OBAT ITU PAHIT

Kembali ke kisah dimana saat ini aku masih memandangi wajahnya yg hilang ingatan.
Suamiku walau hilang ingatan kelihatan sehat dan segar. Beliau  adalah atlet sepeda ratusan kilometer dan atlet berkuda endurance di alam bebas yg bisa tahan berkuda selama lebih dari 4 jam.

Siapa yang menyangka penyakit ini datang dengan sangat tiba2. Sungguh Allah telah menunjukkan kekuasaanya atas diri Manusia. Bahkan kita sendiripun bukan pemilik dari anggota tubuh kita, semua hanya titipanNYA

Aku dan anakku yang no 2 sedang sibuk menghibur suamiku dengan memutarkan video mengenai kisah nabi Ayub dimana nabi Ayub diberikan ujian yang sangat berat secara bersamaan. Seluruh harta bendanya habis dalam waktu 3 hari 3 malam, ke12 anaknya wafat dan nabi Ayub menderita sakit keras menahun. Suamiku sangat terhibur dan berbesar hati dg inspirasi kisah nabi Ayub tersebut.

Tiba2 ada telfon masuk dari anakku yg bungsu dan terdengar isak tangis yg sengaja ditahan “Mama kita harus pergi dari rumah kita dalam waktu 5 hari, ini preman suruhan bank berhasil meyakinkan polisi dan seluruh warga sekitar bahwa kita bukan pemilik rumah ini lagi bahkan pengacara kita pun menganjurkan kita untuk mengalah”

Saat itu ada sedikit rasa kaget dan kecewa menyelip dalam hatiku tapi aku sudah lama bersiap akan terjadinya takdir ini karena aku meyakini semua adalah titipanNYA dan takdir Allah semua adalah yang terbaik.

Masih melekat ingatan teduhnya rumah seluas 1000 m2 di tengah area kemang jakarta dimana kami memiliki kolam renang sendiri dan juga leluasa untuk berkebun, beternak dan belajar memanah di halaman belakang rumah. Rumah yang penuh kenangan manis dan getir silih berganti

Aku bergegas keluar ruang rawat agar suamiku tidak curiga dan di luar ruang aku katakan kepada anakku “sayang, jangan lupa ucapkan innalillahi wa inna lillahi rojiun dan Alhamdulillah ala kuli haal. Semua ini hanya kenikamatan dunia dan Allah masih memberikan kita kesempatan untuk bersama papa itu jauh lebih berharga” aku terus menguatkan anak2ku. Aku yakin itulah saat Tauhid kami sekeluarga dipertanyakan Allah.

Akupun tersungkur di lantai dan bersujud dan berdoa “Ya Allah jadikanlah ini puncak dari ujian yang engkau berikan kepadaku dan kepada keluargaku. Janganlan engkau berikan ujian yang lebih berat yang kami tidak mungkin menanggungnya lagi”