Tersesat di Jalan Yang Benar

Saat SMA, saya sangat ingin kuliah di kedokteran. Tapi kenyataan justru membawa saya kuliah di teknik. Sepuluh tahun berselang, menyesalkah saya? Tidak bisa dipungkiri, kadang-kadang timbul perasaan seperti itu. Tapi ada banyak kesempatan saat merasa bahwa apa yang saya lewati adalah pengalaman sangat berharga yang saya syukuri. Saya sampai ke titik seperti ini dengan melewati banyak hal di mana kenyataan ternyata tidak sesuai harapan.

Seorang teman mengistilahkan pengalaman saya yang ingin kuliah di kedokteran tapi malah belajar teknik itu sebagai peristiwa “tersesat di jalan yang benar.” Sebetulnya saya kurang setuju dengan istilah itu. Memang benar, rasanya saya sudah melenceng jauh dari minat saya di biologi. Sebaliknya saya malah belajar mata kuliah yang berhubungan dengan fisika, pelajaran yang coba saya hindari sejak SMA dulu. Tapi saya tidak merasa tersesat, bahkan saya merasa memperoleh banyak hikmah berharga.

Di antara hikmah itu adalah saya bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak orang yang telah memberi pengaruh baik pada saya. Bertemu dengan sahabat-sahabat yang menemani dalam banyak kesempatan suka dan duka. Saya bisa melakukan hal-hal yang saya sukai di luar aktivitas kuliah. Bisa pergi ke tempat yang memberi banyak ilmu berharga. Bahkan saya juga bisa memperoleh prestasi yang tidak saya duga sama sekali.

Seorang teman pernah berkata kepada saya suatu kali, “Andai kamu dulu masuk kedokteran, prestasi seperti ini mungkin tidak kamu raih.” Menanggapinya, saya tersenyum dan mengatakan, “Mungkin malah prestasi yang lebih baik yang saya peroleh.” Saya berusaha untuk tidak berandai-andai. Saya tahu, kata-kata lanjutan setelah kata “andai” adalah sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Lagipula, akan ada beribu kemungkinan yang bisa terjadi, tapi kenyataannya itu tidak terjadi. Berandai-andai dengan menghubungkan kejadian yang sudah berlaku, sama halnya menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak perlu.

Bukankan Rasulullah saw telah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang berandai-andai itu? “ Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, tetapi pada masing-masingnya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah tolong kepada Allah, serta jangan lemah. Jika ada sesuatu yang menimpamu maka janganlah engkau berkata, ’Seandainya aku melakukannya, maka pasti akan seperti ini dan itu’, tetapi katakanlah, ‘Allah telah menetapkan, dan apa saja yang Dia kehendaki pasti terjadi’, sebab kata ‘seandainya’ itu membuka tindakan syaitan.”

Siapa yang bisa menjamin kehidupan yang sekarang saya jalani akan berjalan lebih baik jika saya masuk kedokteran dan bukannya mepelajari teknik? Siapa yang bisa memastikan kehidupan saya akan lebih membahagiakan, lebih sukses jika saya dulu kuliah di kedokteran? Hanya Allah SWT lah yang tahu. Yang pasti, kenyataannya sekarang saya adalah seorang insinyur dan bukannya dokter. Dan saya menjalani kuliah saya dengan baik, hasilnya pun cukup memuaskan untuk seseorang yang kurang menyukai pelajaran fisika.

Sampai sekarang, pelajaran dan mata kuliah fisika yang pernah saya pelajari, belum juga berhasil membuat saya menyukai bidang yang bagi saya njelimet itu. Tapi bagi saya, proses belajar yang telah saya lewati mampu memberikan pencerahan dan -mudah-mudahan- pendewasaan diri. Selain itu, pola pikir dan wawasan saya juga berkembang, mudah-mudahan berkembang menjadi lebih baik.

Apa yang sudah terjadi menjadi torehan sejarah kehidupan saya yang saya syukuri. Saat ini, saya tidak bekerja di bidang yang berhubungan dengan kuliah saya dulu. Tidak pula berkaitan dengan bidang kedokteran seperti keinginan saya dulu. Bagaimanapun, saya sampai di titik seperti sekarang dengan melewati titik-titik di mana kenyataan tidak sesuai dengan harapan, tapi saya telah memilih untuk menjalani semuanya.

Allah SWT sudah menentukan jalan bagi saya untuk mempelajari banyak ilmu berharga lewat peristiwa ini. Saya bersyukur sudah melewati masa-masa kuliah saya. Saya bersyukur dengan apa yang saya peroleh saat ini. Saya meyakini, ini adalah jalan terbaik yang diberikan Allah SWT.
Wallahu’alam bishshowab.

-satu episode dalam Today is a gift-