Nabi Muhammad di Mata Pembesar Yahudi dan Nasrani

2. Rahib Bahira

Saat usia Nabi Muhammad menginjak 12 tahun, diajak pamannya, Abu Thalib, berdagang ke Syam. Rombongan Abu Thalib sempat singgah di Bushra, suatu daerah di Syam yang berada dalam kekuasaan Romawi. Di negeri ini ada seorang Rahib yang dikenal dikenal dengan sebutan Bahira, nama aslinya Jurjis.

Bahira menghampiri rombongan Abu Thalib dan mempersilakan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal sebelumnya disebutkan, Bahira tidak pernah keluar rumah. Tapi kali itu dia keluar karena turut merasakan keistimewaan Nabi Muhammad.

Sambil memegang tangan Nabi Muhammad, Sang Rahib berkata “Orang ini adalah pemimpin alam semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam”

Abu Thalib bertanya “Dari mana engkau tahu hal itu?”

Rahib Bahira menjawab “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian bawah ulang rawan bahunya yang menyerupai buah apel. Kami juga mendapati tanda itu di dalam Kitab kami”

Kemudian sang Rahib meminta Abu Thalib kembali lagi ke Mekah bersama Nabi Muhammad SAW tanpa melanjutkan perjalanan ke Syam, karena Bahira takut gangguan Yahudi kepada mereka.