Rindu Buah Hati

Tangis keras menyambut gendang telinga ketika kutekan tombol YES pada HP ku.
”Anty ……………….”, panggilnya dengan tangis seperti anak kecil yang kehilangan mainan.
”Iya kakak, sabar ya”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Aku tak punya perbendaharaan lain karena akupun sibuk menata agar suaraku tak ikut bergetar walau tangis mulai luruh dari mataku. Aku tidak mau membawa suasana lebih sedih lagi.

Kuberikan HP ke ibuku dan beliau menangis. Setelah tak lama berbicara, HP di kembalikan kepadaku.
”Doakan agar kakak segera dapat gantinya ya ty”, kali ini dengan suara yang sudah lebih tenang.

15 tahun sahabatku ini menunggu tumbuh dan berkembangnya mahluk Allah di dalam rahimnya. Segala upaya sudah mereka lakukan, hanya tinggal bayi tabung saja yang belum.

Di saat mereka ”istirahat” dari pengobatan, Allah memberikan kehidupan di dalam rahim kanda yang berusia hampir 40 tahun ini.
Subhanallah, betapa bahagia memuncak.

Aku ingat, dengan manjanya sahabat yang sudah seperti kakak kandungku ini bilang ngidam mangga muda dengan bumbu yang pedasss banget.

Aku langsung menuju rumahnya usai jam kantor. Walau dia cuma makan sedikit, tapi aku maklum, namanya ibu hamil.
Suka lapar mata ^_^

Pekan lalu juga saat aku sedang menuju Pekan Baru, dia nelepon. Minta dibelikan makanan favoritnya. Es teller 77, bakso, dan mie ayam 77.
Aku selalu tertawa kalau ingat bagaimana lahapnya dia jika kami mengunjungi tempat favoritnya itu. Dia ngga malu nambah sampe 2 mangkok.
Akhirnya aku minta temanku untuk membelikan untuknya.

Kanda yang sering meledak – ledak namun sebenarnya sangat baik hati ini begitu mengharapkan kehadiran buah hati.
Semua nasehat dokter dia jalani. Jadwal terapi yang ketat bertahun – tahun dia turuti dengan disiplin yang tinggi.

Walau terkadang dia merasa takut jika akan ke dokter.
”Sakit sekali di suntik di pusar”, ujarnya dengan wajah sedikit meringis.
Namun hampir tak pernah dia absen mengunjungi dokter selama bertahun – tahun.

Setelah semua upaya dilakukan dan selalu gagal, beliau memutuskan untuk mengikuti terapi bayi tabung.
Namun dia minta proses dimulai bulan Juni atau July. Karena dia ingin istirahat dulu dan meminta keliling Eropa.

Subhanallah, di saat rehat itulah Allah menitipkan kehidupan ke dalam rahimnya.
Padahal tiket sudah di pesan untuk perjalanan keliling Eropa di akhir April ini.
Bahagia luar biasa hati pasangan ini. Selama 3 bulan kehamilan ini, kanda ku hampir tidak keluar rumah.

Namun Allah ternyata masih menguji kesabaran dan keikhlasan pasangan ini.
Sabtu siang sms nya masuk.
”Anty kakak pendarahan. Sekarang dirawat di Gleni. Doakan kakak ya dek”.

Tak berselang menit langsung ku telepon dia. Kabar masih menenangkan hati.

”Doanya aja ya dek”, pintanya lagi karena aku bilang belum bisa berada di sampingnya. Aku masih di luar kota.

Hanya SMS yang jadi penghubung kami hingga sore kemarin. Senin yang penuh air mata.

Aku terus melantunkan pinta agar Allah memberi kesabaran tak bertepi kepada mereka. Dan aku berharap ada keajaiban sehingga mereka segera bisa mendapatkan pengganti.

Subhanallah, Maha Kuasa Allah terhadap segala sesuatu
Hari ini kupandangi pasien – pasien yang berobat ke kantorku. Betapa di tengah ”ketiadaan” , Allah melimpahkan harta yang sangat mewah kepada mereka.
Harusnya syukur selalu terucap dalam hati setiap insan.

Aku teringat akan sebuah pertanyaan:
Lebih baik mana, bersabar atas musibah atau bersyukur atas nikmat.
Dan aku tertegun ketika sebuah jawaban yang luar biasa aku dapatkan :
”Bersyukur atas musibah”

Smoga kanda ku bisa bersyukur tiada batas dan ikhlas tiada tepi.
Mohon doa …

Medan, 28 April 2009
By : antz