Yang Tangguh Tak Mudah Mengeluh

Tahun ini adalah untuk yang ketiga kalinya saya berpuasa di negeri sakura. Tahun ini agak sedikit berbeda, karena puasa tahun ini bertepatan dengan musim panas, dimana siangnya bukan hanya lebih panas tapi juga lebih panjang dari di Indonesia. Teman-teman di ruangan saya kaget ketika saya menceritakan bahwa di dalam Islam, secara fisik puasa adalah menahan makan dan minum sejak sebelum matahari terbit hingga saat matahari akan terbenam. Seorang teman langsung menyahut "berat sekali jadi seorang muslim", yang seorang lagi bilang "minum aja ini, nanti bisa mati kamu kalau tidak makan tidak minum".

Puasa tahun ini memang terasa lebih berat dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi saya yakin setiap orang yang sehat pasti bisa melakukan ibadah ini. Allah swt pasti tidak akan mewajibkan sesuatu yang manusia tidak mampu melakukannya. Kalau diperkirakan tidak seluruh manusia mampu melaksanakan suatu kewajiban, Allah swt pasti memberikan perintah bersyarat terhadap kewajiban tersebut. Misalnya perintah untuk menunaikan ibadah haji. Karena tidak semua orang bisa melakukannya, maka Allah memberikan pengecualian, yakni diwajibkan pergi haji bagi mereka yang mampu.

Meski awalnya perintah terhadap puasa bersifat umum kepada seluruh orang beriman,namun Allah memberi kelonggaran, yakni bagi mereka yang sedang bepergian atau orang-orang tua yang lemah atau mereka-mereka yang sakit. Namun kelonggaran ini tidak menggugurkan kewajiban berpuasa itu sendiri, karena mereka yang tidak mampu melaksanakannya diwajibkan membayar denda, yakni dengan mengganti puasanya diwaktu yang lain atau membayar fidyah.

Allah yang maha rahman selalu memberikan perintah memberikan beban sesuai dengan kemampuan kita. Begitu juga ketika Allah memberikan kita ujian atau cobaan,pasti hal itu sesuai dengan kemampuan kita. Namun persoalnnya adalah kita seringkali men"diskon" kemampuan kita sendiri. Yang seharusnya mampu, kita merasa tidak mampu. Perasaan tidak mampu kita itulah sesungguhnya yang menyebabkan kita tenggelam dalam ketidakmampuan yang sebenarnya.

Tidak sedikit kita menjumpai orang yang suka meremehkan dirinya sendiri, tidak mau memaksimalkan semua sumber daya yang Allah berikan kepadanya untuk menghadapi ujian dan tantangan yang Allah berikan. Inilah yang menyebabkan manusia suka sekali berkeluh kesah,suka sekali menggantungkan persoalan kepada orang lain, suka sekali memposisikan diri lebih kecil dari persoalan yang dihadapi, merasa kerdil berhadapan dengan masalah.

Hobi berkeluh kesah ini ternyata tidak melihat status, pangkat atau kedudukan seseorang. Lihat saja para pemimpin kita, tidak sedikit diantara mereka yang suka berkeluh kesah tak berdaya didera berbagai persoalan bangsa. Padahal saat kampanye mereka berkata seakan semuanya mudah dan mereka meyakinkan rakyat bahwa mereka bisa. Lihat saja masyarakat kelas menengah kita, tidak sedikit diantara mereka yang mudah menyerah kalah terhadap dinamika lingkungan yang memaksa mereka melakukan perubahan. Lihat saja rakyat kita, tidak sedikit diantara mereka yang mudah diadu domba atas nama kebebasan, atas nama agama atau atas nama apa saja yang bisa melegitimasi tindak kekerasan. Hal ini adalah refleksi dari akumulasi berbagai keluhan yang tak beroleh tanggapan.

Dalam kondisi seperti ini kita butuh orang-orang yang mampu meyakinkan bangsa ini bukan sekedar dengan retorika, tapi dengan tindakan-tindakan nyata. Kita butuh pemimpin yang bisa menyirami rakyat dengan cahaya yang menentramkan, cahaya yang memberi jawaban atas berbagai persoalan, cahaya yang melahirkan gairah untuk bangkit dan berjuang melawan segala keterbatasan.

Kebangkitan sebuah kelompok, kebangkitan sebuah bangsa, sangat ditentukan oleh kebangkitan pribadi yang berkumpul di dalamnya. Diera kebangkitan, kita membutuhkan manusia-manusia tangguh, manusia-manusia yang tidak gampang mengeluh ketika berhadapan dengan berbagai persoalan, manusia-manusia yang yakin akan kemampuan dirinya, manusia-manusia yang selalu berprasangka baik bahwa Allah pasti tidak akan memberi ujian yang diluar kemampuan manusia untuk menyelesaikannya.

Semoga kita bisa memaksimalkan romadhan ini untuk menggembleng diri kita agar menjadi manusia-manusia tangguh yang tidak gampang mengeluh. Karena memang perintah Allah jelas sekali "Dan bekerjalah kamu…" (QS. Attaubah:105), dan Allah sama sekali tidak memerintahkan kita dengan kata-kata "Dan mengeluhlah kamu…"

www.najib23.blogdetik.com