Segelas Teh Pelepas Lelah

Bulan Februari bagiku punya nilai kenangan istimewa sendiri. Keduanya menentukan masa depanku berikutnya. Keduanya adalah apa yang kurasakan sekarang, yaitu nikmat bekerja dan nikmat berkeluarga.

Setelah berusaha dengan pekerjaan lain. Menjadi guru privat, karyawan yayasan hingga surveyor. Maka tanggal 17 Februari 2002, saya resmi meminang seorang muslimah dari Kota Nanas, Subang. Berikutnya, melalui perjuangan panjang seorang jejaka. Untuk menjamin keseriusannya menikah. Tanggal 18 Februari 2002 saya diterima bekerja di sebuah perusahaan ritel pakaian di Kota Bandung.

Ada kenangan indah yang mungkin tidak bakal lupa dalam kehidupan saya. Kala akhir bulan Februari 2007 ditugaskan ke Jakarta selama kurang lebih 3 pekan lamanya. Sebagai karyawan baru, pengetahuan akan produk merupakan kewajiban setiap karyawan. Karena itu, dibutuhkan beberapa data yang dapat menggambarkan kebutuhan sebenarnya di lapangan.

Tugas saya adalah mensurvey gerai-gerai perusahaan di beberapa dept. Strore di kota Jakarta. Sekaligus mengenal medan Jakarta sesungguhnya. Dari jam 10 hingga malam hari. Saya berkeliling bersama Supervisor Penjualan Jakarta. Yang ternyata saat itu memiliki area kerja dari Jakarta, Bogor, Cilegon hingga Semarang.

Suatu hari, ketika baru pulang dari salah satu gerai. Saat itu jam sudah menunjukan kurang lebih 18. 15. Dengan pakaian basah oleh keringat dan tampang amburadul. Saya masuk ke dalam Showroom tempat saya menginap selama 3 pekan tersebut. Beberapa teman SPG menyambut dan berbasa-basi sebentar. Tapi ada unik malam itu. Seorang SPG Senior Mba Shellawati atau Mba Ella biasa kami panggil. Beliau seorang isteri sekaligus ibu dari seorang putri yang cantik. Mencoba menawarkan sesuatu padaku.

Sambil ber-empati atas keletihan saya, menawarkan segelas teh hangat dan manis. Sebagai pelepas capek dari bekerja. Saat itu, saya merasa ini mah sekedar basa-basi. Walaupun dalam hati terdalam sangat berharap. Segelas teh manis hangat akan dapat menghilangkan keletihanku hari itu.

Usai mandi dan Shalat Mangrib. Saya dikejutkan oleh Mba Ella di ruang makan. Ia memberiku segelas the manis lagi hangat. Yah, segelas the manis lagi hangat.

“Lumayan Pak, biar seger”, kata Mba Ella “Aduh Mba, makasih banget. Kirain basa-basi doang”, balasku kala itu.

Malam itu ada keharuan mendalam, bahwa sebuah ketulusan mampu memberikan kebahagia berarti bagi seseorang. Disaat capek dan letih bersatu. Ada seseorang yang dengan tulus memberikan kepadanya kebaikan. Dengan segelas teh, yang ia harapkan.

Saya belajar banyak dari Mba Ella. Bahwa kebaikan itu bukan sekedar basa-basi belaka. Yang hanya menjadi kebutuhan lip service, orang-orang pandai bicara. Kebaikan sesungguhnya adalah dengan amal atau tindakan. Apalagi bila kebaikan itu bermodal ikhlas, timing-nya pas dan sesuai kebutuhan orang yang memerlukannya. Tentulah akan menjadi pelepas masalah orang tersebut. Tak terkecuali saya yang telah dihibur dengan segelas teh pelepas letih. Terima kasih Mba Ella. Jazakumullahu khairan katsira.

Bandung, 30 Juli 2007