Selamat Berpuasa…

Tetangga saya, seorang warga Negara Mesir, setiap tahun selalu mengirimi saya bubur putih yang terbuat dari beras atau nasi yang manis rasanya. Bubur itu biasa dituang di atas piring kemudian ditaburi dengan kelapa parut dan kismis.

Suatu saat saya menelepon tetangga saya itu untuk sekedar mengucapkan terimakasih dan bertanya bubur apa itu. Tetangga saya bilang bubur itu khusus dibuat untuk setiap hari Asyuro atau sepuluh Muharram sebagai makanan berbuka puasa.

Pada tanggal sepuluh Muharram (hari Asyuro), umat Islam dianjurkan berpuasa sunnah untuk mengenang kemenangan nabi Musa A. S dari kejaran Fir’aun.

Pada waktu itu Nabi Musa beserta pengikutnya Bani Israil keluar dari Negara Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh tentara Fir’aun. Mereka hampir tidak bisa lolos dari pengejaran karena harus menyeberangi laut di sebelah utara Laut Merah, tepatnya di Great Bitter Lakes sebelah utara Terusan Suez. Namun Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk memukul laut itu dengan tongkatnya. Terbelahlah laut itu hingga terbentanglah jalan raya di tengah-tengahnya. Dengan pertolongan Allah SWT, Nabi Musa beserta kaumnya dapat selamat sampai di seberang, sementara Fir’aun dan pengikutnya yang ketika itu masih berada di tengah-tengah laut, belum sempat sampai ke daratan. Laut itu kembali ditutup seperti biasa, lalu tenggelamlah mereka.

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. (QS Al-Baqarah 2:50)

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS Yunus 10:92)

Tubuh Fir’aun memang masih utuh setelah tenggelamnya. Jasadnya terdampar di pantai. Jasad yang kemudian diketemukan ini dibalsem dan dijadikan mummi agar dapat menjadi bukti nyata bagi kita generasi sesudahnya untuk mengambil pelajaran dari kisah Fir’aun.

Dari buku Atlas of the Qur’an dituliskan bahwa nama Nabi Musa disebutkan sebanyak 136 kali di dalam kitab Al-Quran, dari 34 surat yang berbeda.

Puasa Asyuro memang tidak wajib, namun kebiasaan puasa ini sudah ada sebelum datang perintah kewajiban puasa Ramadhan. Bahkan sudah ada pada zaman jahiliyah (sebelum kedatangan Islam).

Ibnu Abbas menceritakan, ketika Muhammad Rasulullah SAW belum lama sampai di Madinah, didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa hari Asyuro. Lalu mereka ditanya alasan yang menyebabkan puasa pada hari itu.
“Hari ini adalah hari kemenangan Musa dan Bani Israil atas Firáun. Karena itu kami berpuasa pada hari ini untuk menghormati Musa. “jawab mereka.
Muhammad Rasulullah SAW bersabda, “Kami lebih pantas memuliakan Musa daripada kalian. “ Lalu beliau memerintahkan kaum Muslimin agar berpuasa pada hari Asyuro. (HR Muslim)

Namun agar puasa kaum Muslimin tidak sama dengan orang-orang Yahudi (yang berpuasa pada tanggal sepuluh Muharram saja), maka Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berpuasa dua hari yaitu pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram atau sepuluh dan sebelas Muharram.

Pahala puasa sunnah inipun disebutkan dapat menghapus dosa-dosa kecil selama setahun yang telah lalu. Muhammad Rasulullah SAW bersabda: “Puasa hari Asyuro dapat menghapuskan dosa selama satu tahun yang lalu. “ (HR Muslim).
***

Tulisan ini dibuat sekedar untuk mengingatkan kepada kita (terutama kepada diri saya sendiri) yang berniat untuk membersihkan hati, menggugurkan dosa-dosa kecil, dan mempertebal iman kita di antaranya dengan memperbanyak ibadah puasa sunnah.

Selamat berpuasa…

8 Muharram 1429 H