Orang Miskin Dilarang Sakit

“Bu, Alhamdulillah…tadi bapak sudah mengurus asuransi. Tidak begitu lama nunggunya, karena hari ini tidak banyak orang yang mengantri” kata pak Surya kepada isterinya.

Hari itu pak Surya mendaftarkan nama putranya yang baru saja 2 minggu yang lalu lahir sebagai member asuransi kesehatan di kotanya. “Alhamdulillah, kalo tambah dedek kecil ini kita bayarnya jadi berapa pak setiap tahun?”

“Sama saja kok bu, karena kita kan paketnya ke luarga”. “Ooh, begitu …” bu surya mengangguk tanda mengerti dan membuka-buka kartu asuransi, dan membaca nama-nama anggota ke luarga yang tertera di kartu tersebut. Nama adik bayi sudah tercantum dalam kartu itu.

Ini juga kelebihan dari pemerintah di negerinya, yaitu administrasi satu atap, hal-hal terkait dengan administrasi warga Negara di suatu kecamatan sudah tercatat dalam data base yang bisa di link di setiap bagian biro kepengurusan administrasi.

Alhamdulillah, akhirnya Departemen Kesehatan di negeri Antah Berantah di mana ke luarga bu Surya tinggal, menggulirkan asuransi kesehatan untuk semua warga negeri. Semua warga wajib memiliki kartu asuransi ini dan wajib membayar uang asuransi ini setiap tahun.

Fasilitas yang diberikannya juga sangat menguntungkan sekali, anak-anak balita sampai usia sekolah SD kelas 3 mendapatkan tunjangan pemeriksaan kesehatan gratis, imunisasi gratis, menginap karena sakit dirumah sakit juga gratis dari pemerintahnya. Begitu juga dengan orangtuanya, mereka mendapat potongan 30% jika berobat ke rumah sakit, begitu juga dengan obat-obatan.

Terbayang jika suaminya tidak memiliki asuransi itu, untuk menjamin uang kesehatan bagi putra-putrinya yang berjumlah 5 orang sangat berat sekali, belum lagi mereka berdua. Alhamdulillah sampai saat ini dia dan ke luarga belum pernah dirawat di rumah sakit. Tetapi siapa tahu kan….

“Hmmm…Alhamdulillah…akhirnya tidak ada perbedaan lagi antara orang miskin dan orang kaya dalam pemeriksaan kesehatan.” hela bu surya dalam-dalam. Dalam ingatannya, di 10 tahun yang lalu, ketika dia harus pulang-pergi bekerja di daerah kota raya, di sebuah sudut kota tempat tingggalnya tertulis dengan jelas “Orang miskin dilarang sakit”, begitu pilu hatinya.

Alhamdulillah hari ini tidak akan ada lagi warga kota yang berteriak menahan sedih karena tidak bisa mengeluarkan anaknya di sebuah klinik karena di tahan pihak rumah sakit disebabkan belum bisa membayar uang rumah sakit.

“Terimakasih ya Allah…terimakasih para wakil rakyat….” Dikecupnya buah hati yang masih merah dipangkuannya. “Alhamdulillah Nak&hellip.engkau bisa mengecap salah satu kemudahan ini” belainya dengan penuh sayang.

Orang Miskin Dilarang Sakit

“Bu, Alhamdulillah…tadi bapak sudah mengurus asuransi. Tidak begitu lama nunggunya, karena hari ini tidak banyak orang yang mengantri” kata pak Surya kepada isterinya.

Hari itu pak Surya mendaftarkan nama putranya yang baru saja 2 minggu yang lalu lahir sebagai member asuransi kesehatan di kotanya. “Alhamdulillah, kalo tambah dedek kecil ini kita bayarnya jadi berapa pak setiap tahun?”

“Sama saja kok bu, karena kita kan paketnya ke luarga”. “Ooh, begitu …” bu surya mengangguk tanda mengerti dan membuka-buka kartu asuransi, dan membaca nama-nama anggota ke luarga yang tertera di kartu tersebut. Nama adik bayi sudah tercantum dalam kartu itu.

Ini juga kelebihan dari pemerintah di negerinya, yaitu administrasi satu atap, hal-hal terkait dengan administrasi warga Negara di suatu kecamatan sudah tercatat dalam data base yang bisa di link di setiap bagian biro kepengurusan administrasi.

Alhamdulillah, akhirnya Departemen Kesehatan di negeri Antah Berantah di mana ke luarga bu Surya tinggal, menggulirkan asuransi kesehatan untuk semua warga negeri. Semua warga wajib memiliki kartu asuransi ini dan wajib membayar uang asuransi ini setiap tahun.

Fasilitas yang diberikannya juga sangat menguntungkan sekali, anak-anak balita sampai usia sekolah SD kelas 3 mendapatkan tunjangan pemeriksaan kesehatan gratis, imunisasi gratis, menginap karena sakit dirumah sakit juga gratis dari pemerintahnya. Begitu juga dengan orangtuanya, mereka mendapat potongan 30% jika berobat ke rumah sakit, begitu juga dengan obat-obatan.

Terbayang jika suaminya tidak memiliki asuransi itu, untuk menjamin uang kesehatan bagi putra-putrinya yang berjumlah 5 orang sangat berat sekali, belum lagi mereka berdua. Alhamdulillah sampai saat ini dia dan ke luarga belum pernah dirawat di rumah sakit. Tetapi siapa tahu kan….

“Hmmm…Alhamdulillah…akhirnya tidak ada perbedaan lagi antara orang miskin dan orang kaya dalam pemeriksaan kesehatan.” hela bu surya dalam-dalam. Dalam ingatannya, di 10 tahun yang lalu, ketika dia harus pulang-pergi bekerja di daerah kota raya, di sebuah sudut kota tempat tingggalnya tertulis dengan jelas “Orang miskin dilarang sakit”, begitu pilu hatinya.

Alhamdulillah hari ini tidak akan ada lagi warga kota yang berteriak menahan sedih karena tidak bisa mengeluarkan anaknya di sebuah klinik karena di tahan pihak rumah sakit disebabkan belum bisa membayar uang rumah sakit.

“Terimakasih ya Allah…terimakasih para wakil rakyat….” Dikecupnya buah hati yang masih merah dipangkuannya. “Alhamdulillah Nak&hellip.engkau bisa mengecap salah satu kemudahan ini” belainya dengan penuh sayang.