Siapkah Untuk Menerima Tamu Istimewa

Seorang kakek sedang asyik menyisiri rambutnya di hadapan cemin ketika cucunya tiba-tiba di belakangnya. “Kakek lagi ngapain,” tanya sang cucu yang disambut sang kakek dengan senyum.

“Mau ada tamu, ya!” ucap sang cucu lagi walau pertanyaan pertama belum dijawab kakek.

Sang kakek pun membalikkan badannya ke arah cucu balitanya. “Kamu benar, Cu! Tak lama lagi, kakek akan kedatangan tamu,” jawab sang kakek sambil membungkukkan badannya.

Tak lama kemudian, sang kakek pun menggelar sajadah untuk kemudian shalat. Mendapati tingkah kakeknya, sang cucu hanya terheran-heran. “Mau ada tamu, kok, malah shalat,” ujar sang cucu membatin.

Lama sekali sang kakek terpekur dalam zikir panjang di shalat sunnahnya di pagi hari. Setelah salam, sang kakek pun meraih pundak cucunya untuk mengajaknya zikir bersama. Tingkah itu kian membuat sang cucu terheran.

“Kata kakek mau ada tamu, kok, malah shalat sama zikir?” ucap sang cucu sambil duduk di pangkuan kakeknya. “Apa tamunya sudah ngasih tahu ke kakek?” ucapnya lagi kemudian.

“Iya, dia sudah ngasih tahu. Gak lama lagi juga datang!” jawab sang kakek sambil membelai rambut cucu yang duduk di pangkuannya itu.

“Kek,” sergah sang cucu sambil menoleh ke wajah kakeknya. “Kakek mau kasih tahu gak, siapa sih tamu kakek?” sambung sang cucu.

Sambil merapikan sajadah, sang kakek kembali tersenyum. “Cucuku, suatu saat kamu akan tahu, siapa tamu spesial kakek itu!” ujar sang kakek sambil kembali berdiri untuk meneruskan shalat.
**

Sungguh sebuah kebahagiaan hidup ketika seseorang memahami betul apa yang mesti dipersiapkan untuk menghadapi tamu spesial yang akan ia temui esok. Dan tak ada yang lebih pasti dan paling spesial untuk ia temui esok kecuali kematian.

“Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal (berbuat) untuk masa sesudah mati, sedang orang yang lemah ialah mereka yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Ahmad). (mn)