Merajut Kehidupan

Oleh: Syaripudin Zuhri

 

Dalam keheningan malam yang sunyi

Kala hembusan angin sepoi sepoi basah

Salju-salju tipis turun ke persada bumi

Di tengah lelapnya tidur makhlukMu

Ada nada-nada bahagia menyambut kelahiran kembali

 

Semilir dedaunan yang bergerak lembut

Mengalunkan tasbih yang terdengar seluruh makhluk

Gerak napas kehidupan berputar seiring waktu

Menjelajah di setiap langkah demi langkah

Detik demi detik berlalu

Menghantarkan denyut nadi berirama

 

Mentari  pagi tersenyum lembut

Menghantar jejak langkahmu menata dunia

Kicau burung bersahutan bak konser nyanyian membelah pagi

Menghantarmu menyambut gerak kehidupan

Salju tipis menghias sang waktu dengan manisnya

Menebar pesona nuansa pagi yang indah

Menghantarmu bagai gelombang lautan

Menghentak bibir pantai sunyi

 

Bunga yang bermekaran menyambut musim semi tiba

Merekah perlahan dalam kelopak-kelopak

Menebar wangi ke seluruh penjuru taman

Berbagi bahagia menyambut kelahiranmu

Rumput yang menghijau bergerak indah

Melambaikan tangan persahabatan yang tulus

Merajut rangkaian napas kehidupan

 

Wahai waktu yang terus bergerak maju

Tak ada yang dapat menghentikanmu

Tak ada yang dapat menyetop gerak langkahmu

Tak ada yang dapat membuatmu mundur walau sedetik

Semua mengiring gerak langkahmu

Air yang terus mengalir dalam gerak tak henti

Angin yang terus berhembus membuai dedaunan

Kupu-kupu yang berterbangan di taman taman kehidupan

Menyambutmu kelahiranmu yang berulang

 

Terus melangkah wahai deru napas yang mengharu biru

Meniti jembatan dan menapak pematang

Kala lumpur-lumpur di seberang jalan sana menghadang jalanmu

Tetaplah melangkah walau ilalang tajam menggores kakimu

 

Ada mentari dibalik awan gelap

Ada anggrek dalam kegelapan hutan yang lebat

Ada mutiara di laut yang dalam

 

Teruslah melangkah wahai deru napas kehidupan

Kelahiranmu yang terus berulang dalam nada rindu syurgawi

Menghantar kedalam pelukan kasihNya

Yang tiada henti-hentinya menebar aroma wangi ke persada bumi

Dan ke semesta raya yang tak terhingga

Sujudlah

Bersukurlah

Sepanjang waktu

 

Semoga setiap napas yang kau hembuskan

Dan setiap langkah kakimu

Dalam ridho dan ampunanNya !

 

 

Saya awal tulisan dengan bait-bait di atas, yang mewakili kalimat-kalimat panjang, karena dengan bait-bait semacam puisi atau entah apa namanya, itu tak penting, kalimat-kalimat  panjang bisa terwakili dengan kalimat pendek dalam setiap bait puisi, itupun kalau mau disebut puisi, terserah pengamat sastera, apakah bait diatas puisi atau ungkapan hati, lagi-lagi itu tak penting.

 

Yang penting adalah bahwa dalam setiap gerak kehidupan, biasanya diawali langkah pada setiap kelahiran, yang dibilang ulang tahun atau milad. Nah dalam ulang tahun yang pada hakekatnya adalah “pengurangan” jatah umur dari batas yang telah ditakdirkanNya, yang logika keimanan seharusnya bersukur, dan rosulullah pada  hari kelahirannya, Senin 12 Robiul Awwal Tahun Gajah, selalu puasa, makanya ada puasa sunnah di hari Senin, disamping puasa sunnah hari Kamis, kalau hari Kamis alasan rasulullah, ketika amalannya diangkat, Beliau dalam keadaan puasa.

 

Apa yang terjadi pada ummat Beliau dalam menghadapi ulang tahun? Karena pengaruh budaya Barat, pada ulang tahun justru niup lilin, padahal tak ada ada contoh apapun dari ajaran Islam, kalau ulang tahun itu niup lilin, dalam budaya Indonesia juga tak ada acara ulang tahun pakai niup lilin. Yang lebih repot lagi, sudah niup lilin, lalu hura-hura dan dan makan-makan, bukan puasa!

 

Okelah kalau niatnya berbagi dengan fakir miskin, tapi ada yang mengisi ulang tahun dengan acara gila-gilaan, acara yang entah apa namanya, membuang-buang makanan atau bahkan minum-minuman keras sampai mabuk! Dan lebih sangat memprihatinkan ketika yang ulang tahun adalah orang-orang kaya yang menghamburkan hartanya untuk ulang tahun, sampai pesta menyewa pulau! Sedang disekitarnya banyak sekali fakir miskin, yang jangankan untuk mengadakan acara ulang tahun, untuk makan sehar-hari pun susah.

Kita kembali ke bait-bait di atas, kehidupan yang terus bergulir, tentu harus dihadapi dengan kekuatan jiwa, dan tentu saja fisik. Karena dengan keseimbangan dua kekuatan tadi, jiwa dan raga, maka halangan dan rintangan, ujian dan cobaan hidup akan dijalaninya dengan lapang dada, penuh esabaran dan ikhlas. Hidup yang sehat bila jiwa dan raga sehat keduanya, dan itu memang ajaran Islam, yang selalu mengajarkan system keseimbangan dalam hidup.

Kejarlah duniamu, namun jangan lupakan akheratmu, atau kalau dibalik,  kejarlah akheratmu, namun jangan lupakan kehidupanmu di dunia. Itulah ajaran Islam, keseimbanga, balance, untuk segala aspek kehidupan apapun namanya. Bila sudah imbang, maka dalam bergerak atau melangkah tak mudah goyang, tak mudah keget, tak mudah diombang ambingkan oleh ombak atau badai kehidupan, semuanya dijalani dengan senyum dan dengan dada yang lapang penuh keikhlasan dan kesabaran. Dan bila hal tersebut sudah menjadi amalan atau tingkah laku sehari-hari, maka hidupnya akan bahagia dalam kondisi apapun, karena jiwanya selalu dipenuhi oleh rasa sukur kepadaNya.