Tiga Fitnah Kematian

Manusia berusaha berlari dari kematian dengan berbagai cara. Padahal tak ada seorangpun yang dapat menunda ketika telah datang gilirannya. Ali bin Abi Thalib berkata,

“Sungguh kematian bagi kita semua (bagaikan) anak-anak panah yang tak pernah keliru * siapa orang yang terlewat hari ini satu anak panah, niscaya tak akan lepas (dari anak panah itu) di hari yang lain”.

Kedua: Manusia dibuai angan-angan. 

Setiap manusia berangan-angan usia panjang. Bahkan, ada yang ingin abadi di muka bumi ini. Ketika Nabi Adam (alahi salam) digoda oleh syaitan, ia dijanjikan keabadian hidup bersama Sayyidah Hawa, maka Adam pun tergelincir hingga memakan buah dari pohon keabadian (syajaratul khuldi). Nabi Adam yang sudah abadi dalam keabadian surga tergoda dengan janji keabadian duniawi yang dihembuskan syaitan.

Padahal, secara kasat mata, kita menyaksikan tak ada manusia abadi di muka bumi ini. Pada ilmu logika disebutkan, setiap manusia pasti mati, Plato adalah manusia. Maka, Plato pasti mati.

Dalam sejarah, mungkin manusia terpanjang usia adalah Nabi Nuh (alaihi salam). Allah SWT berfiman,

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Qs al-Ankabut: 14)

Namun demikian, dalam satu riwayat dikisahkan, saat ajal datang kepada Nabi Nuh, dia ditanya malaikat, “Wahai Nuh, manusia yang memiliki usia terpanjang. Bagaimana kau dapatkan dunia?” Nuh menjawab, “Dunia tak ubahnya rumah dengan dua pintu. Aku masuk dari pintu depan, lalu keluar di pintu belakang”.

Maka, ketika umat Nabi Nuh tak kunjung beriman pada risalah yang dibawanya, mereka dibinasakan Allah dengan badai hujan dan banjir. Mereka pun mati dalam kehinaan.