Santun Dalam Beramal

Sabtu pagi ketika kami sedang berkumpul di rumah, datanglah seorang pengemis memberi salam. Seorang anak muda dengan membawa karung kecil dipundaknya. Bergegas aku ke dalam untuk mengambil beras dan sedikit uang.

Anakku nomor tiga yang berusia 4 tahun pun ikut sibuk,. Ia segera keluar, lalu bertanya ke pengemis tersebut “Emang berasnya udah habis yach, ko’ minta beras ke sini??”…ups..qqqq…qqq…dari dalam aku geli juga mendengarnya. Kakaknya yang berusia 6 tahun mengingatkan adiknya “De’ jangan ngomong gitu, gak sopan”…..Sementara si pengemis hanya tersenyum sambil malu-malu.

Lain waktu pula ada seorang nenek renta datang ke rumah, lalu aku persilahkan untuk duduk dulu diteras. Lalu kami berikan makanan dan uang ala kadarnya. Nah, anakku yang sama, bertanya pula ke nenek tersebut “ Emang Nenek gak punya rumah, ko’ duduk dirumah aku???”” ..Ups……..keluar lagi dech celotehannya..aku meminta maaf ke nenek tersebut, lalu menjelaskan bahwa “memang umi yang mempersilahkan nenek tersebut untuk duduk disini”.

Sementara si nenek hanya tersenyum sambil mencandai anakku. Aku akui anakku ini memang cerdas dan kritis (semoga menjadi anak yang sholeh dan bertaqwa..). Hanya terkadang kekritisan dan kepolosannya sering membuat aku khawatir, khawatir menyinggung perasaan orang lain.

Mungkin pesan yang ingin disampaikan oleh anakku ini adalah kenapa dia meminta??? Menurutnya meminta itu perlu ada ala-san, apakah memiliki alas an yang syar’I sehingga ia harus meminta-minta. Sebagaimana pendapat seorang teman ketika kami di bis dalam perjalanan pulang dari kantor.

Ada seorang pengamen laki-laki muda dengan menggendong anak kecil. Lalu temanku ini berkomentar “Saya malas ngasih orang seperti ini, memanfaatkan anak-anak untuk cari uang, pemalas aja…..(pikirku ada benarnya juga, mungkin temanku berprinsip perlu selektif dalam beramal).

Awalnya aku sependapat dengan temanku tersebut…Esoknya aku yang terbiasa naik turun bis menuju kantor mencoba untuk selektif memberi kepada pengemis. Hi..hi…hi.. alhasil dari berangkat hingga pulang aku tidak beramal sama sekali…..karena rasanya di Jakarta ini sulit untuk selektif dalam beramal …………..(toh tidak mungkin kita menanyakan satu persatu alasan kenapa dia meminta-minta).

Karena umumnya pengemis-pengemis di Jakarta ini berbadan sehat. Hanya ditambahi aksesoris berpakaian lusuh, sambil menggendong anak atau yang lainnya lah, yang memang mengundang orang lain untuk iba.

Memang Islam juga mengatur hal-hal mengenai kriteria dalam beramal, diantaranya, sebagaimana dalam hadits Yang diriwayatkan oleh Qobishah bin Al Mukhiriq Al-Hilaly Rosululloh saw bersabda , “ Hai Qobishah meminta-minta tidak dihalalkan kecuali bagi 3 orang : pertama, orang yang memiliki hutang, hingga ia dapat menutupi hutangnya kemudian ia berhenti meminta. Kedua, orang yang tertimpa musibah hingga menghabiskan seluruh hartanya dan ketiga orang yang ditimpa kemelaratan hingga 3 orang yang berakal dari kaumnya membuat persaksian” ………(HR Muslim 1044).

Dan Allah SWT pun memerintahkan kita untuk berinfak kepada orang-orang fakir yang berjihad di jalan Allah dan kepada orang-orang disangka kaya tapi sebenarnya mereka berusaha menahan diri dari meminta-minta (ta’affuf) sebagaimana yang tertuang dalam QS Al-Baqoroh : 273.

Dan banyak pula larangan-larangan Allah kepada hamba-Nya untuk meminta-minta,sebagaimana dalam salah satu hadits Ibnu Umar dari Rosululloh SAW bersabda “senantiasa seseorang meminta-minta hingga ia datang pada hari kiamat tanpa membawa sekerat dagingpun diwajahnya / malu” (Muttafaqun ‘Alaihi).

• Tapi bukankan Allah juga banyak memerintahkan kita untuk berinfak??? Salah satunya dalam firman Allah “Wahai orang2 yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yg telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafa’at…….. QS Al-Baqoroh ; 254.

Pun Rosululloh saw pernah bersabda “barangsiapa yang meminta dengan menyebut nama Allah maka berilah; barangsiapa yg meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah maka lindungilah; barangsiapa yg mengundangmu maka penuhilah undangannya; dan barangsiapa yg berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah kebaikannya itu, tetapi jika kamu tidak dapat membalasnya maka do’akanlah untuknya dengan sungguh-sungguh sampai kamu merasa bahwa kamu sudah mmebalas kebaikannya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra.)

• Dan bukankan juga Allah memerintahkan kepada kita untuk menjauhi prasangka??? sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya “…………Jauhilah prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa………QS Al-Hujurat ;12

Dan dalam sabdanya Rosululloh SAW berkata “jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta ( diriwayatkan oleh Abu Hurairah).

• Dan pula Allah SWT pun memerintahkan kita untuk mengucapkan perkataan baik??? Sebagaimana dalam Firman-Nya “…………dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang2 miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia……..” QS Al-Baqoroh ; 83.

Serta QS Al-Baqoroh ; 263 “perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti……”.

Jadi alangkah baiknya kita sebagai seorang mukmin, selain perlu selektif dalam beramal kita pun harus bijak dalam beramal. Jika kita ingin memberi, berilah dengan cara yang ihsan. Jika kita merasa tidak ingin memberi, tolaklah dengan cara yang santun serta jauhilah dari berprasangka….Karena kita tidak tahu, alasan apa yang sebenarnya hingga seorang pengemis rela terjun sebagai peminta-minta. Wallahu a’lam bishowab.

(“jangan kamu remehkan kata-kata dari anakmu, sebab terkadang dari situlah awal perubahan dalam hidupmu,” perkataan DR. Sa’ad Riyadh dalam bukunya “Abaa’ wa Abnaa’).

[email protected]