Mereka Tidak Mundur dari Perjuangan

Ketika tiba saat pelepasan pasukan untuk berangkat, salah satu dari ketiga panglima tersebut meneteskan air matanya sehingga orang orang bertanya,”mengapa engkau menangis, ya Abdullah bin Rawahah?”

Dia menjawab,” Demi Allah, aku meneteskan air mata bukan karena cintaku pada dunia dan bukan pula karena berat berpisah dengan kalian, melainkan karena aku telah mendengar Rasulullah membaca firman Allah tentang api neraka :

“Dan tak seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan “ (Maryam : 71)

Sedangkan aku tak tahu bagaimana nanti setelah aku melaluinya.”

Orang sekitarnya berkata,”Allah beserta kalian dan akan mengembalikan kalian dalam keadaan baik.”

Rasulullah sendiri membayangkan perang yang akan dihadapi akan menjadi luar biasa dasyat, karena itu beliau sendiri mengantarkan pasukannya hingga sejauh mungkin , seolah olah beliau hantarkan pasukan yang tak pernah kembali lagi dengan beliau, mengantarkan sesuatu yang akan terpisah di alam dunia, beliau antarkan sampai ke area Taniyah Al Wada…

Beberapa hari kemudian, ketika pasukan ini tiba di suatu dusun bernama Ma’an, mereka mendengar berita bahwa pasukan romawi telah berada di Ma’ab di daerah Al Balqa dengan 100.000 prajurit.

Mendengar itu semua, ada ketakutan dan keraguan di antara pasukan, sehingga pasukan  muslimin memaksa tinggal selama dua malam di Ma’an  , waktu persiapan tersebut digunakan untuk menyusun dan memikirkan langkah strategi  selanjutnya, karena lawan yang dihadapi sangat besar dan tangguh dalam jumlah dan peralatan perangnya.

Hingga diantara mereka ada yang mengusulkan, ”kita laporkan saja kepada Rasulullah SAW agar dikirimkan bantuan atau diturunkan perintah untuk kita laksanakan,”

Tapi melihat kondisi adanya indikasi keraguan akan kekuatan pasukan muslimin, berdirilah Abdullah bin Rawahah membangkitkan semangat pasukan , dan ia berujar ,

“Wahai kaumku, demi Allah , sesuatu yang tidak kalian senangi tapi saat ini kalian keluar untuknya hanyalah untuk mati syahid. Kita memerangi musuh bukan berdasarkan jumlah prajurit atau kekuatan senjata, kita tidak berperang kecuali demi agama , yang dengan ini Allah melimpahkan karuniaNya kepada kita. Oleh karena itu, mari kita hadapi mereka bersama sama. Perang ini akan memberi kita satu dari dua kebaikan, kemenangan atau kematian sebagai syuhada.”

Seruan Abdullah berhasil membakar semangat para prajurit muslim. Mereka berkata satu sama lain, ”Abdullah bin Rawahah benar.”