Rela Kehilangan Demi Memperjuangkan Hidayah Alloh

“Dik, jangan lupa nanti liqo di mesjid Al-ihsan jam 4 sore. Diharapkan bisa datang. Syukron” bunyi sms yang selalu kuterima setiap hari sabtu pagi. Sms itu dari salah satu orang pilihan yang mendapatkan hidayah Alloh, dia rutin mengingatkanku untuk mengaji. Sebut saja namanya mbak indah.

Aku mengenalnya sejak 1 tahun lalu, pas mau liqo mbak indah datang ke rumah karena mau gabung. Dan kita pun berangkat liqo sama-sama. Ada 2 kekaguman yang aku rasakan waktu itu, yang pertama pas mbak indah tilawah, subhanalloh… indah banget didengar (sesuai namanya) Aku pun hanyut dalam lantunan kalimat-kalimat Alloh yang ia bacakan. Jauh banget denganku, yang membaca Al-quran sebisanya, yang penting panjang pendeknya benar dengan suara datar terus. Ada sedikit rasa malu padaku,tapi untung aku tilawah duluan jadi gak minder.

Kali ini murabbi membawakan materi dakwah tentang restu orang tua, pas season musyawarah atau Tanya jawab tentang materi yang disampaikan mbak indah pun mengangkat tangannya, bersiap-siap mangajukan pertanyaan. Tak disangka saat itulah aku dan mungkin semuanya juga merasakan hal sama merasa kaget kecampur kagum padanya. Begini tutur penjelasannya: “ saya adalah seorang muallaf, berasal dari keluarga nasrani. Sejak SMA sudah jarang ke gereja, saat itu saya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Entah mengapa saya senang dengan islam, apapun itu.

Dan sejak saat itu saya mulai membaca-baca buku tentang islam. Akhirnya tahun 2002 saya memutuskan untuk masuk islam, mencoba untuk meminta restu orang tua, tapi alhasil mereka melarangnya mentah-mentah. Tapi usaha saya tak hanya sampai disitu, meskipun tak dapat restu mereka, tapi saya tetap memeluk islam. Untung saat itu saya sudah tamat kuliah dan sudah bekerja jadi tak meminta biaya lagi pada mereka. Sejak saat itu hubungan kami sudah agak renggang.
“ Diam sejenak. Kami semua setia menunggu kelanjutan ceritanya, karena penasaran.

“lalu, masalah datang ketika ada pemberhentian kerja. Otomatis saya pun harus kembali kepada mereka. Tapi sayang mereka mengharuskan saya untuk memeluk agama yang dulu,apabila mau kembali ke mereka. Hati saya menolaknya, tak mungkin saya kembali pada sebuah kegelapan lagi setelah mendapat cahaya dan ketenangan dalam islam. Karena posisi saya semakin terjepit, akhirnya saya putuskan untuk menyusul laki-laki yang saat itu sedang dekat dengan saya. Kami baru bertemu hanya sekali, dan selebihnya hanya berkomunikasi lewat hp.

Tapi entah mengapa saya percaya dengan dia, mungkin inilah yang namanya jodoh dari Alloh. Saya pun berhasil menyusulnya, dan bertemu dengan keluarganya. Saat itu saya menceritakan semua cerita saya, dan akhirnya kamipun memutuskan untuk menikah. Padahal abang masih kuliah semester 2. Saya pun berusaha meminta restu kedua orang tua saya, kerena bagaimanapun mereka tetap orang tua saya yang harus dimintai restunya. Apa yang terjadi? Mereka tak setuju 100%. Dan tak lama kemudian mereka berhasil menyusul saya. Pertama masuk rumah suami, mereka biasa-biasa saja, saya pikir mau menyambung silaturahmi dengan sesama besan. Tapi,ternyata saat itu saya bagaikan dimumuri kotoran hewan di seluruh muka. Malu banget, mereka menghina habis-habisan keluarga suami saya, karena tak selevel lah, gak pantes lah, pokoknya semua kata-kata yang tak pantas dilontarkan, saat itu dikeluarkan semuanya pada orang-orang yang tak tahu apa-apa. Saya hanya bisa menangis dan pasrah.”
Air mata mbak indah sudah tak sanggup dibendung lagi, sehingga keluarlah mengiringi ceritanya.

“alhamdulillah keluarga suami saya masih bisa menerima saya dan memaklumi. Selang 1 minggu setelah kejadian itu, orang tua saya menelepon dan meminta maaf menyesali perbuatannya serta meminta saya untuk ke Jakarta karena mereka ingin bertemu dengan saya. Betapa bahagianya saya saat itu, dan tanpa berpikir apa-apa sayapun menuruti keinginannya. Saya pergi ke Jakarta menemui mereka sendirian, Tapi tak disangka ini hanya jebakan mereka. Saya dikurung di rumah tak diperbolehkan untuk kembali lagi, semua baju yang saya bawa dismbunyikan, bahkan ijazah D3 saya merekapun sembunyikan. Saya tak putus asa, saya putuskan untuk kabur dari rumah. Bingung banget, bagaimana caranya untuk bisa ke rumah suami, sedangkan kesana harus naik pesawat atau kapal laut, yang saya punya saat itu hanya baju dan sandal jepit yang saya pakai. Alhamdulillah masih ada cincin pemberian orang tua angkat saya,saya langsung jual dan uangnya pas buat tiket pesawat,soalnya saya sudah tak sanggup lagi menunggu lama jika naik kapal laut.

Dengan bismillah saya menerobos ketakutan dan ketidakmungkinan jadi perjuangan saya. Cincin laku dijual pas sekali terbang, sisanya Cuma 11.000 rupiah. Saya tak memperdulikan perut saya yang kosong. Sesampainya disini, ucap syukur saya tak henti-hentinya. Air matapun tak hentinya mengiringi syukur saya karena saya sudah bebas dari mereka. saya berusaha tuk menelepon suami dari wartel, alhamdulillah cukup. Suami saya datang. Alangkah leganya.” Nampaknya mbak indah sudah tak sanggup lagi meneruskan ceritanya dan menutupi mukanya. Tiba-tiba mbak sari bicara “ anggap kami keluarga baru mbak, kita ini saudara mbak, jangan pernah merasa sendirian ada kita disini”. Memberi semangat. Nampaknya mbak indah udah mulai lega, dan melanjutkan ceritanya” alhamdulillah saya mendengar ada liqo disini, jadi langsung gabung karena ingin meneruskan liqo saya dulu. Terima kasih sudah mau menerima saya”.

Sejak saat itu ada banyak hikmah yang aku dapatkan, betapa berharganya nikmat iman dan islam, orang yang dilahirkan sebagai non muslim setelah menemukan nikmat ini berani meninggalkan semuanya (orang tua, ijazah, harta) dan menerobos ketakutan.
Setelah aku melihat suami mbak indah, ternyata dia masih muda, beda 5 tahun dengan mbak indah, tapi tak disangka bisa menjadi imam yang baik, menuntun mbak indah, bertanggung jawab meskipun statusnya masih mahasiswa, tapi tetap gigih mencari nafkah untuk kelangsungan pendidikannya dan keluarga kecilnya, memang mbak indah belum punya buah hati, karena menunggu waktu yang tepat katanya. Mbak indah pun tak tinggal diam dalam mencari rejeki Alloh, meskipun tak bisa mengandalkan ijazah, tapi bisa mengandalkan keahlian, suka buat kue, gorengan, dan saya dengar sekarang mbak indah kerja di laundry. Teruskan perjuanganmu mbak, aku yakin perjuangan dan air mata mbak gak akan sia-sia dan akan diganti oleh Alloh SWT dengan kenikmatan yang sebenarnya, yaitu surga Alloh yang tiada duanya.

Moga kita yang dilahirkan sebagai muslim yang tak perlu susah-susah mencari nikmat islam, bisa bercermin dari kisah ini, buktikan Alloh tak sia-sia memberi nikmat islam ini pada kita, buktikan bahwa kita bukan hamba yang salah dipilih untuk menikmatinya, perteballah iman dan taqwa kita, bacalah pedoman hidup kita, praktekanlah as-sunah yang telah dicontohkan oleh Rosululloh Saw.
AMIN YA ROBBAL ‘ALAMIN…