Selamat Berjuang, Saudariku!

8 Maret 2008, menjelang pukul 01:00 WIB dini hari

Jika kau mau belajar Islam, belajarlah dengan hati dan banyak merenung. Ambillah teladan Rosul kami, Muhammad saw., bukan ulama/ustadz/kiai yang banyak khilaf dan salah. Apalagi menjadikan diriku yang berlumur dosa ini sebagai contoh.

Dan ketahuilah, masuk Islam itu adalah sebuah pilihan, hidayah-Nya, sekaligus buah dari pencarian yang sungguh-sungguh bagi mereka yang yakin adanya hari kiamat.

Tulis saya via layanan pesan singkat pada An—sebut saja begitu namanya, menutup diskusi panjang kami yang hampir mengarah pada debat kusir, seperti hari-hari sebelumnya.

#

8 Maret 2008, pukul 23:00 WIB lewat sekian menit

Sebuah sms dari An masuk ke hp saya. Dia mengabarkan bahwa ba’da shalat Isya di Sabtu malam itu ia telah masuk Islam. Mengakhiri pergulatan panjangnya tentang pencarian sebuah keyakinan yang hakiki. Ia sebelumnya adalah seorang penganut protestan. Dan keluarga besarnya para aktivis gereja yang taat.

Semuanya berawal saat satu-satunya kakak perempuan An meninggal dunia di akhir Oktober 2007 lalu sebagai seorang muslimah. Ia heran melihat kakak perempuannya yang masuk Islam saat sudah dewasa itu begitu taat dan sangat mencintai agama barunya. Sejak saat itulah ia mulai tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang Islam.

Alhamdulillah. Welcome to Muslim Society!

Walaupun sejujurnya saya tidak tahu pasti berapa persen kadar kebenaran isi smsnya itu. Saya tinggal di Yogyakarta, sedangkan ia berdomisili di satu sudut Jakarta. Tapi semoga ia berkata benar, bahwa dia telah mengikuti jejak kakak perempuannya menjadi seorang muslimah.

Satu hal yang membuat saya yakin dengan pengakuannya ialah karena ia juga memberitahukan perihal keIslamannya itu pada salah seorang sahabat saya. Semoga.

#

Saya masih ingat salah satu sesi diskusi di antara kami beberapa waktu sebelumnya.

“Apa pendapatmu tentang perzinahan/hubungan seks antara seorang ayah dengan anak perempuannya?” Sebuah pertanyaan sensitif. Dan sungguh saya ingin tahu apa pendapatnya tentang hal ini.

“Tak ada kata lain yang lebih pantas selain orang yang melakukannya adalah orang yang sakit jiwa!!!” Begitulah ungkapan emosional darinya sebagai jawaban atas pertanyaan itu, spontanitas, seperti yang sudah saya duga sebelumnya.

“Coba kau buka Injil kitab Kejadian pasal 19 ayat 30-36.”

Lama ia tidak membalas sms saya itu. Tidak seperti biasanya, di mana ia akan langsung membalasnya saat itu juga.

“Kau sudah membacanya? Bagaimana bunyinya?” pancing saya.

Hampir setengah jam berselang, balasan darinya baru masuk.
An tidak menjawab pertanyaan itu. Tetapi ia sengaja mengalihkan topik diskusi kami. Dan bertanya tentang hal lain yang sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan Islam dan agamanya.

“Maaf, aku tidak akan menjawab pertanyaanmu sebelum kau jawab dulu pertanyaanku tadi.”

Dan saya pun tersenyum menang malam itu.

Ya, bagaimana mungkin yang dinamakan kitab Tuhan (Injil) yang suci banyak memuat adegan cerita cabul (incest = hubungan seksual sedarah) di dalamnya? Tuhan kok cabul? Pelajaran moral apa yang bisa diambil dari (sebagian isi) kitab suci yang seperti itu?

(30) Pergilah Lot (Nabi Luth) dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. (31) Kata kakaknya kepada adiknya: “Ayah kita telah tua, dan tidak ada laki-laki di negeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. (32) Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”

(33) Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. (34) Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.”

(35) Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur; lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. (36) Lalu mengandunglah kedua anak Lot (Nabi Luth) itu dari ayah mereka. (Kejadian 19: 30-36)

Atau ”Seorang anak laki-laki berhubungan dengan ibunya.” (Kejadian 35: 22) atau juga ”Seorang ayah berhubungan dengan menantunya sehingga memperoleh anak kembar dari menantunya tersebut.” (Kejadian 38: 15-18)

#

Saudariku, jika benar bahwa kau sudah kembali Islam kini, maka peganglah ia erat-erat dan jangan pernah terlintas dalam benakmu untuk melepaskannya kembali.

Ingatlah, kembali Islam bukan akhir dari pencarianmu, tapi sesungguhnya ia adalah pintu gerbang dari kehidupanmu yang baru.

Teruslah belajar untuk lebih mengenalnya. Hingga kau pun bisa mencintainya sebagaimana kakak perempuanmu dulu sangat mencintainya.

Selamat berjuang, Saudariku!

#

Referensi:

(1) “Injil: Bunga Rampai Incest (Perzinahan)”, softcopy versi bahasa Indonesia, Ahmaed Deedat

(2) “The Choice. Dialog Islam-Kristen”, e-Book versi bahasa Indonesia, Ahmaed Deedat

Sabtu, 15 Maret 2008 09:19 a.m

http://www.setta.blogs.friendster.com/the_way_to_paradise/