Salahkah Mereka?

salahkahOleh : Syaripudin Zuhri 

Mungkin banyak diantara kita yang belum tahu atau mungkin malah tak tahu, sekali lagi mungkin, kalau yang sudah tahu ya jangan marah bahwa manusia pertama yang ke angkasa itu justru dari Rusia, bukan Amerika! Dalam sejarah tecatat pada tanggal 12 April 1961 Yury Gagarin meluncur keangkasa. Maka dialah manusia pertama yang meluncur keangkasa, yang sebelumnya diluncurkan anjing sebagai uji coba, bisakah makhluk hidup diluncurkan keangkasa! Dengan uji coba anjing yang berhasil diluncurkan keangkasa, maka manusiapun bisa!

Dengan pesawat Vostok I meluncurlah Gagarin keangkasa, mulailah langkah kecil manusia di bidang ruang angkasa menuju langkah besar. Ketika Rusia, saat itu Uni Soviet, meluncurkan kosmonotnya, sebutan untuk astronot di Rusia, Amerika Serikat kaget, terperangah, aha… Rusia sudah terbang duluan ke angkasa, malulah Amerika Serikat. Dan kebetulan saat itu memang sedang perang dingin, antara Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet.

Pukulan telak dihantamkan oleh Uni Soveit pada Amerika Serikat, tanpa gambar gembor, Uni Soveit dapat meluncurkan kosmonotnya ke angkasa! Namun karena dunia informasi pada saat itu memang dikuasai dunia Barat, khususnya Amerika, maka langkah awal manusia menembus angkasa untuk pertama kalinya, tak terdengar ‘gregetnya” seakan “tak terjadi apa-apa”, padahal itu adalah peristiwa pertama kali manusia bisa ke angkasa!

Namun ketika Amerika Serikat berhasil astronotnya menginjakan kakinya ke bulan dunia gempar! Dunia gegap gempita memberitakan itu dan lagi-lagi karena keberhasilan dunia Barat menguasai informasi, yang terdengar ke angkasa oleh dunia adalah Neil Amstrong, bukan Yury Gagarain! Mungkin sampai saat ini bila ditanyakan siapa yang pertama manusia ke angkasa? Dijawabnya pasti Neil Amstrong! Padahal pertanyaanya adalah siapa yang pertama kali ke angkasa? Bukan ke bulan! Itulah yang tarjadi, Gagarin “dilenyapkan” oleh dunia informasi Amerika atau Barat. Yang dikenal dunia adalah Amstrong, bukan Gagarin.

Sudahlah, itu urusan mereka, yang saya mau tekankan adalah di mana posisi Indonesia, kapan astronot Indonesia ke angkasa? Jangan-jangan sudah banyak yang pesimis untuk menjawabnya. Jangankan ke angkasa, ke bulan, ngurus makan saja kita masih susah. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Mau sekolah tinggi saja mahalnya tak terjangkau rakyat kecil, bagaimana rakyat mau menjadi pinter, kalau beban kehidupan begitu berat menekannya?

 

Panitia MTQ Internasional ke XIV di Moskow( 2013) sedang mengumumkan para pemenangnya. Rusia sudah 14 kali mengadakan MTQ seperti ini, kalau ditanya dalilnya mana? Salahkah mereka? Foto; Syaripudin Zuhri.

Baik, mari kita tinggalkan tentang angkasa luar, mungkin terlalu jauh, kita balik saja ke bumi! Di mana banyak sekali orang yang masih sibuk mencari dalil, dalil kok di cari, orang sudah lengkap ada di Al Qur’an dan Hadist nabi masih sibuk mencari dalil.  Negara-negara lain atau ummat lainnya sudah sampai ke angkasa luar, orang Islam masih banyak yang sibuk mencari-cari dalil, mana dalilnya, mana sumber hukumnya?

Rusia, Amerika, Cina, India sudah meluncurkan roketnya ke angkasa, Astronot-astronot negara-negara yang sekuler sudah menjelanjah angkasa dan Rusia sendiri sudah sejak lama mempunyai stasiun angkasa Mir, mungkin mereka, para teknisinya,  tak membaca surat Ar Rakhman: 33, tapi Rusia telah membuktikan ayat tersebut dan mewujudkannnya, tidak sibuk dengan mencari dalilnya, ada tidak di dalam Qur’an?

Negara-negara lain atau ummat lain, sudah sampai ke Bulan, sudah mampu mendirikan stasiun di angkasa luar, dan di Indonesia banyak yang masih sibuk mencari dalil. Orang lain atau ummat lain sudah membuat kereta di bawah tanah dengan puluhan bahkan lebih dari seratus lima puluh stasiun di bawah tanah, dan terus di tambah lagi dan di tambah lagi stasiunnya, eh masih saja ada, tidak semua tentunya, orang Islam di Indonesia yang sibuk mencari dalil tetang maulid, tentang tahlil, tentang qunut subuh, jumlah rekaat sholat terawih di bulan ramadhan dan lain sebagainya. Masih “utek-utek” di situ-situ juga, tak beranjak ke mana-mana.

Pantas saja Islam susah majunya, loh gimana mau maju, kalau masih sibuk saja pada hal-hal yang khilafiyah seperti itu? Gimana mau maju, kalau yang dipakai “kaca mata kuda”, kebenaran hanya milik diri sendiri, semua orang salah, saudara seiman pun dikafir-kafirkan! Kalau tak sependapat dengan pendapatnya, kafir! Kalau tak setuju dan bicara tanpa ada dalilnya, kafir! Kalau orang menentang pendapatnya, kafir! Loh gampang sekali mengkafir-kafirkan sesama muslim, padahal tak ada manusia yang tahu akhir perjalanan hidupnya.

Karena bisa jadi, orang yang tadinya kafir kemudian di ujung kehidupannya malah menjadi mualaf dan dengan mata-matian membela Islam. Ingat sejarah, di awal-awal berdirinya Islam di Mekkah, ingat kisah para sahabat nabi Muhammad SAW, yang pada awal ke Islaman adalah musuh-musuh Islam dan bahkan ingin membunuh yang membawa ajaran Islam itu sendiri, ya… nabi Muhammmad SAW, Sang pembawa kebenaran, mau di bunuh oleh orang-orang yang terdekat dengan Beliau, ingat sejarah keislaman Umar bin Khattab.

Makanya ada tokoh Islam yang berkata bahwa “Islam hancur bukan karena ummat lain, Islam hancur karena ummat Islam itu sendiri” Ummat Islam yang bagaimana dapat menghancurkan Islam? Banyak, diantaranya yang mudah sekali mengkafirkan saudaranya sesama muslim, yang berbeda pendapat dengannnya. Padahal perbedaan pendapat itu berkah, semakin banyak suara yang berbeda, wawasan semakin luas, cara pandang semakin panjang dan tak terpaku hanya satu pendapat saja. Silahkan berbeda pendapat, asal jangan saling mengkafirkan, ini sering Saya tulis di eramuslim ini.

Kembali ke “kaca mata kuda”, kalau semua ummat Islam menggunakannya repot, Islam tak akan berkembang ke berbagai penjuru dunia, karena begini tak boleh, begitu tak boleh. Karena semua urusan dunia yang berhubungan dengan ibadah sumbernya jelas Al Qur’an dan Hadist, bila berpegang kepada keduanya ummat Islam akan selamat dunia akherat.

 

Makanan juga produk budaya, nah muslim Rusia juga mengadakan acara ini untuk memperkenalkan makanan halal dengan mengadakan expo. Kalau ditanya mana dalilnya? Salahkah mereka mengadakan expo tanpa dalil, pedahal itu membawa nama Islam?

Foto; Syaripudin Zuhri.

Jangan lupa masuknya Islam ke Indonesia mudah diterima salah satunya dengan jalur budaya, selain perdagangan dan perkawinan, bukan hanya ceramah saja.Nabi ketika hijrah dan sampai di Madinah dari Mekkah, di sambut dengan rebana, musik! Musik itu budaya, selama tak melanggar syariat Islam, penyebaran memakai jalur musik atau budaya, tak ada larangan.

Dan terkenal dalam sejarah Islam di Pulau Jawa berkat jasa para wali, Wali Songo” salah satunyanya adalah Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam dengan melihat budaya setempat. Mari kita lihat apa yang ditulis di www.wikipedia.org tentang cara dakwah Sunan Kalijaga:

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (“Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.

Coba lihat itu? Sunan Kalaijaga berhasil mengajak ummat yang tadinya belum Islam melalui budaya, melalui seni ukir, wayang, gamelan, seni suara dan lain sebagainya. Jadi kalau masih aja ada orang yang ribut soal maulid, dan rebut mencari dalil tetang maulid, padahal maulid itu membasarkan Islam dan mengharumkan nama Islam ke seluruh penjuru dunia, dan menjadi alat untuk menarik ummat Islam agar cinta kepada Rosulullah dan mengetahui sejarah perjuangan Rosulullah, di mana salahnya?

Dalilnya Tak ada! Ya ampun…, kalau gitu Sunan Kalijaga salah dong membawa-bawa galemalan, wayang dalam dakwahnya, karena tak ada dalilnya? Mana ada wayang di Mekkah, Mana ada gemelan di Madinah, mana ada bedug di Saudi Arabia?. Jangan-jangan yang teriak-teriak mencari dalil itu lupa, lupa akan jasanya para Wali, yang menyebarkan Islam  bukan hanya jalur formal, jalur fiqih saja, tapi lewat budaya, lewat musik, bahkan wayang, yang asalnya dari India!

Dan dakwah lewat budaya,  sedang dilakukan oleh Emha Ainun Najib dengan “Kiayi Kanjeng-nya” yang sudah melanglang Buana ke seluruh penjuru dunia, memperkenalkan Islam yang lembut, anti kekerasan, yang damai dan rakhmatan lil alamin. Begitu juga yang dilakukan oleh dalang santri, Ki Enthus Susmono, yang berdakwah dengan menggunakan sarana wayang golek, bisa dilihat di Youtube, misalnya kisah Abunawas, yang digarap dengan afik oleh dalang, Ki Enthus. Dengan  santai dapat mengajak ummat Islam untuk mengenal ajaran Islam, dan sedikit-sedikit diselingi humor, tidak menggurui, tapi masuk ke sasaran. Lihat lagi Raihan dengan nasyidnya dan banyak yang lainya yang berdakwah dengan metode masing-masing. Salahkah mereka, karena tak ada dalilnya menyebarkan agama Islam pakai musik, pakai wayang, pakai nyanyian?

rusia1Dewan juri MTQ Internasional XIII di Moskow(2012) dari Rusia, Turky,  Arab Saudi, Yaman dan lain-lain. Salahkah diadakan MTQ Internasional, karena tak ada di jaman nabi?