Mendamba Kemenangan Agung

“Silahkan anda keluar dulu dari ruangan, bersiaplah untuk kami panggil dalam beberapa menit ke depan…” suara seorang dosen penguji pada sebuah sidang skripsi.

Sang mahasiswa melangkah ke luar ruangan dengan gontai. Baru saja perjuangannya berakhir. Kini saatnya menunggu hasil dari perjuangannya itu. Akankah dia menerima hasil yang menggembirakan atau justru sebaliknya ?

Beribu rasa berkecamuk dalam hatinya, tak dihiraukannya hiruk pikuk teman-teman yang terus mendukungnya. Pikirannya justru melayang jauh ke kampung halamannya. Terbayang wajah emak dan bapaknya nun jauh di sana. Sedang apakah mereka saat ini?

Mungkin emak sedang khusuk menangis di atas sajadahnya, mengangkat tangan berdoa untuk keberhasilannya saat itu. Mungkin bapaknya sedang sibuk di sawah, mengais rejeki untuk membiayai kuliah dan biaya hidupnya saat itu.

Tak terasa air matanya menetes mengingat begitu banyak pengorbanan yang diberikan orangtuanya agar dia bisa menggapai cita-citanya. Pengorbanan mereka tak sebanding dengan pengorbanannya sendiri dalam menjalani masa-masa sulit perkuliahannya. Sesulit apapun kuliah yang dijalaninya, masih lebih sulit perjuangan orangtuanya. Dan detik-detik itu, menjadi masa penentuan baginya, akankah dia memetik buah yang manis atas semua jerih payahnya itu ataukah justru sebaliknya?

Beberapa saat kemudian sang dosen memanggilnya. Si Mahasiswa masuk ke dalam ruangan. Sebelum masuk, beberapa teman seperjuangannya menepuk pundaknya untuk memberi dorongan kekuatan mental padanya.

Sidang telah berakhir, dosen-dosen penguji sudah berlalu dari ruangan, tapi sang mahasiswa belum keluar dari ruangan. Teman-teman pendukungnya yang tak sabar, lantas berebut masuk ke dalam ruangan. Di temuinya sang mahasiswa sedang tersungkur dalam sujud syukurnya. Si mahasiswa dinyatakan lulus dengan hasil sangat memuaskan, subhanallah walhamdulilah. Seluruh teman menyalaminya, bahkan sebagian turut meneteskan air mata bahagia untuknya, perjuangannya telah berbuah manis.

“Emak…..Bapak…aku lulus…” teriaknya dengan girang begitu pulang ke kampung halaman. Emak menyambutnya dengan pelukan hangat penuh rasa syukur. Bapak mengelus kepalanya dengan lembut. Air mata syukur menggenang di mata mereka. Itulah ekspresi kebahagiaan, kebahagiaan atas manisnya buah perjuangan.

Betapa leganya, bila perjuangan kita membuahkan hasil yang menggembirakan. Bukan hanya pada satu episode di dunia ini seperti saat sidang skripsi ini, namun lebih jauh lagi pada kehidupan hakiki kita, yaitu ketika kelak di yaumil hisab kita bisa menerima rapot kita dari sebelah kanan. Yaitu ketika kita telah dinyatakan lulus menjalani ujian kehidupan.

Bukankah hakikat hidup kita di dunia ini adalah sebuah ujian dari Allah swt?

Allah swt sendiri telah mengatakannya dalam surat Al-Mulk ayat 1-2 :

“ Maha Suci Allah yang menguasai segala kerajaan dan Dia MahaKuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hiduo untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya … “

Inilah ujian yang sesungguhnya itu. Kehidupan dunia yang sesungguhnya amat sangat singkat ini adalah sebuah bentuk ujian dari Allah swt untuk semua makhluknya. Bagi orang yang menyadarinya, tentu dia akan bekerja keras mengisi kehidupannya dengan segala ketaatan untuk menggapai rahmat-Nya. Namun tak sedikit orang yang terlena dengan gemerlapnya dunia, hingga tak terpikir olehnya bagaimana nasibnya di kehidupan berikutnya nanti.

Banyak orang yang sangat ambisius mencapai kesuksesan duniawi, namun alih-alih berambisi mereka justru tak memikirkan bagaimana caranya menggapai kesuksesan ukhrawi. Mungkin mereka lupa bahwa kehidupan dunia hanyalah sekejap semata dan kehidupan yang hakiki adalah di akherat nanti.

Padahal bila kita ingat, kita akan berada di padang Mahsyar kelak selama satu hari dalam perhitungan akherat yang lamanya sama dengan 50.000 tahun perhitungan waktu dunia. Maka lamanya kehidupan kita di dunia ini menjadi tak ada artinya apa-apa dibanding lamanya kehidupan akherat bukan?

Maka di kehidupan kita yang sekejap ini manfaatkanlah sebaik mungkin agar kelak kita mendapatkan hasil yang memuaskan. Sudah selayaknya bila setiap nafas yang kita hembuskan adalah nafas ketakwaaan. Setiap jalan yang kita tuju adalah jalan menuju ketaatan kepada Allah swt.

Bayangkanlah kegembiraan kita kelak di yaumil hisab, setelah berpayah-payah melalui proses hisab yang jauh-jauh lebih menegangkan dibandingkan dengan sidang skripsi, ketika kita berhasil menerima catatan amal kita dari tangan kanan, yang artinya kita termasuk golongan orang-orang yang selamat dan berhak mendapatkan surga.

Betapa bahagianya kita, apalagi bila keluarga kita, orangtua kita (yang sama-sama telah menerima catatan dari tangan kanan) telah menunggu kita untuk bersama-sama bergabung dalam kebahagiaan.

“Ayah…Ibu… aku menyusulmu….”

Duhai indahnya…

Subhanallah, inilah kemenangan yang agung itu yang semoga kita semua kelak bisa memperolehnya. Namun ingat bahwa kemenangan agung itu hanya bisa dicapai dengan sebuah kerja keras yang nyata.

“Wahai Manusia…sesungguhnya kamu sudah berkerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.Maka adapun orang yang catatanya diberikan dari sebelah kanan, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dan dia akan kembali kepada kelurganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira “ (QS Al-Insyiqaq ayat 6-9.)

www.sya2.multiply.com