The Universal Language of Manner

Seringkali kita dihadapkan kendala berupa benturan budaya (cultural shock) dalam pergaulan kita. Apa yang baik di Indonesia belum tentu baik di negeri Arab. Apa yang umum di Arab belum tentu dapat diterima di India.

Begitu pula yang terjadi di China, Inggris, Afrika serta belahan bumi lainnya. Sebagai contoh, memegang kepala seseorang di Qatar bagi orang Arab merupakan salah satu bentuk ‘penghargaan, sayang, perhatian’ dan lain-lain arti yang positif. Namun hal ini tidak berlaku di Indonesia.

Sebaliknya, menepuk pantat seseorang di negeri kita (tentu saja sesama jenis: Red.) dalam batas-batas tertentu dapat diterima. Utamanya sesame teman. Tapi tabu di Arab dalam pergaulan.

Oleh sebab itu, mengukur kebaikan atau nilai perbuatan seseorang bisa jadi sifatnya sangat relatif karena budaya yang beragam ini.

Akan tetapi, sebenarnya ada tiga kosa kata (vocabulary) yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur apakah seseorang itu sopan atau baik perilakunya dari sudut pandang percakapan. Percakapan ini memegang peran penting dalam pergaulan.

Dikatakan dalam suatu Riwayat bahwa ‘Lisan yang baik dapat mengantarkan kita ke Surga’. Itu berarti, bahwa baik buruknya seseorang dapat diukur melalui percakapannya. Kata-kata apa yang diucapkannya. Bukan karena duit, kekayaan atau cara berpakaiannnya. Apalagi karena ijazahnya.

Jika demikian, tiga buah kata-kata itu apa saja?

Sorry

Kata ‘maaf’ (sorry) sangat umum dan lazim digunakan. Apakah itu untuk membuka pembicaraan, meminta bantuan, kekuatiran menyinggung perasaan atau fisik orang lain, memohon pertolongan, menyita waktu seseorang, memulai pidato dan lain-lain.

Orang yang pelit menggunakan kata ‘maaf’ ini bisa saja dianggap tidak santun, kurang ‘tata krama’, tidak memiliki etika bahkan ‘kodo’ orang Jawa mengistilahkan. Karena itu, memulai kata ‘maaf’ jika kita bertemu pertama kali dengan seseorang yang tidak kenal merupakan expresi yang paling tepat, utamanya jika kita mau minta petunjuk atau memohon pertolongan. Betapapun amat kecil sekali ukurannya.

Misalnya: “Maaf Pak, menganggu sebentar boleh?” Ungkapan ini amat umum dipakai. Meski demikian sederhana, orang yang sombong, angkuh atau tinggi hati, merasa tidak perlu. Mereka menganggap penggunaan kata seperti ini berarti buang-buang waktu dan tidak efisien. Dalam Bahasa Inggris memiliki ekspresi lain, bukan hanya ‘sorry’ tapi juga: ‘Excuse me’ atau ‘ pardon me’ apabila kita meminta sang pembicara untuk mengulangi apa yang dikatakan lantaran kurang/tidak jelas perkataannya.

Thanks

Kata ‘terimakasih’ (thanks) sangat penting kedudukannya. Karena begitu utamanya dalam pembicaraan kita sehari-hari, sehingga orang yang jarang menggunakan kata ‘terimakasih’ ini dianggap sebagai orang yang pelit atau tidak pandai bersyukur.

Orang Inggris paling senang menggunakan kata ‘Thanks’ ini, sekalipun untuk urusan yang sangat sepele atau tidak perlu dalam pandangan kita. Misalnya: seorang anak yang diminta ayahnya untuk mengambilkan kertas kecil buat sang ayah yang sedang berbicara lewat telepon. Sang ayah bilang: ‘Trims!”

Begitu pentingnya penggunakan ekspresi ini, sampai-sampai orangtua tidak segan-segan setiap kali menggunakannya, dipakai di rumah serta disampaikan kepada anak-anaknya. Sesuatu yang jarang sekali dpraktikan oleh orang kita bahkan di India sana.

Kita, orangtua umumnya tidak menyampaikan kata ‘terimakasih’ atas pemberian atau bantuan yang diberikan oleh anak-anak terhadap kita. Apakah itu lantaran sudah kewajiban anak-anak terhadap orangtua atau karena hak orangtua untuk mendapatkannya? Wallau a’lam!

Yang jelas, dalam setiap akhir pembicaraan, pidato, surat menyurat, komunikasi lewat telepon, fax, sms, dan masih rentetan jumlah lainnya, ketika dibumbuhi dengan kata-kata ‘thanks’ ini, orang lain merasa dihargai atau dihormati.

Sebaliknya, orang yang jarang atau tidak mau menggunakannya bisa berisiko besar, lantaran dianggap sebagai orang yang tidak tahu diri, pelit serta tidak pandai bersyukur. Padahal dalam ajaran Islam, orang yang pandai bersyukur akan digandakan rejekinya serta ditambah nikmatnya.

Please

Kata ‘tolong’, ‘minta tolong, ‘mohon’ atau singkatnya ‘please’ dalam bahasa Inggris, tidak kalah penting peranannya guna mengangkat reputasi kita sebagai manusia yang beradab. Kata-kata maaf ini amat umum dipakai oleh orang-orang besar dalam banyak kesempatan. Mulai dari pertemuan formal, informal, surat menyurat, permohonan, meminta bantuan, sampai menutup sebuah pembicaraan yang disertai dengan himbauan, sekalipun pada hakikatnya himbauan ini bukan untuk kepentingan dia sendiri.

Betapa mulia kata-kata ‘tolong’ ini sehingga lantaran menggunakannya, orang lain bisa dibuat ‘takluk’, dan ‘terpaksa’ ‘menyetujui’ atau ‘memenuhi’ permintaan kita. Sebagai contoh: “Bisa minta tolong ambilkan penghapus spidol ya Mas?” pinta seorang guru terhadap siswanya. Sang siswa akan merasas dihargai, bukan diperintah, lantaran dimulai dengan kata-kata ‘tolong’ ini. Sebuah ungpakan yang mengandung nilai amat tinggi dalam pergaulan antar manusia.

Sebaliknya, orang akan mendapatkan predikat ‘sombong’, ‘angkuh’ atau ‘sok’ bila pelit menggunakan kata ini, seolah-olah dia bisa berdiri sendir, tanpa bantuan orang laini. Dia memandang orang lain kecil, sementara dia lupa bahwa sekiranya berdiri dikejauhan, dia juga kelihatan kecil dalam pandangan orang lain.

Kesimpulan

Bisa saja kita tidak pandai berbicara. Pula tidak punya banyak harta, apalagi gelar. Akan tetapi, menguasai hanya tiga kosa kata ‘Maaf (sorry), Terimakasih (thanks) serta Mohon/Tolong (Please), percayalah, nama baik akan bisa terangkat.

Namun demikian, penggunaannya tentu saja harus dalam batas-batas yang wajar, bukannya obral, agar tidak terkesan bahwa kita ini seperti pelawak saja! Atau, main-main dengan ungkapan. Apalagi jika tidak diikuti dengan ekspresi wajah yang tulus. Percuma kita mengatakan ‘thanks, sorry atau please’ jika wajah kita cemberut dan mahal senyum.

Karena itulah, untuk menjadi orang yang baik, tiga kata tersebut bisa menjadi senjata ampuh, apakah untuk kepentingan sosial, keagamaan, bisnis maupun profesi. Tanpa pandang bulu.

Jika anda ingin sukses, ini kiat yang ampuh. Sebaliknya, betapapun modal anda besar dalam bisnis, gelar anda berentetan di depan dan belakang nama anda, tingkat pengetahuan anda selangit, jabatan anda tinggi, tanpa memiiki ketrampilan menggunakan ketiga kata-kata tadi, cepat atau lambat, anda akan tahu hasilnya!

Wallahu a’lam!

Doha, 11 March 2011

[email protected]