Ukhti, Nih Jilbab!

Hidup ini memang penuh keajaiban. Kadang kita tak menyadari, hidup ini mengalir begitu indah. Keindahan yang kita dapatkan, sering kali membuat kita lupa bersyukur. Rasa syukur memang sebuah hal yang sangat gampang di ucapkan, tapi susah dilaksanakan bila kita tak bisa memaknai apapun. . Rasa syukur untuk sebuah keajaiban merupakan keharusan. Karena hanya Allah yang memegang semua kejadian di dunia ini. Aku pun bersyukur pada Allah, punya tetangga yang punya perhatian lebih dan tak kusangka seringkali tahu apa yang aku butuhkan. Subhanallah!

Aku punya seorang kawan sekaligus tetangga. Panggil aja ibu Ais ( nama samaran ). Dia punya sesuatu yang membuat dia beda dari kami, tetangganya. Ibu Ais tidak akan mengenakan pakaian bila, jilbab dan bajunya tidak senada. Dia punya selera keindahan yang sangat baik. “Aku nggak pede bila jilbab dan pakaianku tidak matching.” Ujarnya ketika aku menanyakan tentang pakaiannya selalu sewarna dan seirama. Bila di bandingkan dengan diriku? Maka…he..he…
Konsekuensinya, tentu saja dia harus membeli baju dan jilbab yang senanda. Bila dia membeli jilbab, maka dia akan memikirkan dulu : “Apakah bajunya ada yang sewarna?” Bila tidak, kemungkinan tidak akan dia beli. Atau, jilbab itu akan di beli tapi tak akan di pakai sebelum membeli pasangannya. Istilahnya, jilbabnya waiting list untuk pemakaian. He.. he…

Orangnya enak di ajak ngobrol. Kami sih suka curhat-curhatan. Kadang dia datang di pagi hari ke rumahku, bila lama tak berjumpa. Tentu saja aku melayaninya ngobrol sambil mengerjakan sesuatu di dapur. Saat pagi, bagi ibu rumah tangga adalah jam tersibuk. Begitupula sebaliknya. Yang jadi masalah, kami tidak punya schedule yang sama dalam kegiatan. Saat saya seharian di rumah, maka dia akan full day di luar rumah. Jadi, ketemunya kadang satu bulan sekali. Nggak apa-apa, yang penting SMS saja. Khan silaturahim tetap jalan.

Selain punya seni dalam berpakaian, dia juga mempunyai nilai lebih. Perhatian sama tetangganya, dapat di acungin jempol. Bila ada tetangga yang di rawat di rumah sakit, jarang sekali dia jadi penjenguk terakhir. Seringkali dia penjenguk pertama sekaligus memberi info pada tetangga, ini dapat terjadi karena ibu ini merupakan sosok yang punya banyak sahabat karib. Dibanding aku? He…he..
Aku mengira, “Mungkin dia tahu, bagaimana hak tetangga pada dirinya?”. Karena Rasulullah bersabda :”Setiap Jibril menemuiku, pasti memberitahukan tentang hak tetangga padaku, sampai-sampai aku mengira, tetanggaku akan menerima hak waris.”

Pada tahun 2008 ( aku lupa bulannya ) aku berniat membeli jilbab yang berwarna hitam. Niat itu lama terpendam, karena kesibukan hingga akhirnya niat itu belum terlaksana. Nah, ketika aku memikirkan kembali keinginan membeli jilbab itulah, ibu Ais datang. “Assalamu;Alaikum.” Dia memberi salam, dan langsung masuk lewat pintu samping rumahku. “Nih, ada hadiah untukmu ukhti!” Dia menyerahkan bungkusan. Aku pun membukanya. Ha..? Aku takjub! Sebuah jilbab dan berwarna hitam.
Rupanya dia merasakan jilbabnya ini dalam keadaan nganggur, karena belum ada pakaiannya yang senada. Aku sih bersyukur aja dengan pemberiannya. Kemudian mengatakan : “Sering-sering aja beli, suapaya aku juga dapat bagian!” He…he… ( Mau yang gratis nih ye…)

Setelah beberapa bulan, kejadian itu sempat terlupakan. Aku pikir itu hal biasa yang terjadi. Jadi nggak ada istimewanya. Hingga…Kejadian yang sama terrulang kembali. Ketika aku merasa jilbab warna hijauku mulai tak layak pakai, maka aku pun merencanakan membeli sebuah jilbab berwarna hijau, setelah suami gajian Hingga setelah suami gajian, aku belum sempat membelinya. Aku pikir sih, nggak penting-penting amat, jadi ntar aja belinya. Kemudian… beberapa hari, “Ukhti, nih jilbab!” Ibu Ais pun datang kembali. Aku merasa senang, karena dia lama nggak mengunjungiku. Kami punya jadwal out door yang berbeda. Kedatangannya dengan sebuah jilbab berwarna hijau, tentu saja membuatku senang. Aku pun bersyukur, ternyata jika rezeki, tak ada seorang pun yang dapat menahannya. Rezekiku mendapat sebuah jilbab sesuai keinginan ternyata dipenuhi oleh Allah melewati tetanggaku ini.

Bulan lalu, dia datang lagi dan berkata :”Ukhti, nih jilbab!” Rupanya dia datang lagi dengan sebuah jilbab. Warnanya biru gelap, sesuai apa yang aku pikirkan untuk sebuah gamis yang baru aku beli. Aku sangat takjub dengan semua pemberiannya. Pemberian disaat aku membutuhkannya dan saat aku tak menyangka dia tahu apa yang aku butuhkan. Tentu saja ini sebuah peristiwa yang dapat dikatakan “istimewa” bagiku. Apakah Allah menunjukkan padaku, bahwa tetanggaku ini adalah orang yang tepat aku jadikan saudara setingkat dengan saudara kandungku? Tentu saja dengan semua kebaikan dan perhatiannya selama kami bertetangga, membuatku yakin bahwa : “Dia sangat SAYANG padaku!”

Peristiwa yang berulang tiga kali dengan pemberian yang sesuai dengan keinginan, merupakan hal luar biasa bagiku. “Apakah dia punya indera ke enam hingga tahu kebutuhanku?” ataukah “Allah menakdirkan kami untuk selalu sehati, karena do’a Robithah yang sering kami baca?”. Semoga ini adalah awal dari sebuah persaudaraan seiman yang akan berkembang lebih pesat lagi di lingkungan kami. Allahumma Amin.

Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata

[email protected]