Siapakah Teman Kita Saat Ini?

Pekan lalu dalam sebuah forum ukhuwah, saya dan teman-teman mendiskusikan perihal makna kehidupan, ada banyak hal yang kami bahas saat itu, mulai dari ujian kehidupan, kelalaian kita pada akhirat, hingga kesibukan kita pada dunia hingga lupa pada tujuan sebenarnya hidup di dunia.

Dari pembahasan panjang tersebut ada sebuah kalimat terlontar dari seorang teman, bahwa dalam menjalani hidup ini, menjaga hati – hati ini, ia hanya memanjatkan satu permohonan pada Tuhan: ia hanya minta diberikan teman yang sholeh. Jodoh yang sholeh? Bukan, bukan itu yang dimaksud, melainkan ia ingin selalu berada bersama orang-orang sholeh, karena ia yakin dengan bersama orang sholeh insya Allah ia akan selalu terjaga, terjaga untuk selalu mengingatNya.

Subhanallah.. satu hal yang hampir terabaikan dalam muhasabah diri ini.. ya, siapakah sahabat ku saat ini? Apakah mereka membuat saya lebih mengenal Tuhan? Lebih dekat pada nilai – nilai Nya?Adakah mereka orang- orang sholeh? Padahal Rosulullah pernah bersabada bahwasannya jika ingin mengetahui tentang seseorang, maka lihatlah sahabatnya.

Berteman dengan orang – orang sholeh merupakan bagian dari penjagaan diri ini, bahkan dalam sebuah nasyid pun dikatakan bahwa salah satu obat hati adalah berkumpul dengan orang – orang sholeh.

Saya teringat saat menginjakkan kaki di kota ini, saya langsung ingin segera mencari komunitas yang dulu diamanatkan oleh guru ngaji sebelumya, saya berharap bersama mereka setidaknya mampu menjaga ghiroh diri ini untuk lebih mendekatkan diri padaNya. Segala puji bagi Allah jua yang kemudian akhirnya memperkenankan saya berada pada komunitas ini.

Kemudian apakah berarti kita tidak berteman dengan orang yang menurut kita tidak sholeh? Masya Allah, tidak, kesholehan setiap pribadi hanya Allah lah yang berhak menilainya, namun jika kita melihat teman – teman kita jauh dari nilai – nilai Islam, maka kewajiban kita untuk dekat dengannya, menjadikannya objek dakwah kita.

Untuk urusan ini saya lebih sepakat memposisikannya sebagai mad’u (objek dakwah) bukan sahabat, karena sekuat apa pun kita, yang kita butuhkah adalah sahabat yang sesungguhnya yakni orang – orang sholeh yang saling menjaga dan mengingatkan kita untuk selalu berada dalam koridor Tuhan.

Bersahabat dengan orang – orang sholeh, akan membawa pada semangat Fastabiqulkhairat, kesholehan bukan untuk diri sendiri, tapi bagaimana membangun kesholehan sosial. Masya Allah berat sekali sepertinya…tapi yakinlah di mana ada kemauan ada seribu jalan, bila tidak ada kemauan maka di situlah ada seribu alasan..