Nikmat Berhijab

Hari itu selepas menunaikan shalat Ashar di mushalla University of Technology of Sydney, aku berpapasan dengan seorang pria yang tampaknya berasal dari Asia Selatan. Dengan ramah dia menanyaiku, “Sister, where is the praying room ?”. Aku menjawabnya dengan menunjukkan arah mushalla yang dia cari. “Thank you Sister”, seulas senyum terhias diwajahnya dan menyudahi pertemuan kami hari itu.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan pertemuan kami saat itu. Masing-masing dari kita mungkin pernah mengalami adegan ketika kita ditanyai arah jalan atau dimintai pertolongan. Tapi, bagiku sapaannya istimewa karena dia telah mengenaliku sebagai seorang muslimah dari hijab yang aku pakai. Sapaan "Sister“ telah mengakrabkan kami dalam Ukhuwah Islamiyah.

Ketika aku memutuskan untuk memakai hijab, ada ketakutan tersendiri apakah aku memang mampu menjiwai hijab yang aku pakai. Kerudung yang aku pakai untuk menutupi rambut dan sebagian wajahku apakah mampu menjadi pengingat bahwa aku harus menjaga perilaku sebagai muslimah. Baju panjang yang aku pakai apakah mampu mengingatkanku untuk selalu istiqamah dalam berbuat. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku tersadar bahwa butuh waktu untuk benar-benar menjiwai atribut ke-Islaman yang telah aku pilih.

Adalah sebuah pilihan untuk memakai hijab atau tidak. Bagiku pilihan ini telah menyadarkan posisiku sebagai hamba yang ingin dicintai oleh penciptanya. Pilihanku telah membuatku menyadari efek samping yang harus aku lalui. Ditatap dengan pandangan aneh sudah menjadi pemandangan yang biasa bagiku. Ditanyai dengan pertanyaan "mengapa kamu memakai hijab sementara temanmu tidak?“ sudah sering aku dengar. Dianggap "sok agamis“ juga sudah kenyang aku rasakan. Semuanya aku syukuri sebagai proses pembelajaran.

Satu hal yang jelas adalah aku nyaman memakai hijab. Tidak ada rasa menyesal walaupun harus mematut diri di hadapan cermin lebih lama untuk merapikan kerudungku. Tidak ada rasa menyesal karena dianggap ketinggalan mode yang sedang in. Dengan memakai hijab, justru banyak hal yang aku dapatkan. Sapaan "Assalamualaikum“ atau "Sister“ dari sesama muslim dan muslimah yang sama sekali tidak aku kenal adalah salah satu hadiah terindah dari nikmat berhijab. Selain itu, berbalas senyum dengan sesama muslimah berhijab yang belum aku kenal adalah kenikmatan yang tiada tara. Aku tidak menyesal dengan keputusanku berhijab. Alhamdulillah, aku merasakan bahwa keputusan ini adalah keputusan yang menenteramkan hati.