Karena Kalian Spesial

“Terima kasih Yaa Allah, Kau kirimkan mereka untuk sekolah ini, mereka adalah makhluk remaja yang special, dihati kami…”

 

Yaa, kalian spesial…

Kalian adalah murid pertama yang mau dibawa kemana saja, diberitahu, diajak, dimotivasi, meski kadang dengan menggerutu tapi nurut juga. Kenangan kita, Mam Fifi dan guru-guru di SMU JISc, SMP JIBBs dan Adni begitu dalam dan banyak. Kalian adalah yang pertama bagi kami, dengan kalian kami banyak belajar bagaimana mengasuh remaja, mendidik dengan ketegasan dan cinta, juga mengelola amarah. Kalian adalah murid pertama dan murid yang merelakan diri dalam proses kami belajar menjadi guru SMU, mengelola SMU, dan hebatnya, kita guru dan murid tidak menyadari bahwa kita sama-sama saling belajar dengan cara kita yang berbeda.

 

Kalian adalah spesial (sungguh special) mau diajak dan dibawa kemana saja, dari luar kota sampai luar negara. Walau bosan dan jenuh namun dibalik keremajaan kalian yang sempat membuat kami putus asa dan tidak tahu mau buat apa, kalian tampil kembali mengingatkan kami untuk bangkit mengurus kalian dengan sisa-sisa tenaga. Sementara ada adik-adik kelas yang datang kemudian yang harus diurus juga, kalian mulai membantah dan menolak saran kami yang semua untuk kebaikan kalian.

 

Berkali-kali orang tua kalian dipanggil. Orang tua yang sangat mendukung, orang tua terhebat di dunia ini, orang tua yang luar biasa, yang sangat mendukung program apapun di sekolah, (tanpa mereka, kami belum tentu sekuat ini) yang bersama sholat malam, menyusun rencana dengan kompak dan semangat walau dalam hati mengeluh dan tidak yakin apakah bisa, dan semua itu hanya untuk masa depan kalian tanpa kalian mengetahui dengan pasti hendak kemana dan bagaimana. Karena dikala itu, kejenuhan, kebosanan dan segala macam peraturan serta ujian-ujian selalu datang menyerang seperti memangkas habis waktu remaja kalian.

 

Bosan, tidak ada motivasi, jenuh dan pergolakan batin, itulah kalian yang kembali menjadi spesial  karena selalu ada dalam topik pembicaraan dalam rapat-rapat pekanan. Dan berita gembira menutup perjalanan kalian, dengan hasil UN yang cukup baik, kategori luar biasa bagi saya, karena hanya dipersiapkan dalam waktu 3 bulan.

Dengan penuh tekanan dan kesungguhan dan dengan jumlah guru yang luar biasa banyaknya, guru-guru terbaik kami yang diturunkan hanya untuk anak yang berjumlah 7 orang, dengan kepergian Iman (salah satu siswa) yang luar biasa mencengangkan, membuat hati tercekat dan lekat dalam keharuan.

 

Dan cinta kami bertambah tanpa dapat dibendung, baik pada Iman yang telah tiada maupun kawan-kawan Iman yang berjuang beberapa minggu menghadapi UN. Masih ingat, kelas yang paling pojok dulu, yang cukup gelap, dan Iman almarhum mengusulkan agar AC diperbesar, lampu dinyalakan keduanya dan ini dan itu? Mam hanya mengangguk saja dan mengatakan, “kalian sudah besar, buatlah sendiri dan minta uangnya saja sana ke bagian admin, panggil tukang AC dan buat kelas kalian nyaman seperti di rumah sendiri.”

 

Masih ingat Firaz yang mendengarkan cerita tentang adzan kemudian ditranslate ke dalam bahasa Inggris, juga Fawaz dan Bagus serta kawan-kawan yang lain seperti Kemal dan Ibrahim yang sekarang sudah ada di Malaysia, dulu semua ada dalam ruangan kelas dipojok belakang SD dimana segenap anak SD melihat kalian semua dari balik jendela. Dan lagi-lagi, Iman yang sumringah nyelutuk lucu, ”kita kayak aquarium mam.. (Yaa, Iman selalu lucu dan gembira dalam sepenggal ingatanku pada dia). Kemudian kalian dengan seragam SMU putih abu-abu yang Irvan menolak memakai seragam khas JISc, katanya sempit dan tidak nyaman, modelnya kayak perempuan yang membuat staff admin tersenyum maklum, juga Mardiyah, Mentari, Wiwid, bersepakat membeli baju batik sendiri dengan corak merah dan ceria dengan kepercayaan diri yang luar biasa.

 

“Anaknya sih hanya 14 mam, namun masalahnya 114…” demikian ungkap Mam Asih penuh pengertian. Ditengah kesibukan Mam yang lainnya, mengurus JIBBs dan ini itu, anak-anak SD terlihat asyik diajari kak Sarah dan Suraya melukis. Syifa dan kawan-kawannya di kelas 6 SD mengatakan ”enak Mi, sekarang ada kakak-kakak yang ngajarin macam-macam, mereka bisa apa saja, sekolah jadi enak, kakaknya baik-baik…”

 

“Itu anak sekolah alam Mam,” tunjuk seorang guru pada Mam ketika Mam bingung, sudah pukul 8.30 pagi namun ada anak dengan santainya masuk ke sekolah. Jika diperhatikan dibalik kesantaiannya terdapat leadership yang kuat dan mendukung 14 anak SMU JISc semuanya mampu bertarung dengan berbagai macam persolaan kalian dengan berbagai macam gaya dan polah, saling melengkapi satu sama lain.

 

Terima kasih anak-anaku angkatan pertama SMU JISc untuk pindah-pindah kelas berkali-kali dari di kodam pojok, di JIBBs, di belakang, di Malaysia sampai akhirnya terdampar disebelah ruangan Direktur, (kasihan tidak pernah merasakan gedung baru yaa..) dalam proses UN yang menegangkan, dibantu teacher manis Mentari yang merelakan dirinya menolong guru-guru mensupport anak-anak yang akan UN.

 

Terimakasih untuk sungut-sungut dan cemberut lucu, sedih, canda tawa bagi kalian untuk semua masalah yang ada (termasuk tidak mau jawab salam mam, pada cemberut dibawa ke JIBBs) ungkap pak Auf yang disabarkan oleh rekan-rekan guru (sekarang sudah berlalu yaa, jadi bagian yang lucu dari seluruh kenangan).

 

Terimakasih, karena kalian lekat dihati dan bagian dari perjalanan SMU ini. Terimaksih atas ketabahan kalian menjalankan semua yang sudah kami atur. Terimakasih atas kepercayaan kalian mengikuti semua aturan dari mam dan guru-guru.

Teringat kursi dan meja di Taman Sri Ukay dengan pelajaran memohan Mr Zul dan lain-lain, semua penuh kenangan, dibeli hanya untuk kalian. Terimakasih atas kehadiran kalian di SMU JISc atas semua kenangan yang kalian ciptakan, terima kasih atas kesopanan kalian dan atas semua yang kalian lakukan. Bagi kami, kalian adalah special, sulit untuk diungkapkan. Namun kalian harus tahu atau sekedar merasakan, “how deep our love to you all… all of you.” Kalian lebih dari sekedar murid. Allah yang menciptakan rasa itu yang subhanallah sangat terasa pada angkatan pertama ini.

Kepergian Iman pun menjadi bagian akhir dari kisah perjalanan anak-anak SMU angkatan pertama JISc yang penuh cerita. Bersama kalian kami menangi, bersama kalian kami tertawa, bersama kalian kami berdoa dipenghujung malam, bersama kalian kami rapatkan masa depan kalian dan bersitegang sampai malam menjelang. Hanya membayangkan wajah-wajah kalian, letih ini sirna, uang pun tak menjadi halangan, karena ada cinta yang dengan aneh tercipta begitu saja dihati Mam dan para guru.

 

Kalian special dan tidak akan kami lupakan dalam sejarah SMU JISc. Sekali lagi terima kasih atas semua kenangan dan pembelajaran yang Allah ciptakan dengan kehadiran kalian di sekolah kami, Jakarta Islamic school, “murid yang hanya berjumlah 14, dengan masalah 114.”

 

Maafkan kami, Mam dan para guru kalian, Pak Auf, Mam Asih, Pak Uma, Pak Hasta, Ust Syafri, Ms Uci, Ms Nita, Ust Ma’ruf, Ust Badru, Ust Bambang, Bu Dewi, Mam Upi dan semua guru lainnya yang menyayangi kalian.

 

Indeed, we love you much, more than that you know…

Ya, kami mencintai kalian karena kalian spesial…”

 

Taman Sri Ukay, Malaysia 16 May, 2011, pukul 10 pagi, waktu Malaysia.

Dikirim by email dari Old Town Coffe, Eon–Jusco

Dengan sepenuh cinta dan do’a.

 

“Selamat dan barakah atas ilmu yang didapatkan melalui proses pembelajaran IGCSE dan UN diknas yang telah dilalui dengan gemilang dalam proses yang penuh cinta. (2008-2011).