Guru Bukan Pembantu

“Assalamu’alaikum, apa yang perlu mam bantu Niken?”

Demikian sapakulewat telephone, pada seorang guru yang sangat ikhlas di sebuah sekolah taman kanak-kanak di depok.

"Alhamdulillah mam, mam bantu do’a saja,..tapi..mam…bagaiman menghadapi orangtua yang tidak pernah puas terhadap hasil kerja Niken?"

Apa yang harus aku jawab, ketika terurai sekeranjang cerita dari seorang guru taman kanan-kanan. Aku pun mulai memahami, betapa seorang guru taman kanak-kanak, yang mengasuh dan mendidik anak berusai 4 sampai 6 tahun, tanpa disadari oleh para orangtua, mereka suka memperlakukan sang guru seperti halnya seorang baby sitter atau pengasuh anak. Seringkali para orangtua menuntut anak disuapi, lalu ke toilet untuk buang air kecil dan buang air besar dikawani dan dibersihkan, kemudian harus mengajar membaca dan menulis juga menari, ditambah lagi dengan keluhan,bila anaknya ketika diajari berwudhu ,tidak boleh basah bajunya,dan segudang permintaan lainnya. Terkadang saya berfikir, rasanya tidak adil bila seorang guru taman kanak-kanak harus juga mengerjakan semua tugas plus plus lainnya. Hal yang harus disadari oleh kita semua, bahwa sesungguhnya : “guru… bukan pembantu.”