, tampaknya saya dituntut untuk selalu menjaga kesehatan, karena tenaga yang harus digunakan untuk menjaga mereka luar biasa besar.

Tetapi, rencana Allah adalah rencana terbaik. Usai mengisi acara rumahku surgaku di sebuah radio di siang hari, dan saya masih dalam keadaan bugar, malam harinya saya tiba-tiba merasa lemas, tak bertenaga, keluar keringat dingin dan detak jantung saya berdetak kencang, lebih dari seratus kali per menit.

Paginya, saya ke dokter dalam, dan dokter tak menemukan ada penyakit berarti di badan saya. Ternyata, "sapaan kasih sayang Allah" itu harus saya nikmati dalam hitungan hari bahkan sampai berbulan-bulan.

Pada awalnya, saya memutuskan untuk dirawat di rumah saja dan di rumah ibu mertua saya, yang subhanallah, luar biasa baiknya. Tetapi saudara-saudara saya dalam din tak tega. Mereka "memaksa" saya untuk dirawat di RS setelah dua bulan saya tergolek di tempat tidur dan meninggalkan semua amanah dan kesibukan saya.

Mereka pula yang menyiapkan mobil untuk menjemput saya, mempersiapkan ruangan terbaik untuk rumah sakit, mengatur jadwal untuk menjaga saya karena suami harus berbagi konsentrasi untuk rumah, antar jemput sekolah anakdan kesibukan dakwah yang tak mungkin ditinggalkannya dan tak bisa diwakili. Mereka pula, saudara-saudara cinta saya, yang memikirkan biayanya. Sungguh, tak mungkin saya mampu membalas jasa mereka semua. Dan Allah telah selesai mencatatnya.

Setelah diendoskopi, baru diketahui bahwa lambung dan usus saya mengalami pendarahan. Subhanallah, saya memang tak boleh GR. Dalam puluhan tahun hidup saya, Allah tak pernah memberi penyakit berarti, dan sekarang saatnya saya ‘turun mesin’. Banyak hikmah yang tak mungkin saya catat seluruhnya. Betapa persaudaraan dalam iman adalah kekayaan yang tak pernah tertebus harganya, sebagaimana Allah firmankan dalam surat al-Anfal 68. Begitu mendengar saya dirawat, saudara-saudara saya, yang ditemukan karena ikatan aqidah, dari berbagai tempat, bergantian menjenguk dan mensupport semangat saya. Sungguh, sayatak pernah menyangka, betapa besar cinta mereka untuk saudaranya.

"Istirahat saya" tampaknya juga tak bisa diperpendek. Sepulang dari rumah sakit, saya masih harus mengalami banyak hal. Badan tiba-tiba panas, diare parah sehingga harus diinfus di rumah, atau lemes yang tampaknya masih setia. Belum lagi saya masih harus memanage perasaan saya. Saya yang terbiasa bergerak harus diam di rumah. Rasanya saya begitu tersiksa. Melihat anak-anak belajar dan bercanda bersama sementara saya sibuk dengan bermacam rasa yang saya derita, melihat suami saya mesti menyiapkan banyak hal dan saya tak bisa membantunya atau menyaksikan kesibukan dakwah yang senantiasa menggeliat sementara saya tak bisa terlibat di dalamnya. Sungguh, saya menjadi tak nyaman karenanya.

Tetapi Allah memang tak pernah salah meletakkan takdirnya. Kembali Saudara-saudara cinta saya, bergantian menyemangati saya. Bunda Siti Urbayatun meninggalkan laptopnya untuk saya agar saya bisa mengetik dan melupakan penyakit saya, dr.Oom Nurrohimah SP Pd dan dokter Yayukrutin merawat saya, bu Endah mengambil dua anak saya untuk dijaga di rumahnya, bahkan sejak saya di rumah sakit, bu Wiwik yang juga mengasuh acara rumahku surgaku di radio hampirtiap hari mengecek atau menyemangati saya, Ustadzah Habibah memberikan bantal panasnya dan bu Bustani yang guru SMP IT senantiasa meminjamkan buku perpustakaan dari sekolahannya untuk menemani hari-hari sepi saya. Belum lagi akhwat-akhwat yang tak mungkin terbalaskan kebaikannya.

Subhanallah, sampai saat ini, saya masih harus berkutat dengan sisa-sisa penyakit sayaditambah problem gigi yang tiba-tiba dan bersamaan datangnya. Tetapi saya tahu, inilah bentuk kasih sayang Allah untuk mengggugurkan dosa -dosa saya. Allah tak mungkin tak menyayangi saya. Dan sabar dan syukur adalah dua mata air yang airnya tak pernah kering memberikan kekuatan. Saya tahu, saya memang harus banyak belajar untuk melakukan keduanya. Dan sakit itulah yang mengajari saya untuk mendekati keduanya, secara praktek, tak cuma teori.dan cinta dari sekeliling saya adalah pembelajaran yang penuh makna.

Terima kasih ya Allah…terima kasih saudara cinta…Seringkali sakit memberikan banyak hal yang kita tak bisa dapat kecuali kita memang harus menjalaninya….