Menyemai Cinta dengan Salam

Satu ketika Tufail bin Ubai bin Ka’b mengikuti Abdullah bin Umar berjalan ke sebuah pasar. Dilihatnya Abdullah tadi mengucapkan salam kepada semua orang yang dijumpainya baik yang dikenal ataupun tidak. Lantas Tufail pun bertanya kepadanya; wahai Abdullah, kenapa engkau pergi ke pasar. Padahal engkau tidak berbelanja. Kemudian dia menjawab; aku pergi ke pasar cuma untuk sekedar salam. Karena salam menghantarkan seseorang masuk ke dalam surga.

Ucapan salam memang sederhana. Hanya dengan ucapan “assalamu’alaikum” seseorang tanpa disadari sebenarnya ia telah menaburkan benih-benih cinta terhadap sesama. Sebab salam bukan sekedar ucapan yang terlintas untuk basa basi saja, melainkan di dalamnya mengandung doa.

Rasullullah saw bersabda: “Kamu tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan kamu tidak bisa beriman sebelum kamu saling mencintai. Maukah kamu aku beritahukan sesuatu jika kamu melakukannya maka kamu akan saling mencintai. Tebarkanlah salam. ” (HR Muslim)

Mengucap salam tidak sama dengan ucapan yang lain. Kita sering mendengar ucapan “selamat pagi, selamat siang, selamat sore ataupun selamat malam”. Semua ucapan ini memang baik diucapkan, namun ucapan tersebut meskipun menempati posisi “ assalamu’alaikum” akan tetapi sifatnya temporal. Kalau hendak mendoakan, kenapa harus terikat waktu seperti ucapan selamat pagi dan lainnya. Oleh karena itulah kalimat “ assalamu’alaikum” tidak menyertai waktu. Itu artinya, setiap orang yang mengucapkan salam kepada orang lain berarti ia mendoakan keselamatan padanya sepanjang masa.

Ditinjau dari aspek sosial, salam merupakan penguat hubungan seseorang dengan yang lain. Walau hanya berpapasan, kemudian mengucapkan salam tentunya orang lain merasa senang karena didoakan. Doa yang meluncur tanpa pamrih dan tanpa diminta itu akan membuat jalinan tali cinta terhadap sesama. Sehingga, bagi siapa yang diberikan salam maka sepatutnyalah ia memberikan sekurang-kurangnya salam yang sama.

Firman Allah swt: “ Apabila kamu diberi salam dengan satu salam, maka balaslah salam itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (QS. 4:86)

Inilah rahasia di balik salam itu. Salam bisa menjadi pengait hati satu sama lain karena di dalamnya terkandung doa sekaligus penghormatan. Kalau setiap orang bisa saling menghormati di jalan atau setiap kali bertemu, bukankah yang akan timbul adalah rasa cinta. Dan mencintai sesama termasuk salah satu takaran sejauh mana iman yang dimiliki seorang muslim.

Rasulullah saw bersabda: “ Tidak beriman seseorang di antara kamu sampai kamu mencintai saudaramu sebagaimana mencintai dirimu sendiri” (HR Bukhari)