Peran Najmuddin Ayyub atas Kepahlawanan Shalahuddin al Ayyubi

Selanjutnya, yang berpengaruh besar pada sosok Shalahuddin adalah kedermawanan ayahnya. Shalahuddin Khalil dalam al-Wâfî bi al-Wafayât (2000: 10/30-33) menyebut figur karismatik ini sebagai orang yang dermawan.

 

Ibnu Katsir pun mencatat tentang kedermawanannya. Beliau rajin bersedekah dan menolong orang yang kesusahan. Pantas saja di kemudian hari, Shalahuddin juga mewarisi kedermawanannya.

Begitu dermawannya, sampai-sampai menurut catatan Shallabi, ketika Shalahuddin wafat –meski sebagai penguasa- dalam simpanannya hanya tersisa perak berjumlah 40 dirham Nashiriyah dan emas hanya satu gram Shuri (2008: 238) Kekayaan yang dimiliki Shalahuddin hampir habis untuk kepentingan agama dan sosial.

Sebenarnya masih banyak sisi istimewa Shalahuddin yang terinspirasi ayahnya, namun ketiga hal berupa: ketaatan beragama, keberanian dan kedermawanan, paling tidak bisa menjelaskan bagaimana peran Najmuddin dalam mendidik Shalahuddin sehingga menjadi pahlawan legendaris yang dihormati baik oleh kawan maupun lawannya; demikian juga Muslim maupun non Muslim.

Sehingga tidak heran jika Carole Hillenbrand -Guru Besar Staudi Islam dan Bahasa Arab Universitas Edinburg- dalam buku The Crusade; Islamic Prespectives yang diterjemahkan Heryadi dengan judul Perang Salib Sudut Pandang Islam menyebutkan, “Di antara para pemimpin kaum Muslim yang terlibat dalam Perang Salib, Saladin [Shalahudin] mendapat posisi yang terhormat di dalam biografi ilmiah modern.” (2007:17) Sosok seperti Gibb, Ehrenkreutz, M.C. Lyons dan D.E.P. Jackson di antara sekian contoh orang Barat yang memujinya. Wallahu a’lam.*/Mahmud Budi Setiawan. [Hidayatullah]