Hidup Ini Indah

Pagi yang cerah. Nyalain teve ah! Ingin dengar berita pagi. “Selamat pagi semua, selamat pagi Indonesia. Pagi ini kami sajikan berita pagi tentang : bentrok antar warga di Jakarta, kebakaran akibat kompor meledak, dan pencurian kendaraan bermotor, bla-bla-bla…” Aaaahhhh, semangat pagiku yang semula menjulang tinggi langsung merosot setelah mendengar berita pagi yang menyedihkan tentang pertiwi.

Wuiih! Panasnya. Terik matahari di siang hari membuat keringatku mengucur dengan deras setelah mengayuh sepeda selepas kursus menjahit. Perutku sudah keroncongan minta segera diisi. Makan siang dulu deh, pikirku sambil bersantai sejenak menyimak berita siang. “Selamat siang. Pemirsa, kami rangkum peristiwa siang ini dengan berita utama : banjir bandang di desa mekarsari, perkosaan oleh guru kepada muridnya, dan korupsi milyaran rupiah oleh si fulan, bla-bla-bla…” Yaaah, lagi-lagi kecewa. Nafsu makanku mendadak hilang melihat berita yang menyesakkan dada tentang kondisi negeriku.

Rasanya segar setelah mandi sore. Sambil makan kolak pisang…lagi…kusimak saluran berita. Penasaran, tak ingin ketinggalan memantau keadaan bangsaku. “ Berita petang. Selamat sore pemirsa di tanah air. Berita sore ini segera kami suguhkan dengan topik utama : terjadinya bom di Cirebon, kerusuhan akibat penggusuran lapak, dan merebaknya wabah ulat bulu, bla-bla-bla…” Waddduh, masih sama! Informasi yang kudengar melulu bernada yang kurang menyenangkan hati.

Malam hari menjelang tidur, kucoba sekali lagi menyalakan televisi untuk mendengarkan berita malam. Barangkali saja kali ini ada berita yang menyenangkan dan memotivasi rakyat dan generasi penerus untuk menjadi lebih maju dan lebih baik dari sebelumnya. Sambil minum teh hangat, volume teve aku tinggikan. “Selamat malam, inilah berita malam hari : jatuhnya pesawat merpati nusantara, demo mahasiswa yang memacetkan lalu lintas, dan wabah diare menyerang balita, bla-bla-bla…” KLIK. Gemas! Tak tahan, akhirnya kumatikan teve sebelum berita usai.

Oh-oh, apa yang terjadi dengan negeriku? Mengapa hampir semua berita yang kudengar dan kulihat melulu membahas tentang rusaknya materil dan hancurnya moral bangsa? Sebegini burukkah tanah tumpah darahku tercinta? Seakan-akan tak ada lagi orang yang memiliki hati nurani. Ke manakah engkau orang-orang yang berhati mulia? Di manakah lagi kehebatanmu wahai putra-putri bangsa?

Rasa sedih, kecewa, gemas, marah, bingung bercampur aduk dalam benakku. Ah, aku yakin Indonesia tidak demikian kenyataannya. Masih ada bahkan pasti lebih banyak berita dan cerita positif yang sebenarnya terjadi di negeri ini. Cerita dan berita yang patut mendapatkan acungan jempol yang telah berhasil diukir oleh bangsaku. Pun tak sedikit berbagai prestasi cemerlang yang telah diraih oleh putra-putri bangsa bahkan mampu menaklukkan bangsa-bangsa maju lainnya.

Ambillah contoh : Lomba matematika tingkat dunia yang berhasil diraih oleh anak bangsa, kejuaraan badminton, lomba catur tingkat anak, kesuksesan sebuah keluarga mendidik anak berakhlak qur’ani, indahnya panorama alam Indonesia yang memikat turis manca negara, dan masih banyak lagi.

Namun, entahlah, aku sendiri heran dan sangat heran dan amat sangat heran. Mengapa berita dan cerita yang bernilai motivasi, semangat dan kreatifitas seakan-akan lenyap, hilang dibawa angin lalu? Mengapa sedikit sekali bahkan nyaris tak pernah diangkat ke meja berita?

Adalah memang hak siapa saja untuk memberikan berita kepada khalayak ramai asalkan berita yang disajikan akurat. Namun alangkah baiknya jika meninjau kembali porsi yang tepat yang perlu disuguhkan bagi rakyat dan bangsa ini. Tidakkah lebih baik jika perbandingan berita baik dan buruk 75:25? Atau setidaknya 50:50?

Memang tidak ada yang sempurna. Termasuk manusia bahkan suatu negara maju pun tidak melulu sempurna, tentu ada kekurangannya di salah satu sisi. Rasanya bijaksana jika menyampaikan suatu berita dengan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi setelahnya. Akankah menjadi lebih baik atau justru sebaliknya?

Sebagai seorang ibu dan sebagai orang tua, tentu sudah menjadi kewajiban kita memberikan nasehat kepada anak-anak kita. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika setiap hari menjelang tidur, kita selalu mendongengkan anak-anak kita dengan cerita yang seram dan menakutkan? Nyenyakkah tidurnya? Menjadi beranikah mereka?

Lain tentunya jika setiap malam kita meninabobokan dengan cerita yang menarik, menyenangkan hati, dan memberikan semangat dan contoh yang baik kepada anak. Tentu mereka akan tidur dengan nyenyak sambil mengulum senyum di bibir dan terbawa menjadi mimpi yang indah.

Nah, jika hati anak selalu gembira karena didengungkan dengan nyanyian yang indah, tentu ia tak akan takut menyongsong hari esok. Masa depan yang gemilang menanti di depan mata. Mereka akan berlomba-lomba mengukir prestasi. Termotivasi dari berita dan cerita yang didengar dan dilihat. Jangan takut untuk melangkah anak-anakku, kejarlah cita-citamu.

Hidup cuma sekali, yakinlah bahwa hidup ini indah.

Seperti halnya dengan Islam. Islam itu indah. Jika seorang hamba telah jatuh cinta pada Islam, maka ia akan merasakan nikmatnya menjadi seorang muslim/ah. Dalam kalam-NYA :

“Alloh berfirman: Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’Raaf [7] : 156)

Juga dalam hadits berikut ini:

Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, dan Dia menulis untuk diri-Nya sendiri, yang tetap berada di sisi-Nya di atas ‘arsy: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”

Takhrij Hadits, hadits di atas diriwayatkan dalam kitab berikut ini:

  1. Shahih al-Bukhari kitab bad`il-khalqi no. 3194; kitab at-tauhid bab qaulil-’Llah Ta’ala wa yuhadzdzirukumul-’Llah nafsahu no. 7404.
  2. Shahih Muslim kitab at-taubah bab fi sa’ah rahmatil-’Llah no. 7145.
  3. Sunan at-Tirmidzi kitab ad-da’awat bab khalqil-’Llah mi`ata rahmat no. 3543
  4. Sunan Ibn Majah kitab az-zuhd bab ma yurja min rahmatil-’Llah yaumal-qiyamah no. 4295.
  5. Musnad Ahmad bab hadits Abu Hurairah no. 9595.

Wallohua’lam bishshowaab.

(mkd/bintaro/13.05.2011)