Suatu Subuh di Masjid Al-Ma’mur, Cikini

“ Waktu Subuh kurang sepuluh menit lagi, “ sayup-sayup terdengar suara dari pengeras suara masjid menembus kamar hotel tempatku menginap. Mengingatkanku untuk segera bersiap diri sebelum berangkat menuju masjid. Aku baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaian yang baru dimasukkan ke kamar kemarin sore oleh petugas laundry hotel. ” Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. ” (QS Al-A’raaf[7]:31).

Kulihat jam tanganku, jam empat lewat duapuluh lima menit. Aku sedang ditugaskan ke Jakarta oleh perusahaan tempatku bekerja selama tiga hari. Kupilih hotel yang berdekatan dengan masjid, hanya berjarak sekitar dua ratus meter. Turun dari lift, seorang petugas keamanan hotel yang sedang berjaga di lobby menyapaku dengan ramah. Dalam keheningan pagi, yang terkadang diselingi suara beberapa kendaraan yang melintas, aku menyusuri jalan Raden Saleh yang berada di kawasan Cikini. Raden Saleh adalah pelukis naturalis yang cukup terkenal pada abad sembilan belas. Namanya dijadikan sebagai nama jalan tempat dia pernah bertempat tinggal saat itu.

Tidak sampai lima menit sampailah aku di depan masjid Al-Ma’mur. Masjid yang dijadikan sebagai cagar budaya. Bangunan asli yang terletak di bagian depan terlihat kokoh dan terawat. Bangunan di bagian belakang merupakan perluasan masjid yang menyatu dengan bangunan lama. Di sayap kanan masjid terdapat bangunan madrasah. Bertepatan saat aku menyelesaikan sholat tahiyatul masjid, adzan tanda waktu Subuh dikumandangkan.

Jama’ah sholat Subuh mulai berdatangan di masjid. Alhamdulillah, cukup lumayan jumlahnya. Selesai sholat Subuh berjama’ah, imam memimpin dzikir dan do’a bersama. Kemudian dilanjutkan dengan saling berjabatan tangan. “Bapak-bapak jangan pulang, kita minum kopi jahe dulu. Ada pisang goreng hangat, “ kata imam sambil menjabat tangan jama’ah masjid.

Di sudut masjid terlihat tumpukan gelas, teko berisi minuman kopi jahe, sepiring besar pisang goreng. Jama’ah masjid duduk rapi mengelilinginya, sambil menunggu giliran kopi jahe dituangkan ke dalam gelas oleh ta’mir masjid. Sementara itu, piring pisang goreng diedarkan berkeliling.

Sambil menikmati pisang goreng dan kopi jahe, kami berbincang-bincang akrab. Imam masjid bisa mengenal jama’ah secara dekat, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Perhatian Rasulullah terhadap jama’ah masjid sangat besar, sebagaimana yang kita baca dalam kisah-kisah beliau. Ketika beliau akan shalat maka terlebih dahulu melihat ke arah jama’ah, ketika meneliti shafnya dan beliau mengetahui ada seorang jama’ah yang biasanya hadir namun tidak ada dalam barisan shaf itu, maka beliau bertanya: “Ke mana si Fulan?” Salah seorang jama’ah menyampaikan bahwa yang bersangkutan sakit. Setelah melaksanakan shalat berjama’ah, Rasulullah mendatangi rumah si Fulan untuk takziyah.

Sholat berjama’ah di masjid memberikan banyak hikmah dan manfa’at. Salah satu di antaranya adalah terjalinnya silaturahim antar jama’ah dan antara jama’ah dengan pengurus masjid seperti tergambar di atas.

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. ” (QS At Taubah[9]:18).

Fakta yang ada saat ini, banyak masjid yang ramai oleh jama’ah saat sholat Jum’at dan bulan Ramadhan saja. Memakmurkan masjid memiliki arti yang luas, bukan hanya sekedar ramai oleh jama’ah sholat wajib. Namun, memakmurkannya berarti memberdayakan masjid untuk berbagai macam kegiatan yang bernilai ibadah untuk kemaslahatan umat. Masjid adalah institusi utama berbagai pusat kegiatan. Berbagai kegiatan bisa dikembangkan oleh pengurus masjid. Bidang pendidikan, misalnya mendirikan Taman Kanak-kanak Islam. Bidang ekonomi, mendirikan lembaga amil zakat. Ini hanya beberapa contoh, masih banyak bidang kegiatan lain yang bisa dikelola oleh pengurus masjid.

Saat ini, sebagian besar masjid di tanah air masih belum diberdayakan secara optimal bagi pembangunan dan pengembangan umat Islam. Memerlukan pengelolaan masjid yang lebih baik lagi namun tetap berada dalam koridor syariat. Perlu usaha keras oleh seluruh elemen umat Islam untuk mewujudkannya secara konseptual.