Kekuatan Do'a

Bismillah,

Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari putaran kedua. Dalam diri ini ingin sekali adanya perubahan ke arah yang lebih baik, tapi tanda-tanda itu nampaknya belum kunjung datang jua. Lebih sabar misalnya, juga lebih pandai menahan nafsu amarah, lebih khusyuk dalam beribadah dan lebih-lebih lain yang sudah dirasakan oleh sebagian manusia-manusia pilihan-NYA.

Setiap target yang ingin diraih tentu harus dilakukan melalui dua hal agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Semua itu harus dilakukan dengan ikhtiar dan do’a. Jika salah satu saja terlupakan tentu hasilnya akan pincang dan mustahil target akan tercapai. Seseorang yang telah berusaha sekuat tenaga dengan giat dan tekun tanpa dibarengi dengan do’a tentu tak ada barokah di dalamnya. Demikian pula sebaliknya jika seseorang yang selalu berdo’a siang dan malam tanpa henti namun tanpa berbuat apa-apa, hanya mengharapkan rejeki jatuh dari langit rasanya mustahil akan terwujud.

Teringat kejadian empat tahun silam, kala aku sakit diare. Waktu itu keluarga besarku berencana berwisata ke Bali, Pulau Dewata. Tempat wisata yang tersohor baik di dalam negeri maupun manca negara. Baru mendengar namanya saja sudah membuat hati melompat-lompat gembira. Belum lagi kami berangkat namun pikiranku sudah jauh melayang membayangkan bermain air di tepi pantai nan elok dan melihat kekayaan budaya tanah air. Apalagi wisata kali ini bersama orang-orang tercinta tentu menambah keceriaan di hati kami semua.

Besok pagi pukul 06.30 kami sepakat berangkat bersama menuju bandara. Pakaian dan alat bermain pasir serta makanan ringan sudah dipak dengan rapi. Koper-koper sudah berjejer dengan rapi. Kami semua pun tidur lebih awal. Pukul sembilan malam anak-anak sudah tertidur dengan lelap. Entah kenapa, tiba-tiba perutku terasa sakit bukan kepalang. Rasa ingin buang air besar begitu mendesak. Aku menuju kamar mandi dengan setengah berlari.

Alangkah terkejutnya, aku mengalami diare hebat. Selang sepuluh menit kemudian kejadian ini terus berulang. Aku mencoba minum segelas air setiap kali buang air besar agar tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Aku mencari obat diare yang biasa aku simpan di rumah dan langsung meminumnya. Dua jam berlalu namun sakitku tak kunjung reda. Diareku tak kunjung berhenti.

Tengah malam aku bangunkan suami untuk mengantarku ke rumah sakit terdekat. Kami menuju UGD (unit gawat darurat). Dalam hati, aku terus berdoa memuji Zat Yang Maha Kuat dan Maha Menyembuhkan. Aku harus sembuh, tak mungkin rasanya aku membatalkan tiket yang sudah dipesan.

Aku diperiksa dengan seksama. Tak lama kemudian dokter memberikan resep untuk obat yang harus aku tebus. Aku berharap mendapatkan antibiotik agar penyakit diare ini segera mereda. Sedikit kecewa aku mendengar dokter berkata bahwa aku tak perlu minum antibiotik. Pikirku saat itu mungkin cukup riskan bagiku minum antibiotik karena aku masih menyusui seorang batita cantik.

Tanpa ragu aku sampaikan kepada dokter bahwa pagi ini kami harus berangkat ke Bali. Aku bertanya apakah masih memungkinkan bagiku untuk melakukan perjalanan yang cukup jauh. Dokter tersenyum dan berkata bahwa ibu akan baik-baik saja.

Sampai di rumah obat yang diberikan dokter langsung aku mimum. Namun diareku masih belum juga reda. Aku tak dapat tidur dengan nyenyak. Selang beberapa menit aku selalu terbangun untuk menuju kamar mandi. Dalam sakit aku berdo’a dalam pasrah. Mulutku terus berdzikir memohon ampun atas kehilafanku dan memohon kesembuhanku.

Fajar menyingsing, kami semua bangun untuk sholat subuh dan mempersiapkan diri berangkat ke bandara. Semua keluarga besar sudah masuk ke dalam mobil. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 pertanda kami harus sudah meninggalkan rumah. Aku sempatkan sejenak menuju ke kamar mandi karena diareku belum juga hilang. Aku yang biasanya cukup gesit saat itu membuat keluarga sedikit keheranan mengapa aku jadi begitu lambat. Aku hanya mengulum senyum di bibir tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tak ada yang tahu tentang sakitku kecuali suamiku dan tentunya ALLOH Yang Maha Melihat.

Dzikir memuji asma-NYA terus mengalun dalam hatiku. Aku tidak peduli dengan sakit di perutku. Sepanjang jalan aku terus memandang keluar jendela sambil melanjutkan dzikir dan do’aku. Aku terus memfokuskan hati ini menyebut nama-NYA.

Aku berharap sembuh. Aku tidak ingin memakai toilet yang ada di pesawat. Selain jumlahnya yang sangat terbatas, air juga terbatas dan tentu akan mengganggu kenyamanan penumpang lain jika aku sering ke toilet.

Alhamdulillah kami sampai di Denpasar dengan selamat dan lancar. Apa yang aku khawatirkan tidak terjadi selama di perjalanan begitu pula sesampainya kami di tempat penginapan (cottage). Walaupun tubuh masih terasa lemas dan nafsu makan belum sepenuhnya pulih kembali namun diareku sudah berhenti. Aku berusaha tetap ceria bersama keluargaku.

Dua hari kemudian, ibu curiga dengan wajahku yang terlihat sedikit pucat. Kepada beliau aku ceritakan apa yang sebenarnya aku alami sejak dua hari silam. Saat itu keadaanku sudah jauh lebih baik dan lebih segar. Alhamdulillah segala puji bagi-MU yaa Rabb yang telah mendengarkan dan mengabulkan do’a hamba-MU ini. Aku akhirnya dapat menikmati wisata di Pulau Bali.

“Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do’a. (QS 14 : 39)”.

“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepada-Ku….(QS 2: 186)”.

“Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan bagimu’ (QS 40 : 60)”.

Ya, dari kilas balik kejadian di atas. Rasanya aku harus banyak bermuhasabah agar targetku tercapai. Masih banyak sekali yang harus aku benahi dalam diri ini untuk bisa meraih derajat yang lebih tinggi lagi. Apalagi bulan ini adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat. Aku harus lebih giat lagi dalam berikhtiar dan berdo’a. Semoga ikhtiar dan do’a kita semua sebagai kaum muslimin dan muslimah yang menjalankan puasa Ramadhan ini dimudahkan dan diijabah oleh ALLOH SWT, aamiin.

Wallohu’alam bishshowaab.

(mkd/bintaro/23.08.2010)