Terimakasih Bidadari Surgaku…

Alhamdulillah..
Sesaat setelah kuselesaikan doa-doa dalam shalat malam ku, kuhampiri isteriku yang masih terlelap dalam tidurnya. Biasanya saat seperti jni isteriku telah menyelesaikan doa-doa malamnya.

“Mungkin hari ini hari yang melelahkannya..” pikirku. Kutatap dalam-dalam wajah isteriku, tampak semburat kelelahan di wajahnya. Memang beberapa hari ini anak kami selalu rewel di malam hari, karena demam yang menyerangnya. Tapi di balik kelelahannya, masih kulihat senyum dalam tidurnya. Memang benar nasihat bijak yang sering kudengar, ”Jika kau sedang marah pada seseorang, maka tataplah wajahnya disaat tidur, niscaya kemarahanmu akan sirna”. Malam ini kubuktikan nasehat bijak itu. Menatap wajahnya disaat tidur seperti ini, membuatku sulit untuk mempertahankan kemarahan jika kami sedang berselisih paham.

Sejenak kuteteskan air mataku. Wanita ini begitu sabar mendampingiku, dalam susah dan senang kehidupan keluarga kami. Teringat saat pertama kali kami menikah, pekerjaan yang kujalani saat itu harus ku tinggalkan, karena sesuatu yang menurutku sangat prinsip, menyangkut sistem kerja yang diterapkan di perusahaan tempat ku bekerja. Saat itu usia pernikahan kami baru 3 hari. Dengan sabarnya dia berkata ”Ya, sabar aja bi.. rizki itu kan datangnya dari Allah, lewat jalan apapun juga kalau Allah telah menentukan maka pasti akan sampai juga ke kita..”

Hari demi hari yang mungkin menurutku menyulitkannya, dapat dihadapinya dengan sabar. Uang belanja yang tidak seberapa harus bisa dipotong untuk cicilan rumah dan cicilan motor second yang menjadi kebutuhan bagi kami karena posisi rumah kami yang tidak dijangkau kendaraan umum. Tapi hal itu tak membuatnya jadi berhenti berkreasi dalam memasak, dengan bahan seadanya tetap dapat dihasilkan menu masakan yang lezat menurutku. Hingga akhirnya kondisi keuangan keluarga kami mulai membaik seiring hadirnya buah hati kami. Walaupun tetap ada masa sulit yang harus dihadapinya, yaitu kesabarannya harus diuji lagi. Setelah seminggu anakku lahir, isteriku harus kehilangan ibunya, menghadap Allah SWT.

Alhamdulillah..
Tak terasa ramadhan tahun ini menjadi ramadhan ketiga dalam pernikahan kami. Kami harus mempersiapkannya lebih baik lagi, banyak target-target ramadhan tahun kemarin yang gagal kami capai. Mungkin karena kami kurang pandai mengatur waktu terutama saat-saat mulai hadirnya jundi kecil kami. Tapi tekad kembali kami kuatkan, bahwa ramadhan tahun ini harus menjadi ramadhan terbaik dalam hidup kami.

Sesaat ku tersentak dan tersadar dari lamunanku. Isteriku bangun dari tidurnya, seiring gema puji-pujian di masjid komplek terdengar merdu. Terimakasih isteriku.. terimakasih bidadari surgaku.. kau telah merelakan waktumu untuk menua bersamaku.. mendidik anak-anak kita agar tetap selalu memberikan manfaat.. untuk pengembangan umat.

Ya Allah bantu kami.. Jadikan Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terbaik dalam hidup kami.