Pesan Terakhir

“Neng, ulah hilap ka nu sholat, ku Emak diduakeun ti dieu… sagalana nyuhunkeun ka Gusti Alloh, cing jadi jalma anu jujur “. (Neng, jangan lupa sholat, Emak dari sini mendo’akan… Mohonkanlah segala urusan hanya kepada Allah, dan jadilah orang jujur)

Pesan terakhir Nenek untukku. Nenek bisikan saat aku pamit kepadanya untuk kembali ke negeri Thailand, tempat suamiku bekerja. Nasihat yang terdengar sederhana, tapi sungguh sarat makna. Kucoba menggali lebih dalam nasihat nenek.

Kutemukan tiga value disana, sholat, tawakal, dan jujur. Dan Subhanallah…. pesan sederhana nenek kutemukan dalam Al Qur’an dan dalam hadis Rasulullah, diantaranya:
Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan ketahuilah mengingat Allah (shalat) itu lebih besar keutamaannya dari ibadah lain. Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-‘Ankabut: 45)

Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara.” ( Q. S Al Ahzab:3)

Rasulullah Saw bersabda, “Jika kalian menginginkan agar Allah dan Rasulullah mencintai kalian, tunaikanlah janji jika kalian berjanji, jujurlah jika berbicara, dan berbuat baiklah pada tetangga kalian.”

Nenek… mengingatmu, air mata ini tak mau berhenti. Kucoba menuangkan rasa rindu padamu lewat sebuah tulisan.

Nenekku orang desa, tak pernah menempuh pendidikan jenjang tinggi, tapi di mataku pribadi nenek sungguh luar biasa. Banyak kenangan indah bersama nenek, kenangan yang tersimpan rapi di sudut hatiku…

Nenekku, seorang perempuan yang giat bekerja. Walau memiliki beberapa buruh tani, nenek turun tangan sendiri bekerja menggarap sawahnya. Berangkat ke sawah selepas shubuh, dan pulang menjelang zuhur menjadi rutinitas nenek. Dinginnya udara shubuh yang mengigit, serta terik panas matahari di kala siang sepertinya tak dirasakan oleh nenek. Bertani dan kemudian menjual hasil panen ke pasar terus dilakukan nenek selama puluhan tahun, hingga nenek merasa tenaganya sudah tidak kuat lagi, karena nenek semakin tua. Sawahnya kemudian ia sewakan kepada orang lain, dan nenek memulai usaha lain, membuka warung kecil di rumahnya.

Kala aku masih anak-anak, liburan ke rumah nenek selalu menjadi favoritku. Aku betah di rumah nenek yang asri, ada kolam ikan yang luas, dan ada “taman” bermain untukku, yaitu sebuah mushola kecil yang dibangun nenek di atas kolam. Jika cucu-cucunya datang, nenek selalu menyambut kami dengan pelukan hangat. Ahh… masih kuingat lembutnya pipimu dan wangi baju hangatmu itu Nek… Tak lama, minuman teh panas buatan nenek telah tersedia untuk kami. Rasa teh yang istimewa, yang kudapatkan hanya di rumah nenek. Nenek selalu menawarkan kepada kami berbagai makanan kecil yang ada di warungnya. Kami semua langsung berlari ke warung nenek, berebut mengambil makanan yang kami suka, tak mengerti kalau makanan yang kami ambil adalah dagangan nenek, yang hanya sedikit keuntungannya.

Aktivitas sehari-hari nenek dimulai sejak dini hari. Seusai sholat shubuh biasanya nenek sibuk di dapur. Pertama kali nenek merebus air. Air itu bukan untuknya. tapi dibawanya ke seberang rumah, tempat mangkal para tukang ojek. “Kasihan , penghasilan mereka tak seberapa, kalau beli air minum kan mesti keluar uang lagi” ujar nenek kepadaku. Selesai memasak nenek menyiapkan beberapa rantang yang kemudian diisi makanan hasil masakannya, lalu dibagikannya kepada tetangga. “Apa nanti nenek tidak kekurangan makanan?” Tanyaku suatu waktu karena kulihat porsi yang diisi di rantang cukup banyak sehingga hanya tersisa sedikit untuk nenek. Nenek tersenyum, “Rezeki itu harus dibagi-bagi… kalau ada tetangga yang lapar, nenek berdosa. Nenek lebih takut berdosa daripada takut kekurangan makanan…

Waktu ayah dan ibu pergi ke tanah suci , nenek tinggal bersama kami selama sebulan. Ibu menitipkan kami, empat cucunya kepada nenek. Nenek selalu bangun pagi sekali, menyiapkan sarapan untuk kami yang akan berangkat sekolah. Tak boleh aku berangkat sekolah tanpa sarapan dulu, nasi goreng gurih buatannya. Sungguh sebulan yang indah bersamamu Nek..

Tak pernah sekalipun nenek mengeluh capek, tak pernah nenek memarahi kami walau kadang kami nakal, yang nenek berikan hanyalah kasih sayang kepada kami. Waktu itu aku sempat jatuh sakit , badanku demam tinggi. Nenek terlihat begitu khawatir, aku segera dibawanya ke dokter. Di ruang tunggu dokter aku berbaring di pangkuan nenek, nenek membelai rambutku dan tak banyak bicara. Tapi aku tahu Nek, hatimu penuh doa, lisan nenek tak henti berzikir, memohon kesembuhan untukku. Nenek… mungkin dulu aku lupa mengucapkan terimakasih padamu, dan belum kubalas semua kasih sayangmu Nek…

Di usia nenek yang sudah lanjut, nenek tetap memiliki semangat ibadah yang luar biasa. Ya, nenek akhirnya berangkat ke tanah suci di usianya yang ke 80. Saat akan berangkat ke tanah suci nenek berkata lirih kepadaku “tolong jangan mengharapkan oleh-oleh dari Nenek, karena di sana Nenek hanya mau ibadah.. “Duhai Nenekku, aku tahu berangkat haji adalah cita-citamu sejak dulu…Tabungan yang sedikit demi sedikit engkau kumpulkan adalah untuk menunaikan ibadah ini.. jangan bawa apa-apa untukku Nek, aku hanya ingin engkau pulang kembali ke tanah air dan berkumpul lagi bersama kami…”

Bulan November 2010… Sejak pagi pikiranku terus teringat akan nenek yang sedang sakit. Sudah seminggu nenek merasakan sakit di perutnya. Kukirim sms kepada ayah menanyakan keadaan nenek. Ayah membalas smsku, nenek terlihat semakin lemah, hanya bisa berbaring di tempat tidur. Ya Rabb… sembuhkan nenek…do’aku dalam hati.

Tapi rupanya Allah berkehendak lain, hari itu, selepas ashar kuterima telepon dari ibu, mengabarkan kalau nenek telah meninggalkan kami… Inna lilahi wa inna ilaihi rojiuun, tak kuasa aku menahan tangis, aku menangis tersedu, teringat semua kebaikan nenek. Ingin rasanya aku menghambur lari ke rumah nenek, ingin aku dalam pelukannya, dan kukatakan padanya betapa aku sangat menyayanginya …

Malam itu kutumpahkan segenap rasa rindu pada nenek dalam do’a “Ya Allah ampunilah dan kasihilah dia. Berilah keselamatan untuknya dan ampunilah dosa-dosanya. Muliakanlah tempat keluarnya. Luaskanlah tempat masuknya. Sucikanlah dia dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa dan kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran. Berilah ganti untuknya tempat yang lebih baik dari tempatnya di dunia, keluarga yang lebih baik dari keluarga di dunia. Masukkanlah dia ke dalam surga. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa api neraka. Amiin… Nenekku tercinta… akan kujalankan sungguh sungguh pesan terakhirmu padaku …