Senantiasa Berlidunglah Kita Pada Allah SWT

Hiruk pikuk suasana kulihat nun jauh disana Gempa memporak porandakan pemukiman. Kulihat juga mereka menangis, tangisan dari seorang anak yang kehilangan Ibu dan Bapaknya, begitu pula terdengar jeritan dari seorang Ibu yang mendapati putra dan putrinya sudah tidak bernafas lagi.

Tidak sedikit juga orang yang sekarang sudah tidak bisa merasakan nikmatnya berjalan, nikmatnya makan dengan mengunakan tangannya, atap rumah yang dulunya bersahabat melindungi tubuhnya dari sengatan teriknya Matahari dan derasnya guyuran air Hujan. Akhirnya atap rumah itu pun runtuh menimpa organ tubuh si pemilik rumah.

"Ya Allah, semoga mereka Ikhlas atas segala ketentuan-Mu dan semoga kematian, penderitaannya menjadi penggugur dosa, dan terima kasih Ya Allah kuucapkan dari ku sekeluarga atas keadaan kami saat ini, jadikan lah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai Bersyukur serta pandai memanfaatkan sisa waktu yang masih Engkau berikan saat ini" Aamiin.

Bencana Alam yang terjadi, ada yang mengatakan "Alam Murka", tidak kah seharusnya mereka berfikir bahwa sesungguhnya Alam tidak bisa berbuat apa-apa bila Sang Pemilik Alam, yaitu Allah tidak menyuruhnya untuk bergerak ?! Alam hanya sebuah media untuk Allah memberi peringatan pada Manusia. Berfikirlah bahwa semua kejadian itu atas kehendak-Nya dan kita dituntut untuk pandai mengambil Hikmah di balik dari Musibah yang terjadi.

Sadarkah kita bahwa setiap saat maut mengintai…

Sadarkah kita untuk selalu bersiap-siap diri dan mengumpulkan banyak bekal…

Sadarkah kita bahwa hanya orang-orang beriman yang beramal sholeh dengan ikhlas lah yang akan mendapat ridho-Nya…

Sekian tahun yang lalu tak pernah terfikir olehku Indonesia akan menjadi negara Rawan Gempa, tetapi belakangan ini terjadi di Aceh, di Jogja, di Tasik dan baru-baru ini di Ranah minang "Padang" telah diguncang Gempa. Terbayang di benakku, ada sebuah kekhawatiran bila suatu hari daerah yang kudiami sekarang ini diguncang Gempa juga…sejenak ku tertegun untuk menghentikan bayang-bayang kekhawatiran itu, serasa bayang-bayang itu membuat mencekam. Tapi ku berfikir, aku harus berani menghadapi segala kenyataan hidup dengan terus berlindung pada Allah S.W.T.

Seraya kuberdo’a, "Ya Allah, ku tau bahwa semua yang kumiliki ini sebenarnya bukan milikku tapi ini semua hanya titipan dari-Mu, kuatkanlah diriku Ya Rabb…bila semua ini nantinya akan Kau ambil, aamiin".

"Dengan keadaan seperti itu entah kenapa tiba-tiba rasa sayangku kian bertambah pada keluarga. Seperti biasanya sore hari selepas kerja, ku ketuk pintu rumah dengan ketukan yang berirama dengan mengucap Salam, kulangkahkan kaki kananku masuk ke ruang depan, kali ini suasana ku buat lebih riang dari biasanya, bersenda gurau dengan jagoan kecilku dan kusapa lembut Wanita yang kucintai setelah Ibuku, sengaja kuciptakan suasana seperti itu karena siapa tau esok pagi atau malam gempa memisahkan kami".

"Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari segala bencana, Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihi wau’fu ‘annaa waighfir lanaa warhamnaa anta mawlaanaa faunshurnaa ‘alaa alqawmi alkaafiriin" Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Mari kita mulai memperbaiki dan membuat suasana rumah menjadi lebih baik…

Mari mulai melembutkan hati untuk bisa menyapa keluarga dengan kasih sayang…

Mari mulai berusaha mentolerir masalah kecil yang mereka lakukan pada kita…

"Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang"