Sebuah Keputusan

jalanMasih teringat dua tahun yang lalu setiap pagi aku terjaga tiap pukul 05.00, kulihat si mbok sudah asyik dengan mesin cucinya. Sambil menyeruput secangkir kopi. Ehhmm si mbok yang asisten almh.ibuku yang menemaniku sejak aku menikah. Beruntung aku si mbok bisa menggantikan tugas rumah tanggaku. Cucunya, Tina yang juga ikut kami di rumah menyiapkan bekal makanan untukku dan anak2ku…yang saat itu sudah bersekolah tk A dan tk B. Aku sendiri segera mandi, sholat subuh, sarapan seadanya, membungkus seragam kantor yang akan kukenakan hari  itu…sementara suamiku sibuk dengan persiapannya sendiri. Segera setelah siap aku pamit ke si mbok dengan sederet pesen-pesen yang membosankan…

“mbok jangan lupa masak yang pake sayur, jangan lupa anak2 dianter dan dijemput tepat waktu…setelah itu anak2 harus bobok siang, jangan nonton tv selain kartun di tv kabel  yang sudah kami sediakan, trus bobok siang  ya,,,,”

“sore jangan lupa ngaji ya mbok….daaaa mbok  berangkat dulu yaaa… “

dan aku memilih bonceng motor temen daripada bareng suami naek mobil, karena sudah kebayang  muuuaaaaceetnya  jalanan. Itulah sepenggal rutinitas “hecticku” tiap pagi kala itu.

Tidak sampai 15 menit aku sampai di kantor, jam menunjukkan pukul 6.30…segera aku mengambil air wudhu bersiap sholat dhuha di ruang kerjaku. Ini sedikit yang kulakukan ntuk meredam rutinitas dan kondisi pekerjaan kantor yang sangat menyita energy, membutuhkan konsentrasi dan kesabaran. Mulailah hari-hariku di kantor yang sudah kujalani lebih kurang 15 tahun. Semenjak aku masih belum menikah ya Allah begitu cepatnya waktu berlalu. By the way aku bekerja di salah satu bank BUMN. Pekerjaan yang memang aku dambakan sejak masih di bangku sekolah. Pekerjaan dengan segala kerapihan dan keteraturan. Baik secara penampilan fisik dan deretan fasilitas yang diberikan. Semenjak aku masih belum menikah ya Allah begitu cepatnya waktu berlalu. Seolah2 itulah gambaran kehidupan seorang ibu bekerja. Rutinitas dimulai dari jam 5 pagi sampai jam 7 malam sampai di rumah kembali berkumpul lagi dengan keluarga.

Sore itu, seperti biasa setiap hari jumat minggu ketiga kami mengadakan pengajian majelis untuk karyawan dan karyawati. Alhamdulillah yang hadir seorang ustadz dari sebuah masjid terkenal di Jakarta. Tema sore itu adalah “tujuan hidup”. Oh my ALLAH sungguh tema yang luar biasa menurutku. Setelah ceramah dan dalil-dalil yang disampaikan, sampailah pada sesi tanya jawab. Aku ajukan pertanyaan tentang hukum bekerja di bank secara syar’i. Jawaban yang saya terima  adalah memang hokum awalnya riba adalah haram, tetapi ketika saat ini kita ada dalam masa tidak dapat tegaknya syariat islam secara total, maka itu menjadi mubah atau boleh. “oooooo” saya manggt-manggut mendengar jawaban ustadz tersebut.

Belakangan ini entah kenapa saya seringkali menjadi mellow, memikirkan banyak hal. Eh sebenarnya dari dulu sih. Tetapi semakin banyak pertanyaan muncul berkecamuk dan berloncatan silih berganti. Pertanyaan2 yang sangat menggelitik setelah saya berupaya membaca banyak hal tentang aqidah. Ehhhmmm kenapa baru sekarang ya setelah saya sudah berumur tiga puluh something, pertanyaan2 tentang tujuan hidup, kenapa ya umat islam seperti sekarang ini terpuruk, seks bebas di kalangan remaja dan orangtua, kenapa ya sekolah dan kesehatan mahal,hokum perbankan, ikhtilat di  manapun, aturan2 manajemen yang seringkali tidak manusiawi, kenapa harus ada bursa saham , kenapa kita harus memakai system demokrasi untuk menapa negara kita, suku-suku yang sangat beragam di Indonesia dan dunia,kenap islam di Negara-negara lain berbeda tingkat kehidupannya, kenapa harus ada badan-badan dunia, sampai kepada apakah ada system ekonomi yang mensejahterakan semua manusia. Deelel…”duuuhh” semakin saya sering membaca sambil browsing sana browsing sini saya tersadar akan pertanyaan mau ngapain sih kita hidup ini. Di tengah segala macam hal-hal yang rasanya kalo kita bicara ranah syar’I seolah menjadi hal yang aneh. Seolah apa yang dicontohkan Rasulullah dan para shahabat serta shahabiyah adalah hal-hal yang tidak mungkin kia lakukan. Saya yang aneh jadinya ketika hal-hal ini coba saya diskusikan dengan rekan kerja. Ndak nyambung judulnya…

Disamping browsing sana browsing sini dan baca-baca, saya sering mendatangi acara kajian-kajian islam, yang sering membahas berbagai macam hal-hal. Yang saya kagum adalah lingkungan baru ini sangat berbeda dengan lingkungan pekerjaan saya. Saya belajar ternyata pangkal dari semua ini, hal-hal yang berkecamuk di benak saya dan saya yakin juga di benak kaum ibu dimanapun. Ketika kita berfikir tentang masa depan anak-anak kita. Adalah tidak diterapkannya aturan-aturan islam atau aturan-aturan Allah secara total. Karena islam “rahmatan lil alamin” hanya bias terwujud ketika tiga pilar individu, keluarga, masyarakat atau Negara dijalankan sesuai dengan hokum-hokum syara. Oh my Allah inilah jawaban berkecamuknya berbaagai pikiran dan jawban do’a saya agar saya diberuntungkan dimanapun dan kapanpun saya berada. Saat ini yang bias kita jalankan adalah pilar indivdu dan keluarga saja. Pilar masyarakat atau Negara runtuh oleh system pemerintahan yang kita gunakan sekarang yaitu sebuah paham yang namanya*demokrasi.

Dan yang lebih dahsyat adalah ketika saya mengkaji bahwa hokum bank ya tetap riba. Tidak ada hokum asal yang kemudian mengikuti kondisi. Tidak ada hokum islam yang mengikuti kondisi yang ada harusnya kondisi mengikuti hokum islam. Ya Rabb,,,,,,terus bagaimana pekerjaanku? Apa yang terjadi jika hamba resign, sedangkan kebutuhan hiup sehari-hari semakin mahal tidak semakin murah. Di wktu yang sama suamiku waktu itu sedang mengalami sedikit gangguan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan saya untuk memutuskan resign.

Logika saya bekerja sangat ekstra ketika kebimbangan dan keragu-raguan berkecamuk. Ya Rabb…..berikan petunjukMu yang sempurna, karena hamba yakin logika hamba sudah tidak mampu mengatasinya. Dan jauhkan hamba dari godaan syetan yang setiap saat menggoda….berikan juga keberuntungan dan kemudahan Mu Ya Rabb….aamiin. perasaan ini berkecamuk selama kurang lebih tiga bulan, gelisah, bingung, takut  entah sangat sulit untuk diceritakan. Di sisi lain logika bekerja mengandaikan seandainya resign apa yang bias dikerjakan, mau usaha apa, dimana. Sambil cari-cari info usaha yang syar’i. Alhamdulillah, adek saya di jawatimur memberikan khabar bahagia, dia sedang memulai usaha IT, bisa untuk lternatif mbak katanya. Tetapi sekali lagi usahanya baru dirintis belum kelihatan keuntungan seperti yang diharapkan.  IT btw adalah hobi suami disamping pekerjaannya yang lain.

Pagi itu selesai sholat dhuha, seperti biasa aku langsung beraktifitas di kantor. Hari itu pekerjaan tidak terlalu banyak karena kalender tengah bulan. Entah siapa teman yang membawa, di mejaku ada Al Qur’an terjemahan. Segera kubuka untuk kubaca, Subhanallah…. Yang kubuka adalah surah :

Al Baqarah ayat 275: [2:275]Orang-orang yang makan (mengambil) riba(1) tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila(2). Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(3) (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”

Seperti tersentak dada dan hati ini membaca terjemahan Al Baqarah 275 tersebut. Entah kekuatan dari mana saya seperti tersadar. Tinggalkan logika dan segala macam keragu-raguannya, sudah serahkan semuanya kepada Allah sang pemilik hidup. Saat itu juga saya membuat surat resign,saya diskusikan dengan suami dan saya serahkan ke atasan saya keesokan harinya.

Singkat cerita,,,,kami hijrah pindah di sebuah kota di jawatimur, meninggalkan semua hiruk pikuk kota Jakarta .Membuka usaha IT bersama adek saya dan rekannya.  Barakallah kelegaan luarbiasa saya dapatkan setelah semua keputusan itu. Bismillahi tawakkaltu minallah…

Ya Rabb ridhoi dan berkahi hidup kami selanjutnya…. Dekatkan kami dengan orang-orang yang selalu mau mengkaji dan mendakwahkan kitabMu. Berikan kami kesempatan dan kemampuan untuk dapat berkontribusi mengokohkan tegaknya Syariat Mu….istiqamahkan, mudahkan, beruntungkan kami dan jagalah selalu hati kami untuk selalu dalam ketaatanMu….tularkan ini kepada generasi-generasi penerus kami… di tengah gerusan kondisi yang rasanya sesak untuk kami …..matikan kami dalam kondisi khusnu khotimah…..aamiin YRA

Dian.D.Achmad Romadon

hardianti@yahoo,.com darisah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia