Ada Apa Dengan Anak Remaja Kita

“Malas ah sama Ayah, menuduh terus, Rina gak ikut ya bu, mau di rumah saja,” Jawab Rina malas ketika Ibu mengatakan bahwa liburan kali ini Ayah sudah punya acara akan mengajak anak-anak semua sekeluarga ke Jogja dan Bali Seminggu. “Haah…seminggu?! lama amat, gak ah, gak ikut, aku kan ada pertandingan bola antar kecamatan, aku juga sudah menyiapkan baju dan kalau aku gak ikut, gak enak dong sama teman-teman,’’ sergah Anto dengan wajah kesal, mendengar rencana Ayah tentang berlibur bersama keluarga ketika liburan tiba.

“Waduh, bagaimana ini, Rina malas, Anto menolak, apa Ibu liburan berdua saja dengan Ayah, kalau gitu Ibu langsung ke Bali saja naik pesawat, enak gak usah capek-capek lewati Jogja, Ayah saja yang bicara sama anak-anak, mereka gak menghargai apa yang sudah kita rencanakan,” Ibu merajuk di telpon pada Ayah.

“Rayhan saja yang ikut Ibu, Rayhan mau ikut Ibu…” Rayhan tergopoh-gopoh dengan pampersnya yang membuat penampilannya yang gemuk dan lucu menjadi semakin lucu, berjalan mendekati ibu; ”Rayhan ikut Ibu..”

Ibu mengelus sayang rambut Rayhan yang ikal, dan mengelus pipi Rayhan dengan pandangan iri dari Rina, remaja putri Ibu yang tahun ini berusia 14 tahun. “Ibu ih, Rayhan aja, disayang-sayang, dielus-elus, kalau Rina ngomong gak didengerin,” setengah kesal Rina beranjak masuk kekamarnya.

Subhanallah, punya anak remaja, terkadang tidak diketahui apa yang diinginkannya. Maksud Ibu dan Ayah mengajak anak-anak berlibur ke Jogja dan Bali tentu saja untuk menyenangkan kedua anaknya, karena Rayhan kecil kan masih kecil baru 2 tahun, tentu saja belum mengerti, bahkan akan sedikit menyusahkan ibu, dengan pampersnya, pipisnya, dan juga makan sambil berlari-lari, melelahkan Ibu sebetulnya bila membawa Rayhan ikut berlibur bersama. Namun demi Rina dan Anto yang menurut Ibu dan Ayah, pasti senang bila diajak jalan-jalan ke Jogja dan Bali, maka Ibu mengalah dan dengan gembira ikut membantu Ayah mempersiapkan segala hal, bahkan simbok Inah sudah disuruh pulang kampung dulu, agar tidak sendirian di rumah, bila mereka sekeluarga berlibur jauh.

Namun ternyata apa yang direncanakan orangtua dengan apa yang diinginkan anak-anak, apalagi anak remaja mereka berbeda, ternyata anak-anak ogah-ogahan dan malas-malasan ikut acara keluarga yang dirancang ayah. Padahal Ayah juga sudah berjuang keras mengumpulkan gaji dan bonus akhir tahun dan sering lembur agar cukup uang buat jalan-jalan sekeluarga dalam rangka membahagiakan anaknya.

Ayah pun bersaing ketat dengan kawan-kawan dikantornya untuk mendapatkan jatah libur, apalagi bulan July adalah jatah liburan anak-anak seluruh Indonesia, tentu sangat banyak yang mau berlibur. Mengambil cuti, maksudnya. Coba bayangkan, betapa kecewa Ayah bila ternyata perjuangan Ayah membahagiakan keluarga terlihat “tidak dihargai” oleh anak-anak.

Jadi alangkah baiknya sebelum mengambil keputusan berlibur, Ayah dan Ibu mengajak anak-anak untuk berfikir dan merencanakan liburan bersama, yang disukai semua anak dan juga sesuai dengan budget Ayah dan Ibu. Jadi bila memang ayah tidak begitu ada uang untuk liburan panjang ketempat yang jauh, maka cukup berlibur dirumah nenek atau dekat-dekat saja, yang penting semua anak terlibat dalam rencana dan senang dengan liburan tersebut.

Liburan itu, yang penting semua anggota keluarga senang…