Tersenyumlah dan Jangan Sakiti Orang Lain

Be smiling and don’t harm others. ” Terjemahnya:” Tersenyumlah dan jangan menyakiti orang lain”. Demikian tulisan yang terbaca dalam electronic display di halaman depan Masjidil Haram. Ada dua buah electronic display di halaman depan Masjidil Haram. Satu buah electronic display terletak di seberang King Abdul Aziz Gate, yaitu pintu utama Masjid. Sedangkan yang lain terletak di seberang Hotel Hilton. Ditampilkan dalam huruf Arab, kemudian diikuti dalam bahasa Inggeris.

Muslims are like one body, if one part of body suffering due to illness, the whole body will be fever and become insommia, (narrated by Bukhari & Muslim). “ Terjemahnya: “ Kaum muslim adalah satu badan, jika ada satu anggota badan menderita sakit, seluruh badan akan demam dan menjadi tidak bisa tidur (HR Bukhari Muslim). ” Demikian tampilan lain dari display tersebut, peringatan agar mengedepankan ukhuwah sesama Muslim.

Sangat variatif isi dari tampilan display. Ada tampilan berupa peringatan bagi jama’ah Masjidil Haram agar menjaga kebersihan masjid. Ada juga tampilan berupa peringatan khusus untuk muslimah pengunjung Masjid agar berpakaian muslimah yang sesuai syariat dan tidak menggunakan parfum. Terdapat juga peringatan yang sangat substansial, yaitu agama Islam telah disampaikan secara sempurna melalui Rasulullah SAW, maka jangan mengada-adakan sesuatu di luar yang telah diajarkan dalam agama Islam.

Di halaman belakang Masjidil Haram, dekat rumah kelahiran Rasulullah SAW terpasang juga electronic display sejenis yang berisikan nasehat ke arah kebaikan. Bahkan ditampilkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Turki. Seperti diketahui, jumlah jama’ah haji terbanyak berasal dari Indonesia dan Turki. Display kurang diperhatikan orang. Karena, di dekatnya terdapat beberapa mobile crane, sehingga agak menghalangi pandangan ke arah display. Crane tersebut dipergunakan untuk keperluan proyek perluasan Masjidil Haram. Area Sa’i antara bukit Shafa dan Marwa saat ini sedang diperluas.

Alhamdulillah, ada peringatan-peringatan yang bermanfaat untuk pengunjung Baitullah yang mencapai jutaan orang. Dalam kepadatan orang, seharusnya kita lakukan Thawaf dan Sa’i dengan khusyuk tanpa menyakiti orang lain seperti mendorong atau menyikut mereka. Setiap saat selalu berbuat kebajikan karena mencari ridho Allah SWT menjadi suatu keinginan luhur.

Ada juga papan mirip rambu lalu lintas yang terpasang berdekatan dengan rambu lalu lintas di jalan-jalan. Misalnya dalam perjalanan ke luar kota Makkah dan Madinah, sering kulihat papan bertuliskan ‘Alhamdulillah’, ‘Subhanallah’, ‘Allahu Akbar’, ‘Laa ilaaha illaallaah’. Dalam tulisan Arab tentunya.

Di beberapa tempat umum, terlihat banyak papan besar bertuliskan do’a yang diambil dari ayat Al-Qur’an. Beberapa buah terpasang di mulut terowongan jalan raya. Seperti yang kulihat di atas gerbang terowongan penghubung jalan raya di belakang Masjidil Haram dengan distrik Aziziyah. ”Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa hablanaa min ladunka rohmah, innaka antal wahhaab. ” (QS Ali Imran[3]: 8). Yang artinya, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). "

Sesungguhnya, papan dan display bertulisan tersebut di atas adalah pelaksanaan dari perintah amar ma’ruf nahi munkar. Bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Harus dibaca, dipahami dan diamalkan agar tercapai kesempurnaan ibadah haji sesuai yang diperintahkan oleh Allah SWT. ”Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah SWT. ” (QS Al-Baqarah [2]: 196).

Ibadah haji harus dilakukan secara ikhlas semata-mata mencari ridha Allah SWT dan untuk ber-taqarrub kepada-Nya. Ibadah ini tidak didorong oleh motivasi yang lain, seperti mendapatkan sanjungan dari orang, mencari popularitas, berbangga diri atau sekadar ikutan karena tetangga, rekan kerja dan kerabat telah berhaji.

Kita harus memahami syariat manasik haji. Juga harus mengerti makna yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji. Berbagai macam makna simbolis yang terkandung dalam pakaian Ihram, Thawaf mengelilingi Ka’bah, Sa’i dari Bukit Shofa ke Bukit Marwah bolak-balik, Wukuf di Padang Arafah, melempar Jumrah harus dipelajari dan dimengerti. Dengan demikian, ibadah haji bisa dilakukan dengan penuh penghayatan secara mendalam, bukan sekadar gerak fisik ritual tanpa makna.