Jalan Pintas

Bismillah,

Kemarin sore, cuaca terlihat begitu cerah. Aku duduk di dalam kamar sambil membaca sebuah buku. Setelah beberapa lembar buku aku buka, aku dikejutkan oleh suara dentuman benda yang cukup keras dari balik jendela.

Brrrraaaakkk! Suara apa itu? Bom bukan ya? Bisikku dalam hati. Waktu menunjukkan pukul 17.30, aku bergegas menuju jendela kamarku di lantai 11 yang menghadap ke arah kolam renang. Kolam renang berada di lantai 8 apartemen tempat tinggal kami. Aku melongok ke bawah untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi saat itu.

Pikiranku dipenuhi oleh sebuah pertanyaan, mungkinkah bom yang nyasar? Maklumlah situasi politik yang sedang memanas di negeri gajah putih akhir-akhir ini sering membuat hatiku diliputi rasa khawatir yang sedikit berlebihan.

Massa baju merah atau dikenal dengan sebutan “seua deeng” mangkal alias berdiam diri dan membuat panggung tepat di belakang tempat kami tinggal. Sehingga membuat kami utamanya aku menjadi resah jika sampai terjadi salah lempar bom atau peluru nyasar atau gas air mata milik polisi/tentara yang ingin membubarkan para demonstran yang menduduki pusat bisnis di jantung kota Bangkok. Kerap pula terdengar bunyi helikopter milik pemerintah menderu-deru di atas apartemen kami untuk memantau keadaan sekitar.

Kembali ke asal bunyi dentuman keras tadi, selang tak berapa lama kemudian beberapa orang dari arah kolam renang yang semula sedang berenang dan duduk-duduk santai di tepi kolam, berlarian menuju tembok samping di lantai 8 sambil melihat ke arah bawah.

Kuperhatikan beberapa orang yang ada di area pelataran parkir gedung Platinum Fashion Mall yang letaknya bersebelahan dengan apartemenku pun ikut berhamburan keluar dan melongok ke arah yang sama sambil sebagian orang menunjuk-nunjukkan tangannya ke bagian atas gedung kami.

Pandangan mereka tertuju pada sebuah jalan kecil tepatnya jalan keluar untuk kendaraan yang berasal dari apartemen kami. Jalan ini menjadi membatas antara apartemen kami dengan mall besar tadi di sebelah gedung kami itu. Aku mulai curiga, jangan-jangan bunyi dentuman keras tadi bukan bunyi bom tetapi bunyi benda yang jatuh dari ketinggian tertentu.

Astagfirulloh! Dag-dig-dug jantungku berdegup kencang. Apakah yang jatuh tadi benda mati? Ataukah seorang manusia? Apakah ia terjatuh? Ataukah ia sengaja menjatuhkan diri? Kenapa ia bisa jatuh? Berbagai pertanyaan tiba-tiba melintas dalam pikiranku.

Cek dan ricek, itulah langkah pertama yang aku lakukan. Aku mencoba menelepon salah satu sahabatku yang kebetulan lokasi kamarnya menghadap ke arah jalan kecil tadi. Lututku gemetar dan badanku terasa lemas setelah mendengar penuturannya. Sahabatku dengan jelas dapat melihat benda yang berdentum tadi. Ah, tragis sekali rasanya. Rupanya kejadian serupa dua tahun silam yang menakutkan itu terulang kembali. Kali ini seorang wanita Thai yang mengambil jalan pintas menamatkan hidupnya dengan melompat dari lantai 26.

Jalan pintas, yah, seolah permasalahan akan selesai dengan mengambil jalan pintas. Namun kenyataannya tidak demikian, justru orang-orang yang berpikiran pendek dan mengambil jalan pintas menganggap bahwa ia dapat berlari dan keluar dari permasalahan yang ia hadapi di dunia ini. Namun tak tahukah mereka bahwa ia tak dapat berlari dan keluar dari permasalahan yang akan dihadapinya kelak di alam kubur dan alam akherat? Ke mana lagi ia akan berlari dari kenyataan menghadapi pengadilan Alloh Yang Maha Adil?

“…..Inna lillahi wa inna illaihi roji’uun. Artinya : Sesungguhnya kami milik Alloh dan kepada-NYA lah kami kembali. (QS 2 : 156)”

Apa pun agamanya dan dari mana pun asalnya, semua yang hidup akan mengalami mati dan setiap yang mati pasti akan kembali kepada Pemiliknya Yang Maha Kekal.

Alloh Sang Kholik Yang Maha Teliti sangat menghargai segala sesuatu apalagi sebuah kehidupan, DIA menciptakan manusia dengan meniupkan Ruh-NYA yang mulia pada saat kita berada di alam rahim ibu kita di bulan keempat. Setiap proses kejadian manusia berlangsung dengan begitu memukau.

Oleh sebab itu sangat pantaslah Alloh berfirman dalam Al-Quranul karim tentang perjuangan dan pengorbanan yang besar dari seorang ibu yang sedang mengandung. Bayi yang selalu dibawanya selama 9 bulan bukan waktu yang singkat dan tidak bisa dianggap sebagai hal yang sepele atau biasa-biasa saja. Ia membawa amanah seorang anak manusia yang kelak akan menjadi pemimpin di muka bumi.

“…Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah…(QS 31 : 14).”

Ironisnya, di satu sisi banyak orang yang berjuang mempertahankan dan memperpanjang sebuah kehidupan dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit bahkan sampai ratusan juta rupiah. Lalu, bagaimanakah dengan manusia yang menyepelekan arti sebuah kehidupan bahkan menyia-nyiakannya? Na’udzubillah min dzalik.

Kita harus sadar bahwa iblis selalu menggoda kita setiap saat. Namun bila kita berpegang pada tali Alloh yang kuat maka Alloh akan membimbing kita agar selalu berada di jalan-NYA yang lurus dan kita akan mampu melawan gangguan setan yang terkutuk.

Terkadang walaupun perjalanan hidup yang dilalui berliku dan panjang, namun jika kita dapat mengambil hikmahnya, tentu akan menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Illahi Rabbi. Yakinlah bahwa setiap ujian dan musibah yang datang kepada kita tak lain dan tak bukan hanyalah untuk menghapuskan dosa-dosa kita dan menaikkan kita ke derajat yang lebih tinggi lagi, inshaALLOH.

Wallohua’lam bishshowaab

(mkd/bkk/22.04.2010)