La Tahzan, Bunda…

Tadi Ibu diremehkan oleh Tante A… mungkin karena Ibu tidak memiliki banyak harta seperti Tante”.

Terdengar lirih suara ibu, ada guratan sedih di wajahnya. Bisa kubayangkan betapa sedih hati ibu diperlakukan seperti itu. Sebagai anaknya, aku tak rela ibu tersayang tersakiti hatinya.

Duhai Bunda, maafkan anakmu ini yang belum bisa membahagiakanmu dengan harta… Kupeluk erat ibu, kuyakinkan dengan sebuah ayat Allah bahwa Janganlah merasa lemah dan jangan pula bersedih hati sesungguhnya derajatmu tinggi, jika kamu orang yang beriman.” Ibu pun tersenyum.

Di sajadahku,ketika bermunajat kepada-Mu kembali kumohon kepada-Mu,”Ya Allah… sayangilah Ayah Bunda, Sayangilah keduanya sebagaimana mereka sangat meyayangiku di waktu aku kecil. Berikan untuk Ayah Bunda kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat nanti… amiin.

Tante A memang hidup bergelimang harta. Ia tinggal di sebuah rumah megah di kawasan elit Jakarta, lengkap dengan barisan mobil mewah di garasinya. Tante A menjabat posisi penting di sebuah perusahaan besar, belum lagi bisnis sampingan lainnya. Terakhir kudengar ia menjalin bisnis dengan seorang pengusaha ternama dengan proyek bernilai miliaran rupiah.

Di antara seluruh keluarga kami, kulihat Tante mendapat perlakuansangat istimewa, Ia menjadi orang VVIP dalam setiap acara keluarga. Kedatangannya begitu dinanti-nantikan, hidangan istimewa kegemaran Tante selalu tersaji untuknya.

Aku sendiri ikut bahagia dengan kesuksesan Tante. Aku menghormatinya, tapi tidak berlebihan. Harta benda yang kita miliki di dunia ini toh hanya titipan Allah semata, setiap saat Allah bisa memintanya kembali, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban kita , dari mana kita memperoleh harta tersebut, dan bagaimana kita menafkahkannya.

Milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang MahaKaya, Maha Terpuji (Q.S Luqman :26.). Semua milik Allah… Segala harta benda yang kita miliki, kecantikan, ketampanan, ilmu pengetahuan , dan diri kitapun milik Allah, akan kembali kepada Nya… Lalu apa yang bisa kita banggakan? masihkah kita membanggakan dan menyombongkan diri?

Kenyataannya memang masih banyak orang yang silau harta. Mereka menganggap orang ‘besar’ adalah orang yang berharta banyak. Orang berharta begitu sangat dihormati dan dipuja-puji, tanpa dilihat lagi ahlak yang dimiliki…

Tak ingatkah mereka kisah Qarun dan Fir’aun? Jika harta menjadi penentu derajat seseorang, apakah lantas Apakah Qarun dan Fir’aun juga merupakan ‘orang besar’? Mereka justru orang berharta yang celaka dibinasakan oleh Allah. Qarun beserta hartanya dibenamkan Allah ke dalam bumi, dan Fir’aun ditenggelamkan di Laut Merah.

Penentu derajat seseorang bukan harta, bukan pula jabatan… berharta dan berkuasa tapi tak beriman pastilah binasa seperti Qarun dan Fir’aun. Banyak contoh lain, dari negeri kita sendiri. Orang yang dulunya kita anggap ‘besar’ ,namun ternyata pada akhirnya harus menghabiskan masa hidupnya di penjara, karena mereka ternyata tidak amanah, memakan uang rakyat yang sama sekali bukan haknya.

Kehidupan mereka berakhir tragis di penjara, ditambah lagi hujatan masyarakat. Bagaimana dengan kehidupan alam kubur dan kehidupan akhirat mereka? Mungkin lebih mengerikan…

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya pasti Kami berikan balasan penuh atas pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah disana apa yang telah mereka usahakan di dunia dan terhapuslah apa yang mereka kerjakan ( Q.S Hud 15-16)
Wallohu a’laam bishshowaab.