Writing Is Everyone's Business

Jauh sebelum saya mengembangkan hobi menulis, pada suatu hari di kantor, datang seorang bapak berusia sekitar 35-40 tahun, menyerahkan sebuah permohonan (lamaran) kerja. Tertarik ingin tahu lebih lanjut tentang kualifikasi yang dimiliki beliau, saya buka lembar demi lembar sebendel dokumen yang diserahkan kepada pegawai administrasi kami. Perhatian saya terfokus bukan kepada gelar sarjananya. Namun lampiran-lampiran yang menyertai dokumen inti: beberapa buah artikel yang pernah ditulisnya yang sempat diterbitkan oleh beberapa media massa.

Dalam hati saya berpikir: betapa senangnya apabila karya-karya dalam bentuk tulisan ini dapat dibaca oleh banyak orang. Dengan hanya selembar kertas sebagai buah pikiran kita, namun yang menikmati bisa ribuan bahkan jutaan orang. Dari situ kemudian saya tergerak untuk mengembangkan potensi yang sejatinya dimiliki oleh setiap manusia yang mengenyam pendidikan ini. Tidak peduli apakah latar belakangnya hanya sekolah dasar, menengah pertama hingga program doktoral. Sepanjang mereka bisa menulis, pada dasarnya mereka mestinya mampu menuangkan isi pikiran mereka ke dalam bentuk tulisan, apakah itu dalam bentuk artikel atau bahkan buku yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara bahkan agama. Saya terinspirasi oleh seseorang yang sedang melamar pekerjaan yang ternyata memberikan kesan positif bagi kehidupan saya di masa mendatang. Saya terobsesi olehnya!

Berapa tahun sudah berlalu. Kalau saya hitung kini tidak kurang dari 20 tahun sudah kegemaran menulis tersebut berlangsung. Saya memang bukan sekelas Sutan Takdir Ali Syahbana, Rendra apalagi Rabindranath Tagore yang pernah mendapatkan Hadiah Nobel sebagai karya sastranya. Bagi saya, untuk berbuat baik pada diri sendiri itu tidak harus terkenal. Yang paling penting adalah, memaksimalkan kemampuan yang kita miliki. Dan ini bisa kita kerjakan lewat ketrampilan menulis.

Selama perjalanan itu pula banyak hikmah yang saya petik. Mulai dari mendapatkan imbalan dalam bentuk uang, kenalan, silaturahim, membantu merubah gaya hidup orang lain, ketajaman dan pengembangan profesi, kemampuan berbahasa, kepiawaian merajut berbagai bentuk tulisan hingga yang namanya reputasi. Alhamdulillah, semuanya saya sempat menikmatinya.

Mengentas Kemiskinan

Tidak saya pungkiri bahwa pada awal-awalnya, menulis terasa berat. Itu lumrah. Dalam banyak hal, pertama-tama pasti sulit. Tapi saya percaya akan ungkapan bahwa kepandaian kita menulis hakekatnya selaras dengan kecakapan kita dalam membaca. Yang penting, kita latih. Makanya, saya tidak peduli ketika satu, dua, tiga bahkan hingga artikel ke delapan yang saya kirimkan tidak diterbitkan. Saya tidak menyerah. Saya sadar, saya adalah pemula. Kalau mau naik anak tangga saja-begitu pemikiran saya waktu itu-harus dari anak tangga ke satu, kedua, ketiga dan seterusnya. Kita nggak mungkin loncat hingga ke sepuluh yang justru bakal menjatuhkan diri ini.

Sesudah seringkali menulis, dan itu saya kerjakan untuk berbagai jenis media masa-apakah itu koran kampus, majalah kesehatan, agama, bahasa Inggris-semuanya saya tembusi. Hasilnya, subhanallah, ternyata tidak sia-sia. Saya bisa membeli mesin ketik, kamera, pakaian, bahkan wesel langganan bulanan untuk Ibu kami serta uang saku bagi adik-adik, waktu itu selalu saya terima. Saya sangat diuntungkan dengan imbalan menulis ini, yang tidak jarang imbalannya malah lebih besar dari gaji bulanan hasil kerja saya waktu itu. Hasil menulis itu juga membantu saya menggunakan sebagai tambahan biaya kuliah. Karena waktu itu saya bekerja sambil sekolah.

Menulis, dapat mendatangkan keuntungan finansial apabila itu tujuan kita. Akan tetapi, mengutip tulisan Bayu Gawtama, seorang Penulis aktif di Eramuslim, mengatakan bahwa apabila tujuan kita menulis hanya untuk mendapatkan uang, pada saat kita punya uang, bisa jadi kegiatan menuis kita terhenti. Bayu benar! Karena itu, insyaallah sampai saat ini kebiasaan saya menulis ini bukan karena uang. Andaipun anda ingin mendapatkan duit karenanya, itu sah-sah saja karena imbalannya toh halal sebagai hasil kerja. Menulis, membuat dunia jadi lebih indah lantaran membantu mengentaskan kemiskinan.

Kenalan dan Silaturahim

Dengan menulis, karya kita sering dan banyak dibaca orang. Menulis, apalagi jika isi tulisan tersebut bisa menggugah, memberikan inspirasi, bahkan membantu seseorang untuk bisa memecahkan sebuah masalah kehidupan, akan membuat orang menggerakkan penanya, mengirim pertanyaan atau meminta klarifikasi, penjelasan, nasihat dan lain-lain.

Karena tulisan, saya pada akhirnya bertemu lagi dengan salah seorang teman, yang selama sekitar 10 tahun tidak pernah jumpa. Tulisan, membuat hubungan bisa erat kembali serta menyegarkan ingatan kita kepada peristiwa-peristiwa lalu yang bisa kembali menyambungkan silaturahim yang sudah putus. Karena tulisan, banyak pihak yang merasa terbantu. Makin jeli kita melihat permasalahan yang berada di sekeliling kita, makin terlatih kita dalam mencari jalan pemecahannya dalam bentuk tulisan.

Kejadian ini saya alami bukan hanya satu dua kali saja. Oleh sebab sebuah artikel, pembaca akan mengingat siapa penulisnya. Kalau perlu mereka akan kirim email dan menanyakan, benar tidaknya nama penulis. Hal terakhir ini yang juga pernah terjadi pada diri saya. “Apakah anda adalah si Fulan…salah satu teman saya yang dulu sekolah di kota ini atau bekerja di persusahaan itu?” Begitu tulis email seorang teman lama yang mengontak sesudah membaca sebuah saya artikel. Betapa bahagianya waktu itu. Kami dipertemukan kembali lewat tulisan. Dengan tulisan, bisa kita tebar hubungan sosial. Jumlah teman bertambah, persaudaraan pun jadi erat!

Merubah Gaya Hidup

Semakin sering kita menulis, semakin tajam ketrampilan analisa kita terhadap berbagai isu-isu kehidupan. Apakah itu sosial, ekonomi, politik, agama hingga hal-hal yang menyangkut ilmu pengetahuan lainnya. Memenuhi salah satu prinsip penulisan, misalnya mengangkat masalah-masalah kemanusiaan, membuat tulisan kita banyak peminatnya. Sebut saja bagaimana menyikapi kekurang ikhlasan; apa akibat memendam rasa benci; nikmat Ibadah Haji lewat darat, dll.

Suatu hari, saya dapatkan email dari seseorang yang tentu saja tidak kenal, menyampaikan rasa terimakasih lantaran kiat-kiat yang saya tuliskan dalam artikel tentang keikhlasan ini. Untuk memberikan nasihat yang baik, tidak harus jadi ulama kondang semacam Buya Hamka. Kiat yang sederhanapun, yang mudah dicerna, biasanya lebih ‘laku’ dari pada teori yang berbelit. Jika ini diniati ibadah, maka kita dapatkan pahala yang berlipat ganda. Si pengirim email selanjutnya menceriterakan pengalaman menerapkan tips tersebut yang Alhamdulillah berbuah.

Banyak hal-hal yang bisa kita tulis. Sekiranya kita mau berbagi tentang tips-tips pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, tidak sedikit pembaca yang diuntungkan oleh artikel-artikel tadi. Islam, sebagai agama Rahmat Sekalian Alam, bukan hanya slogan. Lewat tulisan kita bisa berdakwa tanpa harus kuliah di Al Azhar. Dengan tulisan kita bisa membantu mereka yang berada dalam kesulitan. Tulisan tidak jarang membantu merubah gaya hidup seseorang.

Pengembangan Profesi

Tidak ada istilah pilih kasih dalam tulisan. Tukang kayu tidak terkecuali. Tulisan bukan monopli penulis-penulis sastra, novel, cerpen, cerber atau team redaksi majalah dan koran-koran kondang. Meski hanya berprofesi sebagai tukang tiup balon, kalau mau menulis, sebenarnya akan sangat membantu kerjanya. Katakan setiap hari si tukang sanggup meniup balon 50 buah. Namun sejak awal bulan ini, dia mampu meniup 55 per hari, apa jadinya? Sekiranya dia mau menuliskan hasil kerjanya, maka jumlah balon yang ditiupnya mencapai sekitar 150 lebih banyak tiap bulan dibanding bulan-bulan sebelumnya. Jika hasil tulisan ini disampaikan kepada supervisornya, itu dapat mendongkrak reputasinya sebagai pekerja yang baik.

Saya tidak hapal berapa jumlah kerjaan yang ditawarkan kepada saya lantaran artikel-artikel saya yang dimuat di media masa. Dari sudut pandang profesi, ini sangat bagus dan menguntungkan. Anda bukan saja semakin ahli di bidang anda, namun ketrampilan anda dalam menganalisa jadi lebih tajam. Tulisan, mampu mengembangkan profesi anda ke arah yang lebih baik dan spesifik.

Kemampuan Berbahasa

Anda mau bukti bahwa dengan menulis sekaligus akan membantu anda untuk berbahasa dengan baik? Coba buktikan, sekali anda memulai menulis, kata-kata yang anda gunakan biasanya itu-itu saja. Akan tetapi karena proses kritik, baca ulang, review dan proofreading, anda secara otomatis akan mengganti kata-kata yang sering anda cantumkan secara berulang-ulang. Demikian pula gaya bahasa.

Dalam Bahasa Inggris, perbaikan kualitas menulis ini akan lebih terasa. Dengan sering menulis, otomatis pula kecakapan seperti grammar, vocabulary dan writing akan meningkat dan semakin baik. Itu saya alami sendiri ketika sering kirim article ke dua majalah berbahasa Inggris, Hello dan Dialogue Magazine.

Reputasi

Sering menulis dan mengirimkan hasil karya anda ke sebuah penerbitan, apakah itu di dunia maya ataupun tidak, membuat nama anda banyak dikenal orang. Jika anda ingin punya nama, kirimkan ke berbagai situs website, koran, majalah dan lain-lain. Bukan sebatas hanya satu sumber saja. Menulis bisa berarti berdakwah jika demi kebaikan seta kemaslahatan umat. Makin banyak sasaran, makin luas sasaran dakwah anda.

Makin sering anda kirimkan artikel, semakin banyak orang yang mengenal anda. Untuk bisa dikenal, anda ternyata tidak harus keliling dari satu kota ke lainnya. Apalagi harus naik pesawat segala. Hanya dengan diam di dalam kamar, mengutak-atik keyboard, nama anda bisa melanglang buana. Orang bahkan mencari anda lewat search engine sekiranya ingin tahu karya-karya anda lainnya. Apalagi jika anda punya blog misalnya.

Kesimpulannya, menulis adalah tanggungjawab kita semua tanpa pandang bulu. Miskin atau kaya, dewasa atau anak-anak, professor atau teknisi, kontraktor atau buruh, tidak masalah. Kewajiban menulis bagi umat Islam tersirat dalam perintah membaca (Q.Surat Al Alaq: 1). Umat Islam bisa besar karena ‘tulisan’ (Al Quran). Kita bisa memiliki ketrampilan dan pengetahuan pula karena tulisan. Anda bisa kerja dan seperti sekarang ini juga jangan kesampingkan, bahwa tulisan anda punya peran besar. Karena itu, writing is everyone’s business.

Doha, 23 Maret 2009

[email protected]