Belajar Dari Pulau Seribu Masjid

Selamat Datang di Pulau Seribu Masjid! Aha… sebuah sambutan yang menarik dari yang "punya" wilayah Lombok, ya Pulau Lombok, Pulau yang tak kalah eloknya dengan Pulau Bali.

Pulau yang bertetangga ini , yang dipisahkan oleh Selat Lombok, yang bukan hanya menjadi salah satu pesona nusantara, tapi juga menjadi pesona mancanegara. Perjalanan jauh dari Moskow ke Mataram, tak terasa lelahnya atau rasa lelah hilang setelah melihat keindahan Pulau Lombok!

Pulau Lombok yang selama ini hanya saya ketahui melalui bacaan dan buku-buku pelajaran, kini selama kurang lebih seminggu, tepatnya dari 22 – 28 Nopember 2010, saya berada di Pulau Seribu Masjid ini.

Suatu pesona tersendiri, ketika dengan pesawat Garuda dari Jakarta mendarat di Bandara Selaparang, Mataram, NTB disambut hujan deras dan musik selamat datang plus pengalungan tenunan asli Mataram, yang berupa sal warna warni yang menarik.

Ada suasana magis yang menyedot perhatian, apa lagi kalau bukan musik tradisionil, musik ucapan selamat datang di Mataram, di Pulau Lombok, di Pulau Seribu Masjid. Musik dengan suasana Islami amat terasa di Lombok ini. Suara gendang, terompet, rebana bertalu-talu menyambut tamu dari berbagai negara yang akan mengikuti lomba.

Tak kurang dari 15 kota dari 12 negara datang ke Pulau Lombok, diantaranya dari Rusia, Belanda, Saudi Arabia, Mesir, Malaysia, Singapur, Thailand, Filipina, Myanmar, Syria, dan Jepang.

Hujan deras menyambut para tamu, tak mengurangi kehangatan dan keramahan tuan rumah, senyum bertebaran di mana-mana, musik selamat datang menyambut di mana-mana, ucapan selamat datang ada di bandara, di hotel, khususnya di Hotel Lombok Raya dan Hotel dan Hotel Grand Legi, Mataram. Ya tamu dari berbagai negara dimasambut dengan hangat dan tarian serta musik selamat datang.

Mataram, Ibu Kota Nusa Tenggara Barat ini menyimpan suatu eksotis yang mengagumkan, Pulau yang yang nyaris "tenggelam" dengan hiruk pikuk di Pulau tetangga sebelah Baratnya, yaitu Pulau Bali, ternyata tak kalah menariknya. Bahkan mungkin lebih menarik lagi, mengapa ?

Kalau di Bali kemana-mana kita temukan tempat-tempat ibadah ummat Hindu, namun di Pulau Lombok kita menemukan dua agama menyatu atau berbaur satu sama lain, Masjid dan Pura, berselingan …., walau Lombok menyebut Pulau Seribu Masjid, Pura ada di mana-mana.

Yang menariknya lagi, anda akan menemukan "tiruan" bacaan dzikir di sepanjang jalan Sriwijaya, Mataram. Mengapa saya sebut "tiruan"? Ya karena bacaan dzikir ini akan anda temukan di sepanjang jalan Sriwijaya, Mataram, sama dengan bacaan dzikir dari kota Jeddah ke arah Mekkah.

Mulai dari bacaan tahlil, hamdalah, subhanallah dan seterusnya. Siapa yang meniru, Jeddah atau Mataram? kalau dianalisa ya tentu saja mataram, kan sumbernya Islam dari Mekkah.

Oya, Mataram juga menyebut dirinya: Kota Ibadah! Jadi anda akan menemukan kata Mataram Kota Ibadah di sepanjang jalan-jalan protokol di kota Mataram, khususnya di jalan Sriwijaya yang berpotongan dengan jalan Soekarno!

Karena kota ini kecil, maka darai Bandara selaparang tadi ke Hotel Lombok Raya hanya memakan waktu 15 menit saja! Jadi anda tak usah kwatir akan tersesat di kota Mataram! Andapun bisa bejalan kaki atau berlari pagi dari bandara ke hotel tempat anda tinggal, udara yang sejuk di pagi hari menambah suasana nyaman, tentram dan mengasikkan.

Wah tulisan ini akan menjadi berseri, karena begitu banyak yang menarik perhatian saya, ya maklum aja, dari kota megapolitan Moskow yang super modern, langsung saya berhadapan dengan kota Mataram yang sedang menggeliat.

Oya ketika anda tinggal di Hotel Grand Legi Mataram, di loby hotel anda akan disumbut dengan foto-foto yang dipanjang di sisi kiri loby, ya foto para tokoh nasional yang pernah tinggal di hotel ini, diantaranya mantan Presiden Megawati, mantan Panglima TNI Wiranto, Mantan Gubernur DKI Jaya, Sutiyoso dan laian-lain, tentu saja kebanggaan hotel ini belum lengkap bila tidak menyantumkan Presidn SBY!

Seakan mereka ingin mengatakan; Selamat datang di hotel yang pernah diinapi oleh Presiden!

Melanjutkan cerita perjalanan saya dari Moskow ke Mataram, banyak hal yang menarik yang menurut saya perlu sharing. Mengapa ?

Ya ternyata keindahan alam Indonesia tak kalah dengan keindahan alam di negara-nnegara lain, termasuk di Moskow, Rusia. Di tengah-tengah minus 23 derajat C Selasa 1 Desember 2010 lalau, saya sudah mendarat lagi di Moskow.

Bayangkan hanya dalam tempo satu hari, dengan kemajuan tehnologi, saya berada dalam siatuasi suhu yang ekstreem, dari Jakarta suhu berkisar 27 derajat C sampai di Moskow di sambut dengan suhu minus 23 derajat C! Di Moskow memang sedang musim dingin, bahkan dua hari sebelumnya suhu mencapai minus 25 derajat C!

Aha dunia memang penuh dengan keajaiban, dari persoalan suhu saja, sudah terdapat keunikan tersendiri. Di Moskow suhu sudah mencapai di bawah titik beku…. eh saat transit di Dubai, suhu langsung melonjak ke plus 30 derajat C.

Di Moskow saat berangkat kedinginan, di Dubai ke panasan, di Jakarta keringat bercucuran, ketika di Mataram hanya tinggal kaos oblong bertulisan " I Love Lombok " dengan celana pendek merah!

Nah bedanya dengan orang-orang barat, yang etika atau rasa malunya kurang, saat kepanasan orang-orang Barat yang saya jumpai di Pulau Gili Trawangan, ya sama saat di Moskow sedang musim panas, pakaian ala kadarnya, sekedar menutup yang penting aja! Orang baratnya sih ga malu, kitanya yang melihat, ya ampun ….!

Loh gimana ga ampun…. Mataram punya motto: "Kota ibadah", pulaunya mereka sebut : " Pulau Seribu Masjid" Namun yang saya jumpai di Pulau Gili Trawangan bertolak belakang 180 derajat!

Karena bule-bule itu, ya ke mana-mana hanya pakai pakaian pantai, ala kadarnya,…. nah yang repotnya lagi adalah gadis-gadis kita yang mendampingi si bule-bule itu juga memakai pakaian "secukupnya" untuk menutupi yang" itu " aja!

Maka ketika di Gili Trawangan, bia anda ke sana, anda tidak merasa di Indonesia, apa lagi di Lombok! Ya anda seperti di luar negeri, atau seperti di Rusia saat muism panas, di pantai, ya seperti itulah keadaanya.

Yang repotnya lagi, di saat menjelang juhur… suara adzan terdengar, namun manusianya yang dipantai … ya cuek bye beh …, kontradiksi yang amat menyolok. Pulau Seribu Masjid, isinya di Gili Trawangan, jauh dari citra itu, salah siapa?

Ya orang Barat di Gili Trawangan sudah menjadi “raja-raja” kecil, mereka dilayani oleh orang-orang kita yang penuh keramahan dan senyuman. Orang-orang Barat di saung-saung yang beratap rumbia, santai-santai dengan bantal-bantal dan kasur-kasur empuk. Sambil membaca atau mendengarkan musik, benar-benar terasa di syurga, apa saja ada!

Keindahan, kenyamanan, keamanan atau yang lebih di kenal Safta Pesona Parawisata, sedang mereka nikmati di Gili Trawangan, ya memang saya juga merasakannnya, terutama rasa aman dan nyaman. Anda tidak akan menemukan Polisi berpakaian seragam di pulau Gili Trawangan ini, 24 jam anda di luar hotel, di pantai… tak ada yang mengganggu, mau apa aja, boleh.

Mau makan, minum. berenang, naik sado, bersepeda, jalan-jalan, menyelam, naik perahu, berjemur, nyanyi, mendengar musik, membaca di saung-saung dengan n0vel-novel berbahasa Inggris, Jerman, Swedia, Pernacis semua ada, disewakan!

Ini lagi-lagi yang membuat saya kagum pada orang Barat, saat bersantaipun mereka masih membaca! Dan anehnya, novel berbahasa Indonesia tak ada, tak disewakan atau tidak disediakan! Apa ini artinya? Ya kalau orang kita, Indonesia, berlibur ya berlibur aja, tak ada urusan dengan baca membaca!

Lain sekali dengan rata-rata kebanyakan orang Barat, termasuk orang Rusia, tentang Gila baca Orang Rusia, sudah saya tulis di ruang ini juga. Pantes aja mereka maju-maju, loh wong lagi liburan aja mereka membaca kok! Nah kita, kebanyakan orang Indonesia, jangankan saat liburan, saat tak ada kerjaaanpun tak mau membaca!

Oke, mari kita kembali ke pantai yang penuh pesona ini, pantai di pulau Gili Trawangan, Lombok, NTB! Lokasi yang ditempuh dari Mataram dengan menembus hutan lindung dan di sambung naik perahu ke pulau Gili Trawangan ini, anda akan disambut oleh monyet-monyet kecil di sepanjang jalan hutan lindung menuju pantai di teluk Putu.

Monyet-monyet kecil ini rupanya sudah "terdidik", karena monyet-monyet tersebut tidak akan mengganggu perjalanan kendaraan anda, mereka tidak akan menyebrang sembarangan, mereka, monyet-monyet itu hanya di pinggir jalan saja, dan merekapun tidak akan merebut makanan yang anda pegang, keculai diberi! Ya monyet-monyet lucu, telah menambah suasana yang menarik, ketika anda menuju pulau Gili Trawangan.

Coba gimana ini, masa kalah dengan monyet? Monyet dengan instingnya bisa diajak tertib, tidak sembarang menyebrang di jalanan, monyet dengan instingnya tidak mengembil yang bukan miliknya dan hanya menerima jika diberi.

Wah Gayus perlu belajar pada monyet di Lombok ini. Si Gayus perlu diajak ke Lombok ini, agar tidak menjadi sirakus yang mengemplang pajak yang harusnya masuk ke kas Negara menjadi masuk ke kantongnya sendiri. Dan banyak gayus-gayus lain yang harus belajar dari monyet di Lombok ini.

Loh kok jadi ke gayus ? Iya, kalau Negara ini mau maju, hilangkan semua Gayus yang telah merongrong dan menghancurkan sendir-sendi ekonomi dan akhlak warga Indonesia.

Lombok yang menjadikan moto : “Pulau Seribu Masjid” dan Mataram yang membuat motto : “Kota Ibadah” mari kita dukung dan jangan di balik! Mari juga kita dukung daerah-daerah yang punya Perda Syariat Islam, mari kita terus berjuang menegakkan syariat Islam dimanapun kita berada.

Perda daerah yang mengandung syariat Islam ada yang mengusulkan agar dihapus, apa pula ini? Jangan-jangan tangan-tangan kotor sedang mengintai Perda-perda yang memuat unsur syariat Islam.

Hati-hatilah, jaringan libralisme, hendonisme dan paham-paham yang tak sejalan dengan Islam, akan terus menerus berusaha menjegal syariat Islam dimanapun berada, salah satunya adalah Perda yang memuat syariat Islam!