Do'aku Harapanku

Pagi itu kuterima SMS dari Ayah. Sebuah berita duka, "Nenek divonis oleh dokter sakit kanker payudara." Astaghfirullah… batinku berucap. Nenek yang tak pernah jatuh sakit, nenek yang tubuhnya terlihat sangat kuat, nenek yang terlihat bugar diusianya yang ke-70… Dan kini nenek divonis sakit kanker! Penyakit yang kutahu belum ada obatnya… Ahh terbayang hancurnya hati nenek… Akupun mengerti kesedihan Ayah, kutahu ayah sangat menyayangi nenek. Sewaktu aku kecil ayah sering berkata “Tolong sayangi Nenek ya Nak… karena Nenek adalah ibunya Ayah, Nenek yang dulu merawat Ayah dengan penuh kasih sayang…”

Terpekur aku dalam kesedihan, aku berada jauh dari mereka, tinggal di negeri orang. Seketika aku merasa tak berdaya… Ahh apa yang dapat kuperbuat? Ingin aku pulang menemui nenek dan juga ayah ibu… Tapi rasanya tak mungkin, tak mungkin aku meninggalkan suamiku yang bekerja mencari nafkah di sini, ditambah lagi aku punya anak balita… Lalu bagaimana dengan biaya pengobatan nenek? Pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit… Ayah sebagai anak lelaki tertua dalam keluarga tentu bertanggungjawab membiayai pengobatan nenek, apalagi adik-adik ayah belumlah bisa dikatakan mapan. Aku bertekad akan membantu semampuku, walau mungkin tak seberapa jumlahnya, mudah-mudahan bisa sedikit mengurangi beban ayah… Kemudian aku berdoa. Mendoakan orang-orang yang kusayangi, yang sedang dalam kesusahan, yang berada jauh di sana…

Ya Allah.. sembuhkanlah Nenek, jangan biarkan nenek menderita karena sakitnya, sayangilah ia… Berikanlah kesabaran dan kekuatan untuk ayah ibuku, berikanlah rizki yang tak pernah putus untuk mereka… Engkaulah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha Memberi, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Do’a yang terus kuulang-ulang seusai shalatku, do’a yang menjadi harapanku.

Adik-adik ayah menyarankan agar nenek beralih ke pengobatan alternatif, menggunakan obat-obatan herbal. Biaya pengobatan alternatif jauh lebih terjangkau, demikian alasan mereka. Tapi ayah bersikeras membawa nenek ke sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Aku tahu, ayah akan selalu memberikan yang terbaik untuk nenek.

Sering kutelpon ibu karena aku cemas, ingin memastikan keadaan mereka, walau kutahu aku tak bisa berbuat banyak… “Bagaimana kesehatan nenek? Bagaimana dengan keadaan ayah dan ibu sendiri? ApakahAyah Ibusedang dalam kesusahan?” Tanyaku pada ibu. Alhamdulillah ibu selalu memberikan jawaban yang menyejukkan hati. “Semua disini baik-baik saja Ni. Semangat hidup nenek sangat tinggi, Nenekpun ikhlas dengan penyakitnya, Ayah dan Ibu berusaha yang terbaik untuk Nenek. Kamu di sana doakan saja ya. ”Begitu biasanya ibu menjawab pertanyaan-pertanyaanku.

Suatu hari ibu menelpon memberi kabar bahwa nenek akan segera menjalani operasi pengangkatan payudara. Menurut dokter operasi adalah pilihan terbaik, supaya kankernya tidak menyebar ke organ tubuh lainnya. Pasca operasi, pengobatan akan dilanjutkan dengan serangkaian kemotrapi, sebanyak 7 kali.

Allah… Akankah nenek kuat menjalani operasi pengangkatan payudara? Akankah nenek kuat melewati kemotrapi berulang kali yang katanya amat menyakitkan itu? Tak bisa kubayangkan beratnya penderitaan yang akan dialami nenekku tercinta… Aku menangis, menangis terisak … Kabar ini membuatku bersujud lebih dalam… Ya Allah Tuhan yang memelihara seluruh manusia, hilangkanlah segala penyakit, sembuhkanlah karena hanya Engkau Penyembuh penyakit. Tidak ada yang dapat menyembuhkan selain Engkau. Kesembuhan yang tidak akan dihinggapi penyakit lagi…

“Nenek sungguh hebat, sakit yang dialami setelah kemotrapi sangat luar biasa, tapi semua rasa sakit dialihkan Nenek dengan mengaji dan berzikir… Tangan Nenek tak pernah lepas dari Al-Qur’an dan tasbih, bahkanketika tidurpun Nenek masih menggenggamnya…” Cerita ibu padaku suatu waktu.

Hari ini, 5 tahun yang lalu, nenek divonis menderita penyakit kanker. Kini nenek dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Nenek masih seperti yang dulu, masih sangat bugar. Sungguh aku bangga pada nenek, bangga pada ayah dan ibu… mereka berhasil berjuang melewati ujian-Nya, masa -masa terberat dalam hidup mereka, dengan hanya satu kekuatan, kekuatan do’a.

“Dan, apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon Kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

Wallahu ‘alam bishshawaab.

Bangkok, 14 Februari 2011.